Sumber: www.nusantaramengaji.com

Oleh: Silmi Adawiyah*

Ikhlas adalah termasuk amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian “istimewa” (secara mendalam) dan dilakukan dengan cara “istimrar” (terus menerus) di setiap kita hendak melakukan `amal `ibadah, agar amalan kita menjadi bernilai di hadapan Allah. Ikhlas dalam hal ini juga bukan hanya sekedar pasrah atau menerima apa adanya, melainkan kerelaan untuk berjuang dan menyerahkan hidup kita kepada Allah.  karena itu, ikhlas memiliki hubungan yang erat dengan iman dalam diri kita. Perumpamaan Allah terkisahkan dalam ayatNya:

حُنَفَاءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”

Ibnul Qayim menjelaskan dalam Badai`ul Fawaaid bahwa amalan–amalan hati merupakan hal yang pokok, adapun amalan–amalan anggota badan adalah pengikut dan penyempurna. Sesungguhnya niat sekedudukan dengan ruh, adapun amalan sekedudukan dengan jasad, sehingga apabila ruh telah terpisah dengan jasad maka binasalah. Oleh sebab itu mengetahui hukum – hukum hati lebih penting dari pada mengetahui hukum-hukum jasad.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Orang yang ikhlas memiliki pola hidup yang lebih berkualitas dibanding lainnya. Ia tenang menghadapi masalah, lega dengan setiap usahanya dan bersahaja dalam bertindak. Untuk mencapainya, ada tiga cara untuk membuat hati ikhlas sebagai berikut:

  1. Mengenal dan memahami siapa Allah

Mengenal dan Memahami Allah berarti mengenal sifatnya, kedudukannya, hukum-hukum, dan aturan kehidupan yang telah ditetapkan Allah kepada manusia. Dasar mengenal Allah adalah memahami aqidatul khomsin (lima puluh aqidah) dimana di dalamnya diuraikan tentang 20 sifat wajib bagi Allah yang merupakan hasil istiqro (telaah) para ulama yang saleh yang mengikuti imam mazhab yang empat yang bersumber dari Al Quran dan as Sunnah.

Dengan mengenal dan memahami siapa Allah maka manusia akan paham dan merasakan betul bahwa hidupnya sangat bergantung kepada Allah. Keikhlasan pun akan muncul. Bahkan bersyukur tiada henti. Inilah langkah awal untuk bisa mengamalkan sikap ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Memahami aturan-aturan Allah

Kemudian dengan memahami aturan-aturan Allah. Sebagaimana memahami sifat-sifat dan siapa Allah, maka manusia perlu juga memahami aturan-aturan Allah yang dijalankan selama keseharian. Ketika tidak memahami aturan Allah, maka manusia akan merasa malas atau tidak lurus niatnya dalam menjalankan aturan Allah. Selain itu, memahami aturan Allah pun juga dapat dilakukan dengan memahami rukun islam , rukun iman, fungsi iman kepada kitab Allah, fungsi iman kepada Allah SWT, dan fungsi Al Quran bagi umat manusia. Al Imam al Ghazali berkata:

لاَ تَصِحُّ الْعِبَادَةُ إلاّ بَعْدَ مَعْرِفَةِ الْمَعْبُوْدِ

Tidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengenal (Allah) yang wajib disembah”.

  1. Mendudukkan setiap masalah secara adil dan seimbang

Selain dari dua hal di atas, maka manusia hendaknya juga dapat mendudukkan dan memahami segala masalah dengan adil dan seimbang. Hal ini dilakukan dengan senantiasa objektif, seimbang, melihat dari berbagai sudut dan persepsi dalam setiap masalah. Melihat dari sudut yang sama hanya akan membuat manusia selalu mengeluh atau tertutup jalan hidupnya.

Dengan melihat segala masalah secara adil dan seimbang, maka manusia akan mudah untuk mengambil hikmah dan kebaikan dari apa yang dialaminya. Maka tidak akan ada keluhan yang ada adalah keikhlasan. Dengan adanya keikhlasan maka manusia akan mudah untuk menjalani segala sesuatu dan dengan mudah mendapatkan jalan keluar dari kesulitan yang ada.


*Alumnus Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir dan Unhasy Tebuireng Jombang.