santri tebuireng
santri tebuireng

Kata Nabi, mencari ilmu itu wajib. Mengapa beliau mengatakan seperti itu? Alasan sederhananya, supaya kita bisa merasakan kebahagiaan sejati. Karena dengan ilmu, kehidupan yang kita jalani bisa sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. Tentunya, apa yang Dia kehendaki, sudah pasti membahagiakan.

Untuk memperoleh ilmu, tidak ada cara lain kecuali belajar. Ilmu bukan dikarenakan nasab, ilmu juga tidak ada kaitannya dengan nasib. Kalau kita mau pintar, satu-satunya jalan hanyalah belajar.

Dalam praktiknya, metode dalam mencari ilmu itu bermacam-macam. Misalnya, dengan berguru kepada kedua orang tua. Praktik ini sering diaplikasikan oleh ulama-ulama Islam terdahulu. Ada juga yang memilih berguru kepada para ulama, di mana kebanyakan dari mereka memiliki lembaga pendidikan yang bisa menampung banyak pelajar.

Praktik yang terakhir ini sering kita jumpai. Terlebih, di negeri tercinta, Indonesia. Para pelajar berbondong-bondong mendekat kepada sosok yang dianggap alim oleh masyarakat. Dari situ, banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan yang fokus mengkaji Islam. Kita biasa mengenal lembaga tersebut dengan sebutan pondok pesantren, asrama atau yang lainnya.

Melihat fakta yang ada, banyak sekali pelajar yang berani mengorbankan diri. Mereka berani untuk meninggalkan tanah air, demi belajar kepada sosok ulama pilihannya. Dalam hal ini, tidak hanya usaha finansial saja, mental dan perasaan sudah pasti harus siap untuk dikorbankan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Apa yang biasa dilakukan pelajar terakhir ini sebenarnya sudah sering dilakukan oleh para ulama terdahulu. Misalnya, Imam as-Syafii, sosok ulama ternama yang berani berkelana hingga mancanegara, demi mencari ilmu. Sejarah mencatat, Mesir dan Bagdad, serta negara-negara lainnya pernah disinggahi beliau.

Dalam hal ini, Imam as-Syafii pernah membuat suatu bait syiir dalam rangka memotivasi pelajar untuk berkelana mencari ilmu:

تَغَرَّبْ عَنِ الأَوْطَانِ في طَلَبِ الْعُلَى       وَسَافِرْ فَفِي الأَسْفَارِ خَمْسُ فَوَائِدَ

تَفَرُّجُ هَمٍّ، وَاكْتِسابُ مَعِيشَةٍ             وَعِلْمٌ، وَآدَابٌ، وَصُحْبَةُ مَاجِدِ

Berkelanalah dalam mencari kemuliaan. Pergilah! Karena akan ada lima keuntungan yang akan engkau dapati.”

“Hilangnya rasa sedih, terpenuhinya kebutuhan hidup, ilmu pengetahuan, etika atau moral dan persahabatan luhur.” (Diwan Imam as-Syafii)

Mungkin sempat muncul pertanyaan. Kenapa hanya demi mencari ilmu, banyak ulama yang kemudian rela meninggalkan tanah air mereka? Dari sini, kiranya kita perlu melihat pernyataan Imam al-Ghazali sebagaimana di bawah ini:

الوَظِيْفَةُ الثَانِيَةُ: أَنْ يُقَلِّلَ عَلَائِقَهُ مِنْ الإِشْتِغَالِ بِالدُنْيَا وَيَبْعُدُ عَنِ الْأَهْلِ وَالوَطَنِ

Konsistensi kedua seorang pelajar yang harus diperhatikan adalah meminimalisir segala hal yang berimbas negatif, semisal sibuk terhadap urusan dunia. Dan juga, dia harus bisa hidup jauh dari keluarga dan kampung halamannya.” (Ihya Ulumuddin)

Beliau menegaskan, salah satu kunci kesuksesan seorang pelajar adalah dengan menjauh dari keluarga dan tanah air, ketika sedang fokus belajar. Alasan yang beliau tawarkan cukup logis.

فَإِنَّ الْعَلَائِقَ شَاغِلَةٌ وَصَارِفَةٌ

Karena sudah pasti hal-hal tersebut (urusan dunia, keluarga dan kampung halaman), akan menyibukkan dan memalingkan seorang pelajar untuk bisa fokus ketika belajar. Sehingga, hasil yang akan dia capai kurang maksimal.(Ihya Ulumuddin)

Dari sini, Imam al-Ghazali menawarkan satu ayat al-Quran untuk mendukung pernyataan beliau:

مَّا ‌جَعَلَ ‌ٱللَّهُ لِرَجُل مِّن قَلبَينِ فِي جَوفِهِۦ (الأحزاب: 4)

Allah tidak menjadikan bagi seseorang, dua hati dalam satu rongga.” (Q.S. Al-Ahzab: 4)

Sehingga bisa kita pahami, fokus belajar itu penting. Usaha untuk fokus juga lebih penting untuk diperhatikan. Dengan usaha ekstra dan fokus tingkat tinggi, kita akan mendapatkan hasil maksimal. Karena, ilmu itu akan memberikan “setengah” yang ia miliki, kepada seorang pelajar, ketika dia fokus dan berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya.

اَلْعِلْمُ لَا يُعْطِيْكَ بَعْضَهُ حَتَّى تُعْطِيَكَ كُلَّكَ

Ilmu tidak akan memberikan sebagian saja yang ia miliki kepadamu, hingga engkau bisa memberikan apa yang kamu miliki semua, kepada ilmu.” (Ihya Ulumiddin)

Sekali lagi, itu baru sebagian. Lalu, bagaimana ketika kita tidak bisa fokus dan berusaha maksimal. Berapa yang akan kita dapat?

Jadi, kesimpulannya, fokus dalam belajar itu penting. Berkelana, adalah salah satu cara untuk kita bisa melakukan fokus tersebut. Sehingga, apa yang kemudian disebut-sebut sebagai puncak kesuksesan seorang pelajar bisa kita raih, ketika kita bisa fokus, dan mengerahkan segala hal yang kita miliki, hanya untuk ilmu.


Ditulis oleh Vicky Shahrul Hermawan, Mahasantri Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo Malang