Puisi: Sabdawaktu*
Catatan Rindu untuk Ayah
;aku masih hafal, bagaimana aku harus mengenangmu dalam-dalam
Pada Maret yang melambaikan tanggal
Wajahmu yang purnama mematahkan segenap cahaya semesta
Aku masih menyimpan jelas kenangan–kenangan yang sudah berdebu itu
Biarlah kau pergi, langit mengunci perjumpaan, atau Tuhan mengatupkan tabir di antara
Puisiku masih mencari diri, mencari kunci jalan menuju ilahi
Kubisikkan padaNya ; “Tuhan, jaga puisi termahalku yang telah kau ambil lebih dulu”
Lalu ayah, aku akan lebih tenang dan gembira, saat ku tahu, Tuhan maha menyampaikan salam
Ayah,
Pada Maret yang tertanggal
Aku tinggalkan air mata di persimpangan jalan menuju rumah terakhirmu
Biar malaikat memetiknya satu per satu hingga aku kembali menyatu dengamu, nanti
Dan Tuhan, telah lebih mengerti tentang semua ini
*Penulis adalah penikmat puisi, perjalanan, dan semua cerita yang tercipta di antara kesepian.