OM Ala Maak Indonesia saat unuuk gigi dalam Festifal al-Banjari Dies Natalis Fakultas Dakwah Unhasy, Sabtu (26/03)
OM Ala Maak Indonesia saat unuuk gigi dalam Festifal al-Banjari Dies Natalis Fakultas Dakwah Unhasy, Sabtu (26/03)

tebuireng.online– Grup al-Banjari asal Sidoarjo, OM Ala Maak Indonesia, dalam kurun waktu lebih kurang dua setengah tahun ini menjadi buah bibir di kalangan pecinta seni shalawat al-Banjari. Bagaimana tidak, baru muncul di kisaran akhir 2013 sudah mampu menggemparkan publik al-Banjari dengan menjadi juara di beberapa festifal al-Banjari, dari tingkat Jawa Timur hingga Nasional. Bahkan masih hangat, publik Tebuireng dibuat tercengan dengan performa mereka di panggung Festifal al-Banjari Dies Natalis ke-47 Fakultas Dakwah Unhasy, Sabtu (26/03), lalu.

Tahun 2010-an, adalah awal babak baru dunia al-Banjari. Persaingan semakin ketat dengan munculnya grup-grup besar. Sebelumnya, al-Banjari masih bersifat sederhana, dengan vokal utama sebagai titik kelebihan dan kelemahan. Seiring berjalannya waktu, variasi tabuhan rebananya, hingga keselarasan suara vokal dan backing vokal, semakin berkembang, lima vokal dengan tangga nada suara yang berbeda-beda.

Muncul beberapa grup besar, baik grup baru maupun grup lama dengan wajah lebih segar saat itu seperti Syaiqul Habib,  Zerofaza, Nurut Taibin, Muhasabatul Qolbi, al-Jalalah, dan lain sebagainya. Kemudian menyusul Labib al-Asyrafi, Hubbul Amin, Tsamratul Qohwah, ar-Raudhah, Mereka lah yang mengisi tangga-tangga juara di hampir setiap even yang diadakan. Diantara generasi itu kemudian satu per satu memudar hingga kemudian banyak yang vakum, walau beberapa masih bertahan kuat.

Logo Ala Maak Indonesia
Logo Ala Maak Indonesia

Kemudian, khazanah al-Banjari dikejutkan dengan munculnya grup baru dari Sidoarjo bernama Ala Maak. Anak-anak muda didikan beberapa mantan personel Syauqul Habib ini diakomodir oleh Ustadz Ziyad (vokal) dan Gus Syafi (penabuh), menjadi satu grup pada Oktober 2013. Seperti gayung bersambut, Ala Maak bagaikan anak yang bahkan melebihi bapaknya, Syauqul Habib. Prestasi besar pertama mereka di even besar dan bergengsi adalah ketika menjadi juara 1 Festifal al-Banjari di Pesantren al-Qur’an Nurul Huda Singosari Malang awal tahun 2014 silam. Puncaknya Sani, Owdy, Yana, Mirza, Ubed, Fandi dkk sukses menjadi jawara pertama Festifal al-Banjari Nusantara di Pesantren Tarbiyatut Tholabah (Tabah) Paciran Lamongan akhir 2014 dan jawara kedua di Masjid Istiqlal Jakarta tahun 2015.

Para personel Ala Maak
Para personel Ala Maak

Inilah prestasi Ala Maak dalam kurun waktu 2014 hingga Maret 2016 ini. Tahun 2014 berhasil meraih juara 1 Fesban (Festifal al-Banjari)  Nurul Huda se-Jatim, juara 1 Fesban Nusantara di PP Tabah Lamongan, juara 1 Fesban se-Jatim MA Darul Ma’arif Gresik, Juara 3 Festifal Ramadhan Jawa Pos,  juara 3 Fesban PP Wahid Hasyim Bangil, juara 2 Fesban Unsuri, juara 2 Fesban di Mojowarno, juara 1 Fesban di Panti Asuhan dan Sosial al-Hasan Karah, dan juara 3 Fesban di Unisla Malang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tahun 2015, berhasil menyabet gelar juara 1 Fesban di Sidomoro, juara 3 Fesban Nusantara PP Tabah Lamongan, Juara 2 Fesban Nusantara di Masjid Istiqlal Jakarta, juara 2 Fesban di PP Ar-Riyadl Pasuruan, juara 1 Fesban di PP Raudlatul Alim Menganti Gresik, juara 1 Fesban di Unwaha, juara 1 Fesban Dies Maulidiyah Unipdu, juara 1 Fesban Orichimaru Malang, juara 2 Fesban Haul Maulana Ishak Paciran, juara 2 Fesban Asmoroqondi, juara 1 Fesban Sukorejo Situbondo, juara 1 Fesban Dies Natalis Unair, juara 2 Fesban Islamiyah, juara 1 Fesban FPRG Singosari, juara 1 Fesban Perumtos Tulangan Sidoarjo, juara 2 Fesban IQMA UINSA Surabaya, juara 2 Fesban IPNU Kranji Lamongan, juara 2 Fesban FORSIB Bank Jatim.

