Oleh: M. Taufik Hidayatulloh
Abu Hurairah merupakan nama yang sangat populer di kalangan umat Islam. Ia telah menempati tempat yang istimewa di kalangan umat sebagai seorang sahabat yang penuh dedikasi dalam memfasilitasi jalan hidup dari mereka yang mencari petunjuk kebijaksanaan. Ia merupakan sahabat yang menjadi saksi hidup dari Rasulullah, dan mendapatkan mata air ajaran Islam langsung dari sumbernya. Tidaklah mengherankan bila kemudian nama beliau ini terulang sebanyak lebih dari 5.000 kali sebagai perawi hadits. Berdasarkan hal tersebut, beliau didaulat sebagai sahabat yang terbanyak (baca: berperan) meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW. Beliau tercatat sebagai penjaga warisan ilmiah, penyimpan harta karun yang tak ternilai harganya berkat peranannya itu.
Nama asli Abu Hurairah adalah Abdurrahman (sebagai pengganti dari nama masa Jahiliyah, Abdussyam) bin Shakhr ad Dawsi. Beliau berasal dari suku Daus di daerah yang kita kenal dengan nama Yaman sekarang ini. Nama asli beliau belakangan jarang disebut, hal ini karena beliau lebih masyhur dengan nama julukannya, yaitu Abu Hurairah atau Abu Hir (bapak kucing) yang diberikan Rasulullah SAW. Julukan itu diberikan karena sifat sayang Abu Hurairah terhadap kucing.
Kehebatan dari banyaknya periwayatan hadits tersebut tidak lepas dari kedekatan beliau dan kesungguhannya untuk menimba ilmu dari Rasulullah SAW. Dilalahnya, kedua hal ini bukan hal yang sulit bagi Abu Hurairah, karena beliau merupakan salah seorang Ahlus Shuffah (penghuni serambi mesjid nabawi yang memilih hidup zuhud beribadah dan mendalami ilmu agama). Selain itu, terdapat banyak faktor lain, di antaranya tersebutlah faktor determinan (menentukan) berupa doa dari Rasulullah SAW.
Sebagaimana bunyi hadits; “Dari Abu Hurairah, beliau berkata, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendengarkan hadits yang banyak darimu, namun aku melupakannya. Maka Rasulullah berkata: hamparkanlah selendangmu, hingga akhirnya aku hamparkan selendangku. Berikutnya Rasulullah mengambilnya dengan tangannya, kemudian beliau bersabda: peluklah selendangmu, maka akupun memeluknya, dan aku tidak lupa sedikitpun setelah itu.” (HR. Bukhari). Dengan faktor terakhir ini kekuatan hafalan Abu Hurairah menjadi berkali lipat.
Namun demikian, ada hal mengejutkan lain, kali ini terkait dengan pemberian julukan Rasulullah SAW terhadap Abu Hurairah. Hal itu disebabkan julukan tersebut bukanlah sembarangan julukan, ia mengandung makna yang dalam. Nyatanya, kucing menurut penelitian terbaru di paruh awal abad 21 ini (dari 35 tahun terakhir) baru terungkap bahwa hewan ini memiliki ingatan episodik, yaitu ingatan jangka panjang yang kuat terhadap hal yang unik. Hal mana baru terungkap melalui temuan tim peneliti dari Kyoto University dan Azabu University, Jepang, pimpinan Saho Takagi pada tahun 2017 melalui publikasi artikel mereka pada Behavioral Processes Journal dan tahun 2022 melalui artikel yang diterbitkan Scientifik report Journal.
Di sini terdapat hubungan erat antara tiga variabel, yaitu; doa Rasulullah SAW, pemberian julukan (Abu Hurairah atau Abu Hir) dan kekuatan ingatan. Pemberian julukan itu tentu bukanlah suatu kebetulan belaka, apalagi ditambah dengan doa Rasulullah SAW, menjadikan ingatan Abu Hurairah yang kuat (berkat ingatan episodiknya) merupakan mukjizat kenabian dan karunia Allah yang tak terhingga sehingga dapat dirasakan manfaat lebihnya pada umat sepeninggalnya. Dengan semua keistimewaan Abu Hurairah itu, menjadi bukti nyata akan daya magis doa Rasulullah SAW yang untuk kesekian kalinya terbukti dan teruji, utamanya dalam memperkukuh ingatan Abu Hurairah hingga memiliki ingatan episodik.
Wallahu a’lam bi as-shawab