Ilustrasi gambar: www.google.com

Oleh : Umdatul Fadhilah*

Kasihnya tak pernah lelah. Beliau marah tandanya sayang. Beliaulah ibu. Perempuan yang melahirkan anak adam, yang di bawah kakinya terdapat surga. Saat ini memang bukan hari ibu, tapi tidak mengurangi esensi dari bahasan ini.

Perempuanini, konon dapat merasakan saat sang buah hati bila sedang di dera lara. Ibu ikut gelisah saat kita gelisah, ibu ikut bingung kala kita kebingungan, ibu begitu mengkhawatirkan buah hatinya bila sedetik saja sesuap nasi telat mendarat di mulut yang kadang membuat beliau termenung.

Bahagianya kita bahagia beliau, begitu pula sebaliknya, sedihnya kita sedihnya beliau. Berkali-kali marah kala kita buat masalah, beribu itu pula peluknya semakin erat. Pantas di lagu ibu, sang surya yang menyinari dunia amat tepat tersemat untuknya.

Satu hal yang kadang membuat heran, zaman sekolah dulu, kami seringkali memasang alarm untuk bangun jam sekian supaya tidak telat ke sekolah. Pernah suatu ketika, alarm itu berkali-kali berbunyi, dan kami tak kunjung bangun, hingga tangan lembutnya sekali usap, kami terbangun dengan senyum. Ibu tersenyum. Rupanya alarm itu tidak ada apa-apanya dengan alarm ibu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sungguh amat sabar seorang ibu. Sebelum kita lahir, beliau sudah susah payah selama 9 bulan, belum lagi, merawat kita hingga seperti sekarang. Meski begitu, senyumnya selalu tersungging di wajah kala sang anak terbangun. Begitu dalamnya kasih sayang beliau, kita pun dianjurkan untuk berbuat baik kepadanya, kepada kedua orangtua.

Dalam Al Quran surat al Luqman ayat 14 yang artinya “Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.648 Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” 648 : Selambat-lambat waktu menyapih ialah sampai anak berumur 2 tahun.

Begitulah Allah memerintahkan hambanya untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orangtua. Apalagi kepada ibu, Rasulullah dalam hadistnya menganjurkan umatnya hingga mengulangi sebanyak tiga kali menghormati ibu, baru menyebut ayah.

Istimewanya ibu, bertaruh nyawa saat melahirkan kita. Tapi tak pernah mengadu kala kita cengkereg (sulit di kasih tahu). Beliau selalu sabar, sambil diam-diam mendoakan kesuksesan buah hatinya. Marilah kita peluk, cium, rangkul ibunda tersayang, doakan kesehatannya selalu, berikan perhatian kecil padanya ketika memasuki usia senja.

Bagaimanapun keadaan ibu kita, marilah selalu kita doa-kan. Satu tetes airmata kita, menjadi ribuan tanya dan khawatir ibunda tercinta. Satu kecil kesuksesan kita, mengukir senyum tulus yang meski gurat menyiratkan lelah. Ibu, perempuan tangguh tanpa keluh. Ibu, juga madrasah pertama bagi buah hatinya. Ibu, perempuan dengan sejuta kasih.

Tidak ada jam weker terbaik sedunia selain alarm ibu. Maka, peluklah erat alarm itu. Biar beliau senantiasa disamping kita. Buatlah beliau tersenyum, berikan cinta kasih yang tumpah ruah. Sebagaimana beliau kepada buah hatinya, jadikan ratu di kerajaannya.

*Mahasiswa Unhasy, santri di Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang.