santri tebuireng mencari ilmu
santri tebuireng mencari ilmu

Oleh: Inggar Saputra*

Masyarakat percaya adanya kekuatan gaib yang dipancarkan melalui kata-kata dan suara, biasa disebut mantra. Membaca mantra biasanya untuk berbagai kegiatan ritual dan tujuan kehidupan yang menjadi keinginan sang punya hajat. Dalam kehidupan sosial masyarakat, mantra memiliki fungsi spritualitas dan keajaiban.

Ini memperkuat kehidupan ruhani seseorang agar percaya kepada sesuatu yang gaib dan menguatkan keyakinan pertolongan Allah SWT. Konsep mantra mampu meningkatkan kualitas kehidupan, memurnikan jiwa, perlindungan atas masalah yang ada, serta menjaga keharmonisan jiwa.

Seringkali mantra banyak dipakai dan bermanfaat ketika seseorang menghadapi kesulitan dan problematika kehidupan. Sesuatu yang bersifat netral dapat diarahkan menjadi positif untuk menjadi bagian dari solusi masalah kehidupan. Ketika diucapkan, mantra diyakini mampu memberikan sugesti kepada pikiran sehingga tubuh bekerja untuk yakin masalah bisa diselesaikan. Titik ini, mantra sesungguhnya bisa berdampak positif kepada pikiran positif dalam kepribadian seseorang. Selain itu, mantra dapat menguatkan ketahanan individu dalam merespons masalah atau ujian kehidupan yang datang kepada dirinya.

Dunia keilmuan modern, khususnya psikologi menyebut kata-kata atau mantra ini dengan istilah afirmasi. Secara umum, afirmasi adalah kata-kata yang terus diulang-ulang, diucapkan secara verbal dalam hati manusia. Dengan afirmasi, pikiran bawah sadar (metafisika) seseorang disentuh dan dipengaruhi dengan lembut.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Setiap kata yang terucap dari mulut kita menghubungkan pikiran sadar dengan alam semesta, sehingga melahirkan energi positif dalam kehidupan. Bagaikan sebuah komputer, program pikiran bawah sadar yang positif melahirkan dampak baik. Kita akan merasakan sugesti menjadi pribadi yang bahagia, bersyukur, sehat, kaya, sukses dan tenang menjalani kehidupan yang ada.

Sesungguhnya ’afirmasi’ mirip seperti orang yang berdoa dalam khazanah keilmuan Islam. Ketika berdoa kita mengucapkan kata-kata yang positif dan memohon kebaikan serta perlindungan Allah SWT. Seseorang yang berdoa sedang berusaha menggantungkan harapan, cita-cita dan keinginan kepada sang pemilik alam semesta.

Kata-kata dalam doa umumnya berisi daftar keinginan yang mempengaruhi emosional, spritualitas, pikiran dan sistem keyakinan dalam hidup. Komitmen dalam berdoa adalah menggabungkan ucapan dan tindakan agar berjalan secara seimbang. Ketika keduanya mencapai keseimbangan, secara lahir dan batin manusia akan mampu mencapai apa yang diinginkannya. Baik mantra, afirmasi, dan doa, bagi seorang santri merupakan jalan menuju kebahagiaan dan mencapai ridho Allah.

Tiga Bentuk Afirmasi Positif

Pertama, Man jadda wa jada. “Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil”. Setiap keinginan hidup jika ingin sukses maka membutuhkan kerja keras, sebab esensi hidup itu harus diperjuangkan. Kita membutuhkan konsep Doa, Usaha, Istiqomah dan Tawakal (DUIT). Doa menjadi media penghubung manusia dengan Allah. Ikhtiar merupakan bagian dari kerja keras mencapai keinginan yang sudah dibacakan dalam doa. Istiqomah adalah bentuk komitmen diri terhadap apa yang sudah menjadi tekad untuk diwujudkan secara nyata. Tawakal adalah menyerahkan semua doa dan kerja keras kita kepada Allah sebagai pemilik takdir kehidupan ini.

Kedua, Man Shabara Zhafira artinya “siapa yang bersabar, maka dia akan beruntung”. Kesabaran adalah sesuatu yang bernilai mahal dalam kehidupan seorang muslim. Kata sabar seringkali mudah diucapkan, tetapi dalam realitasnya tidak mudah dijalani. Sehingga sering kita mendengar perkataan, sabar ada batasnya. Padahal Allah SWT sudah menegaskan, kesabaran tak ada batasannya. Sebab ketika kita membatasi kesabaran, maka kita sudah kalah, menyerah dan berputus asa dari pertolongan Allah SWT. Jika kita meyakini diri sebagai manusia beriman, maka Allah SWT memberikan garansi keberhasilan asalkan mau bersabar, menguatkan kesabaran dan bertakwa kepada Allah SWT.

Ketiga, Man Yazro Yahsud, “siapa yang menanam akan menuai”. Jika kita berbuat kebaikan, meniatkan hati dan kerja untuk ikhlas karena Allah SWT. Maka nantinya akan ada kebaikan, pahala dan hasil yang sesuai harapan. Tak ada kerugian sedikitpun bagi seseorang yang suka menanam kebaikan sekecil apapun. Sebab bibit kebaikan yang kita produksi sekarang, kelak akan menghasilkan buah kesuksesan di masa depan. Membiasakan diri berbuat baik maka Allah SWT akan membalas dengan kesuksesan karir, kebahagiaan hidup dalam keluarga shalih dan berbagai hal yang tidak pernah diduga sebelumnya.

Kita bisa belajar kepada sosok petani, yang menanam bibit padi dengan cara dan teknik yang baik, serta keyakinan Allah SWT akan memberikan hasil panen yang banyak. Ketika musim panen datang, jika hasilnya sesuai harapan maka petani akan bersyukur. Tetapi jika terjadi gagal panen, maka petani akan kembali mengulang untuk menanam di musim berikutnya. Petani yang bersyukur, optimis dan yakin akan pertolongan Allah SWT maka hidupnya bahagia di dunia dan akhirat.

Itulah tiga mantra, doa dan afirmasi positif yang dapat dilakukan santri dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Kata-kata positif di atas akan menghasilkan kesuksesan dan kebahagiaan ketika dijalani dengan syukur, optimis dan senantiasa mengharapkan ridho Allah SWT. Perkataan positif jika terus diulang akan mudah meresap ke hati dan pikiran, kemudian tubuh akan merespons dengan tindakan kebaikan. Semakin sering diulang, maka membantu kita mengenali, menghargai dan meningkatkan kepercayaan diri.

Baca Juga: Tiga Macam Khidmah Santri kepada Pesantren

*Penggiat Literasi Rumah Produktif Indonesia.