Awal tahun 2016 ini, hingga akhir Maret, beberapa prestasi berhasil diraih, diantaranya juara 1 Fesban Pertamina, juara 1 Fesban PPRS Probolinggo, juara 1 Fesban PP Ar-Riyadl Pasuruan, juara 1 Fesban MAN Tambak Beras, juara 1 Fesban Ujung Pankah Gresik, juara harapan 1 Fesban di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Juara 3 Fesban Maulid Nabi dan Milad BiBarkatis Shalawat, dan terbaru Sabtu kemarin, menjadi juara 1 Festifal al-Banjari Dies Natalis Fakultas Dakwah Unhasy Tebuireng.

Ustadz Ziyad, ketika diwawancarai wartawan Tebuireng Online via pesan suara WhatsApp menceritakan sejarah berdirinya Ala Maak dan rahasia kesuksesannya. Akhir tahun 2013 tepatnya bulan Oktober, Ustadz Ziyad dan Gus Syafi, mantan personel Syauqul Habib yang sudah vakum, berinisiasi untuk meneruskan estafet, karena usia mereka yang terbilang masih muda, dengan mendirikan grup baru. Personelnya diambilkan dari murid-murid mereka yang memiliki kemampuan potensial, muda, dan progresif. Tanggal 10 Oktober, dideklarasikanlah secara resmi grup baru ini.

Nama Ala Maak berasal dari Bahasa Arab, Ala berarti “di atas” dan maa’ berarti “air”, jadi Ala Maak adalah “di atas air”. Filosofi nama tersebut adalah manusia hidup bagaikan di atas air, mengalir, ibarat air sungai mengalir dari hulu ke hilir. Baik dan buruk harus mengalir, dinamis, bergerak ke arah yang lebih baik. Mereka berdua berjuang di bagian masing-masing, Gus Syafi di barisan belakang membina para penabuh, dan Ustadz Ziyad di bagian vocal. Keduanya seperti sepasang sejoli yang terus memutar otak bagaimana grup ini bisa berbeda dengan yang lain.

Soal karakter, Ala Maak tak ingin main-main, harus berbeda dengan lainnya. Pada saat itu, rata-rata grup al-Banjari berkiblat kepada aliran musik timur tengah, semisal aliran Suriah, Mesir, Negara-negara teluk dan aliran Langitan. Mereka ingin grup ini memiliki ciri khas, kreatif, inovatif, tidak meniru, bahkan memberikan inspirasi dan mempengaruhi grup lain. Mereka ingin membuktikan al-Banjari bisa berkembang. Irama semua jenis musik bisa diadopsi, semisal pop, pop rock, hip-hop, dangdut, India, bahkan regae. Ciri itulah yang tercermin dari aransemen lagu yang mereka ciptakan dalam setiap tampilannya di berbagai festifal.

Dalam penciptaan ide-ide brillian itu, ada dua fase yang mereka gunakan. Pertama, ketika Ustadz Ziyad dan Gus Syafi masih ikut menjadi personel, semua ide bersumber dari mereka. Namun, seiring persoalan kaderisasi, generasi kedua dimunculkan, mereka berdua memutuskan turun panggung, menjadi manager permainan. Itulah awal fase kedua berlaku, play maker di belakang adalah Ubed dan Owdy, Ustadz Ziyad masih bertahan di barisan depan.

