ilustrasi. foto: vecteezy

Diakui atau tidak, hukum sunnatullah memang ada. Misalnya dalam memperlakukan individu lain, jika perlakuan kita tidak baik, maka bersiaplah untuk menerima konsekuensi tindakan kita. Bagaimana kehidupan kita itu bergantung dengan cara kita bersikap kepada orang lain. Kita tidak bisa hidup sendiri, dalam 24 jam kita tetap butuh bantuan dan interaksi dengan orang lain. Dengan interaksi tersebut, kita tahu sekian banyak watak manusia.  Sehingga menyadarkan diri untuk tidak mudah menganggap remeh orang lain dan menganggap diri kita lebih baik dari pada orang lain. 

Sementara itu, di luar sana, kita berinteraksi dengan banyak orang. Baik yang kita kenal maupun tidak. Lambat laun akan timbul rasa membandingkan. Orang yang kita kenal, tidak semua mempunyai karakter yang baik. Apalagi di hadapan orang lain, bisa saja orang yang kita kenal menunjukkan sifat yang berbeda. Lain di luar lain di dalam. Meski demikian, kita tidak boleh membuka aib seseorang, kecuali jika hal itu membahayakan bagi orang lain.

Selain itu, setiap kita pasti memiliki ego. Tapi, belum tentu setiap kita mampu mengendalikan peran ego tersebut. Sebagian ingin didengar, sebagian ingin dipandang baik, dan sebagian ingin dipahami. Ketika keinginan tersebut tidak terpenuhi, maka memicu timbulnya emosi. Sikap yang bijak ialah selain mendengarkan diri sendiri, kita juga perlu mendengarkan orang lain. Karena kita tidak tahu ke depannya. Bisa jadi kita akan membutuhkannya atau dia yang butuh kita. 

Maka berbuatlah baik, dengan manusiakan manusia. Kita tidak meminta imbalan apa pun. Namun, Tuhan pasti membalasnya. Selalu berbuat baik terhadap sesama. Perbuatan orang lain yang kurang baik, tidak perlu kita balas. Kita cukup belajar untuk memaafkan dan memaklumi.  Perbaiki hubungan kita dengan manusia. Bukan hanya memperbaiki hubungan kita kepada Tuhan. Karena di dunia bukan hanya kita, ada manusia lain yang harus kita perlakukan dengan baik pula.

Oleh karena itu, janganlah saling bermusuhan. Ketika berbuat salah, wajib untuk minta maaf. Itu etika dalam hubungan sosial antara individu. Dalam kehidupan bermasyarakat tentu lebih kompleks. Boleh kita perhatian kepada orang lain, tetapi jangan lupakan peran tetangga. Bahkan bisa dikatakan bahwa tetangga lebih penting dari saudara. Mengapa? karena tetangga adalah orang yang dekat dengan kita. Perbaiki hubungan dengan tetangga. Ada rezeki lebih, maka bagikan ke tetangga. Karena kalau kita sakit, yang menjenguk pertama dan membantu itu pasti tetangga.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurut Hubert Bonner dalam Social Pyschology (1953), suatu hubungan antara dua individu atau lebih bisa saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Dengan demikian, manusia yang lain juga bisa mengubah karakter kita. Atau bahkan mempengaruhi kehidupan kita. karena sistem pergaulan yang kita ikuti juga menjadi salah satu pengaruhnya.

Contohnya ketika kita belum berteman dengan dia, diri kita itu sombong, pelit, tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Setelah kita berteman dan membuka diri terhadap lingkungan, kita sudah berubah menjadi orang yang rendah diri, mawas diri, kita mampu menjaga interaksi sosial. Dan sebaliknya, kita juga bisa merubah seseorang, karena kita sering menasehatinya, menjadi alarmnya, atau yang lainnya. 

Perbaiki apa yang seharusnya diperbaiki. Kita belajar meminta maaf dan berterima kasih. Karena berkat orang-orang yang hadir dalam kehidupan kita, mampu menjadikan kita menjadi lebih dewasa, menjadikan kita sabar dan ikhlas. Tidak ada ruginya jika kita mengakui kesalahan. Yang salah adalah jika kita selalu merasa benar dalam kelompok. Itu yang salah dan itu yang harus diperbaiki. Pelajari tentang mengendalikan ego. Tidak hanya kita yang ingin dimengerti, orang lain juga ingin dimengerti. Karena kita tidak bisa egois sendiri dengan memikirkan diri kita sendiri. Belajarlah untuk memahami orang lain.


Ditulis oleh Nabila Rahayu, mahasiswi Universitas Hasyim Asy’ari