Oleh: Rara Zarary*
Aku pulang sebentar ke Madura
Mengintip cahaya dari mata ibu yang masih tersiksa
Soal budaya, tradisi, atau mitos yang masih membara membakar dada
Aku pulang sebentar ke Madura
Melintasi Suramadu seumpama musafir lama di persimpangan atas bunyi-bunyi serdadu
Mengukur soal jarak dan waktu tempuh antar kota, lupa soal siapa aku setalah lama di kejauhan mata-mata warga
Aku pulang sebentar ke Madura
Menitip satu isyarat tentang sebuah alasan aku merantau lebih lama
Sebab, Madura terlalu elok untuk ku tindih dengan luka-luka
Sumenep, 2016
Kelana Air Mata
Aku menangis lagi
Dengan air mata yang sama jenuh
Perihal ini, bukan tentang langit yang mendung atau musim hujan yang tak kunjung
Ini sesepi kota rantauku yang baru
Penopang diri yang meringkus segenap hariku
Semisal masa silam itu
Aku menangis tanpa hitungan detik
Lupa menulis dan melukis wajah siapapun
Hanya air mata, dari kejenuhan yang sama
Sudah tak dapat kuukur berapa kilometer perjalanan kutempuh dengan air mata
Air mata yang jenuh, barangkali menjadi mata air yang keruh.
Sumenep, 2016