Catatan Seorang Putri
Oleh: Wannur Laila Putri*
Pak, buk
yang aku inginkan kala itu
ternyata tak seindah bayanganku dulu
perihal menjadi santri
yang aku tahu segala halnya dilakukan sendiri
aku menangis menyesali keputusan ini
tapi aku tak bisa apa apa saat ini
bak pepatah yang ada
“terlanjur basah, ya sudah mandi sekali.”
kini aku telah tenggelam dalam kehidupan santri
kehidupan yang jauh dari keluarga
sangat menjadikanku terdidik untuk mandiri
meski sering kali terjungkal dan terpental
aku harus tetap bangkit
untuk menyelesaikan misi yang telah aku mulai.
Antara, Kamu dan Aku
Saat pertama aku mengenalmu
aku merasakan ada sebuah rasa yang berbeda
yang hadir secara tiba tiba
dan datang begitu saja
aku mengadukan mu, kepada tuhan pemilikmu
aku mencintai salah satu ciptaanya
yang begitu indah dan sempurna
bak pangeran di surga
aku mendambakan nya dan menginginkannya
dan aku sangat mencintai segalanya tentang dirinya
tapi aku sadar
aku tak ingin merebut mu pada tuhan mu
aku selalu mendoakan mu
sebagai tanda cintaku padamu
membakutkan doa yang selalu ku ulang di sepertiga malam
aku mengerti
memilikimu sangat mustahil bagiku
tapi aku percaya pada tuhanku
jika memang doaku kalah dengan takdirmu
aku ikhlas untuk berhenti memperjuangkan mu di doaku
aku pergi dari medan perang yang menyiksaku
kepada sang pujangga jiwa
aku mencintaimu sedalam dalamnya