Sistem kaderisasi yang dijalankan managemen Ala Maak dibedakan menjadi dua, antara penabuh dan vokal berbeda. Vokal cenderung selektif. Setiap personal, harus memiliki kemampuan setara dengan Ustadz Ziyad atau lebih baik, bisa jalur independen, atau dari grup lain yang sudah vakum. Untuk penabuh, Ala Maak cenderung fleksibel, murid-murid yang potensial dilatih secara intens dan maraton, sehingga muncullah bibit-bibit unggul untuk kaderisasi penabuh Ala Maak seterusnya.

Juara dalam festifal tentu bukan tujuan hakiki Ala Maak dibentuk. Sisi dakwah Islam, tentu menjadi konsentrasi utama mereka, yaitu “syiar dalam syair”. Tumbuh di tengah-tengah masyarakat kota yang matrealis dan modern dengan pergaulan yang super bebas, Ala Maak juga tertantang untuk berkontribusi merubah gaya hidup anak-anak muda perkotaan di lingkungan markas mereka di Pondok Pesantren an-Nidhomiyah Sepanjang Sidoarjo dan training camp di MTs Hasanuddin, Jln. Raya Tabel No.05 Gedangan Sidoarjo.

Para pemuda diajak untuk ikut majlisan, shalawatan, terbangan. Tentu saja, espektasi mereka soal al-Banjari sangat sempit, menabuh-nabuh benda bulat dari kulit hewan, tentu sangat susah dikatakan oleh para pemuda, bahwa itu menyenangkan. Namun, dengan ciri khas al-Banjari baru yang mereka perkenalkan, dapat menerima segala bentuk jenis musik yang bisa diadopsi, membantu menarik para pemuda untuk ikut bersama mereka. Menarik bukan?

Ustadz Ziyad, Manager OM Ala Maak Indonesia
Ustadz Ziyad, Manager OM Ala Maak Indonesia

Ustadz Ziyad juga mengungkapkan beberapa faktor mengenai susah berkembangnya grup-grup al-Banjari di pesantren. Menurutnya, faktor utama adalah soal titik fokus. Mereka yang berada di luar pesantren, punya titik fokus yang lebih sedikit sehingga bisa konsentrasi untuk mempersiapkan performa dalam setiap festifal, sedangkan santri yang masih di dalam pesantren, memiliki tuntutan fokus yang banyak. Mereka harus fokus mengaji, fokus sekolah, fokus roan dan lain sebagainya. Jadi untuk fokus pada satu titik, katakanlah al-Banjari saja, tentu akan merusak fokus mereka pada hal-hal lain. Dari segi waktu pun, santri di dalam pesantren tidak seleluasa yang berada di luar. Untuk mengikuti perlombaan, santri harus mengantongi izin pengurus, dan tidak semua festifal bisa mereka ikuti.

Dengan segala faktor penghambat itu, Ustadz Ziyad memberikan saran agar santri bersikap fleksibel saja, dalam artian titik fokus disesuaikan dengan prioritas dan jadwal yang berlaku. Ada saatnya waktu dapat digunakan untuk mengembangkan bakat di bidang al-Banjari, mendatangkan guru, dan digembleng hingga kemampuan interpersonal masing-masing dapat terbentuk.

Ala Maak mengajarkan kita menganai kreatifitas dan menciptakan karya berdaya guna lebih. Tidak mengandalkan hal-hal normatif dan kecenderungan untuk menciptakan hal baru selalu diasah dengan ide-ide inovatif dan terbuka. Justru dengan keterbukaan itu, Ala Maak dapat diterima semua kalangan, mengayomi yang muda, mengkader anak sejak dini, dan disegeni yang tua. Di zaman yang semakin penuh dengan hiruk-pikuk keduniaan, penguatan spiritualitas masyarakat dengan majlis shalawat perlu terus digalakkan, tentu dengan berbagai pengembangan. Siapa saja bisa dan boleh berdakwa dengan metode apapun, asal tidak merugikan dan mengganggu kepentingan umum. Anak-anak muda Ala Maak ini, patut diapresiasi. Semoga menginspirasi. (abror)

*Wawancara khusus bersama Ustadz Ziyad, Maneger Grup al-Banjari OM Ala Maak Indonesia, Ahad, 27 Maret 2016.