Oleh: Izzatul Mufidati*
Dalam perspektif Islam, doa merupakan perintah agama. Punya kedudukan sangat penting dan memiliki peran sangat besar bagi kehidupan tiap individu. Karena doa merupakan pintu besar diantara pintu-pintu ibadah lainnya. Sehingga dari situlah akan terbuka jalan bagi seluruh persoalan. Tidak terbatas mengenai persoalan ibadah tetapi juga persoalan duniawi.
Rasulullah menyebut dalam suatu hadis, “Doa adalah otaknya ibadah.” HR. Tirmidzi. Disebut sebagai otak ibadah karena doa adalah bentuk penghambaan kepada Allah Swt. Suatu ibadah yang membuktikan betapa manusia itu lemah dan sangat tergantung pada kekuasaan-Nya. Sehingga dengan berdoa, nyatalah bahwa Allah tempat memohon dan tempat mengadukan semua pesoalan.
Bagi orang mukmin, doa merupakan senjata yang sangat ampuh untuk menyelesaikan semua permasalahan. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah Saw., “Doa adalah senjata seorang mukmin, tiang agama, dan cahaya langit dan bumi.” HR. Hakim.
Doa itu menjadi senjata ampuh bagi orang mukmin, tetapi terkadang sebagian orang kurang yakin dengan kekuatan doa yang ia panjatkan. Hal tersebut seperti sebuah senjata, tergantung perlakuan pemakainya. Ibarat sebuah pedang yang sangat tajam, tidak berarti apa-apa bila tidak diayunkan. Juga tidak mengenai sasaranl, jika ada sesuatu yang menghalangi. Demikian pula doa, apabila dilakukan dengan khusyuk dan tidak ada penghalang dalam dirinya, niscaya akan menjadi senjata ampuh bagi setiap mukmin.
Ibnu Qayim rahimahullah berkata, “Doa adalah sebab terkuat bagi seseorang agar selamat dari hal-hal yang tidak ia sukai dan sebab utama meraih hal yang diinginkan. Tetapi pengaruh doa pada setiap orang berbeda-beda. Ada doanya berpengaruh lemah karena dirinya sendiri. Bisa jadi doa itu tidak disukai Allah karena melampaui batas. Atau karena hati seseorang tersebut lemah dan tidak menghadirkan Allah swt. ketika berdoa. Atau juga karena adanya penghalang dalam dirinya seperti makan makanan haram, dosa dalam hatinya, hati yang selalu lalai, nafsu syahwat yang menggejolak dan hati yang penuh kesia-siaan.” (Al Jawaabil Kaafi, 21).
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” QS. al-Baqarah 186
Berdasarkan ayat diatas jelaslah bahwa setiap doa seorang hamba (sangat mungkin) dikabulkan oleh Allah. Sebab Allah itu sangat dekat dengan hamba-Nya, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah adalah Maha Raja dari segala Raja. Allah Maha Kaya dari segala yang Kaya, Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Tinggi, dan Maha Adil. Allah tidak membedakan dalam memenuhi keinginan hamba-Nya.
Jika demikian, mengapa masih ada doa yang tidak terkabulkan? Persoalannya terletak pada orang yang berdoa. Terdapat tiga hal mendasar yang menjadi penyebab tidak terkabulnya doa, yaitu iman, pengetahuan tentang tata cara berdoa, dan perbuatan yang baik.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Hakim, Baihaqi, Ibn Abi Syaibah dan Abu Ya’la. Rasullah menjelaskan bahwa setiap doa pasti dikabulkan kecuali; pertama, doa itu tidak mengandung unsur dosa. Misalnya melakukan ritual-ritual tertentu dengan alasan supaya doa dikabulkan. Kedua, tidak ada pemutusan silaturrahim. Misalnya suka menyakiti hati tetangga. Bagaimana mungkin doa minta keselamatan dikabulkan kalau suka mencelakai orang lain. Karena kebaikan kita kepada orang lain adalah doa yang terucap.
Menurut Said bin Ali bin Wahf al-Qathani, ada beberapa ketentuan agar doa dikabulkan, yaitu: Pertama, harus ikhlas, yaitu membersihkan amal dan doa dari riya’ dan tidak sombong. Hanya mengharap ridha Allah, dan sanggup menerima segala keputusan Allah serta selalu berdoa ketika senang maupun susah.
Kedua, mengikuti tata cara doa yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Ketiga, yakin bahwa doa yang dipanjatkan diterima oleh Allah. Keempat, berdoa dengan khusyuk dan penuh harapan. Kelima, ada keinginan yang kuat dan sungguh-sungguh dalam berdoa.
*Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al Urwatul Wutsqo (STIT-UW) Jombang
Sumber: Buku Rahasia Agar Selalu Ditolong Allah