Setiap wanita tentunya berharap akan bersanding dengan pria yang paham agama, sabar, romantis, humoris, perhatian pada istri dan berbagai kriteria ideal lainnya. Mengidamkan lelaki yang memiliki banyak kelebihan, keunggulan harta, sifat mulia, menarik wajahnya, sekaligus pria yang ittibaus sunnah merupakan sebuah obsesi yang sah-sah saja dan sangat manusiawi.
Namun, sebagai wanita biasa, kita juga perlu bersikap realistis bahwa tidak ada pria sempura tanpa cacat dan cela. Di sinilah kebesaran jiwa dan sikap positif perlu ditanamkan dalam dada, bahwa pria itu juga seorang manusia biasa yang mempunyai sisi kelemahan dan kelebihan masing-masing.
Tatkala Allah Swt menakdirkan untuk mempersandingkan Anda dengan pria yang kurang romantis, kaku, dan tidak perhatian dan berbagai kekurangan menurut sudut pandang Anda, yakinlah Anda tetap bisa meraih kebahagiaan. Jangan terlalu mendramatisir sebuah kehidupan, jangan terlalu berpikir negatif tentang apa-apa yang Allah takdirkan. Namun berupayalah untuk menutupi celahnya dengan kebaikan sesama.
Di sisi lain, para wanita pun sejatinya memiliki hal yang sama sebagaimana kaum pria. Di sinilah dalam institusi skaral rumah tangga, masing-masing individu saling melengkapi dan menutupi atau memaklumi sisi-sisi negatif. Dengan menjadikan standar akhlak dan agama sebagai barometer utama, agar rumah tangga bahagia dan damai.
Sosok suami saleh yang sejati adalah figur yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam. Sebagai pemimpin rumah tangga yang menjaga keluarga dari api neraka, mengejak pada ketaatan untuk mentauhidkan allah swt.
Allah Swt befirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga mu dari apa neraka….” (Q.S. At-Tahrim: 6)
Adapun tafsir ayat di atas sebagai berikut:
- Ali bin Abi Thalib radhiyallahu‘anhu berkata: “Ajarkanlah agama kepada keluarga kalian dan ajarkan pula adab-adab Islam.”
- Qatadah rahimahullahberkata: “Suruh keluarga kalian untuk taat kepada Allah, cegah mereka dari berbuat maksiat. Hendaklah mereka melaksanakan perintah Allah dan bantulah mereka. Apabila kalian melihat mereka berbuat maksiat maka cegah dan laranglah mereka.”
- Ibnu Jafir ath-Thabari rahimahullahberkata: “Ajarkanlah keluarga kalian untuk taat kepada Allah yang (hal ini) dapat menyelamatkan diri mereka dari api neraka.”
- Imam asy-Syaukani mengutip perkataan Ibnu Jarir: “Wajib atas kalian untuk mengajarkan anak-anak kita agama Islam, serta mengajarkan kebaikan dan adab-adab Islam.”
(Tafsir ath-Thabari (XII/156-157) cet. Darul Kutub Ilmiyah. Tafsir Ibnu Katsir (IV/412-413), Tafsir Fathul Qodir (V/253))
Demikianlah figur suami saleh yang harus membawa anak istrinya pada ketakwaan kepada Allah ta’ala. Ia pula punya komitmen dalam menafkahi keluarganya. Suami yang mendidik akidah keluarganya, mengajarkan adab dan akhlak islami. Pria istimewa yang menanamkan kecintaan untuk selalu beribadah hanya kepada Allah ta’ala, pria yang gemar mengingatkan keluarga beramal saleh. Sosok mulia yang mampu dalam menjadi panutuan kebaikan dan kesholihan
Demikianlah betapa lelaki saleh akan mampu menjadikan rumah tangganya barakah. Dan lelaki saleh yang bersanding dengan wanita shalihah, insyaa Allah bahtera pernikahan akan mendapat naungan dan rahmat Allah ta’ala. Sungguh membahagiakan hati ketika cinta dan kasih sayang yang dibangun di atas pondasi iman kepada Allah ta’ala dan meneladani sunnah-sunnah Rasul-Nya terwujud dalam biduk rumah tangga Anda.
Seorang laki laki dan perempuan yang menikah dengan tujuan menjaga kesucian diri akan diberi pertolongan Allah ta’ala. Allah Ta’ala akan menegakkan dan mengokohkan mahligai pernikahan yang dibangun karena cinta kepada-Nya.
Menikah dengan pria shalih adalah anugerah dan nikmat-Nya yang harus disyukuri. Sosok suami idaman adalah pemberian Allah ta’ala untuk wanita-wanita perindu surga. Sebuah wasiat indah bagi para pasutri: “Apabila seorang hamba menikah terpenuhilah separuh agamanya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada separuhnya lagi.” (H.R. Ath-Thabrani dalam al-Ausath dan al-Hakim dalam al-Mustadrak)
Wallahu a’lam.
Baca Juga: Barometer Suami Saleh Versi Rasulullah
Ditulis oleh Wan Nur Laili, mahasiswi Universitas Hasyim Asy’ari