santri tebuireng mengaji, khidmah santri

Kehidupan santri yang serba menuntut kesabaran, tak jauh dari yang namanya berkah dan khidmah. Berkah adalah tambahnya kebaikan, sementara khidmah adalah sebuah sikap yang seyogyanya dilakukan oleh seorang santri, sebagai ajang memperkuat batin dan juga hubungan baiknya dengan kiai. Alilmu bi al-ta’alum, wa al-barokah bi al-khidmah.

Sudah sewajarnya jika kita dituntut untuk belajar dan menuntut ilmu agar ilmu dapat diamalkan dan diajarkan, maka kita harus menjalankan khidmah. Khidmah sendiri dapat diartikan sebagai sikap rela atau mengabdikan diri dalam proses mencari ilmu. Mengabdikan diri, utamanya pada kiai dan guru, orang tua dan juga masyarakat pada umumnya.

Namun perlu digarisbawahi, kita di pesantren adalah untuk menuntut ilmu, maka bisa dikatakan bahwa khidmah adalah pelengkap. Karena ilmu bisa dicapai dengan menuntutnya, dan khidmah atau barokah adalah bonusnya. Jadi jika kita mengatakan bahwa khidmah lebih utama, tentu dapat dianalisis jika bonus akan mengikuti usaha utama. Jadi jangan sampai kita salah mengartikan perihal pentingnya mencari ilmu dan berkhidmah pada kiai.

Khidmah Terbagi menjadi Tiga

Yang pertama adalah khidmah bin nafs, yaitu berjuang menggunakan pribadi atau badan kita. Khidmah bin nafs dapat kita jumpai secara nyata dan maya pada dunia sekarang ini, rasanya dunia telah melek akan kelestarian budaya baik ala pesantren ini.

Khidmah jenis ini dapat kita jalankan dan lakukan langsung selama kita masih menjadi santri. Misalnya dengan cara mencucikan pakaian kiai, mencucikan mobil, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Khidmah ini sering kita lihat diterapkan oleh banyak pesantren salaf khususnya di daerah Jawa.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Yang kedua adalah khidmah bil maal, yaitu berjuang atau mengabdikan diri dengan harta. Anak pesantren yang notabene masih menjadi tanggungan orang tua, mungkin sekali bisa menjalankan khidmah jenis ini meskipun belum secara maksimal. Misalkan meniatkan amal Jumat sebagai amal jariyah, menyisihkan sebagian uang untuk iuran pembangunan dan lain sebagainya

Yang ketiga adalah khidmah bid du’a , yaitu khidmah atau mengabdi dengan cara mendoakan. Entah kepada ulama, kiai dan seluruh keluarganya, khidmah ini dapat dilakukan oleh siapa pun. Mendoakan adalah cara terbaik untuk mengungkapkan perasaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada para masyaikh, tidak bercerita melalui derita, namun membisikkan harapan dan cinta kasih kita pada kiai dan guru kepada Allah.

Menjadi Pengurus sebagai Bentuk Khidmah

Sering kali kita mendengar bahwa menjadi pengurus di pesantren juga termasuk khidmah. Mungkin secara langsung kita akan berpikir, kira-kira pengurus bagian apa yang berpotensi untuk menjadi seorang khodim atau khodimah kiai tersebut. Jawabannya adalah semuanya,  hampir semua bagian dan divisi dari struktur kepengurusan bisa memiliki peluang besar untuk berkhidmah.

Misalkan pada bagian kesehatan, dengan adanya kerja sama dan komitmen menyehatkan santri, memeriksakan santri yang sedang sakit, menyediakan keperluan seperti memberikan obat dan perawatan, membawa santri periksa dan menjaga di UKS jika dibutuhkan. Secara tidak langsung, pengurus bagian kesehatan telah berkhidmah dalam menyedikitkan dan meringankan kasus sakit pada santri.

Dengan kata lain, sebenarnya bagian ini adalah bagian penting karena perannya untuk mengawal kesehatan santri. Dapat dikatakan ini sebagai tahapan pokok atau tangga utama menuju tercapainya pembelajaran yang baik dan kondusif. Karena tubuh adalah kendaraan bagi kita, maka jika tubuh tidak sehat, otomatis produktivitas akan menurun dan mengganggu kesempatan santri untuk mengaji.

Nah, dengan adanya upaya dari pihak kesehatan untuk menyehatkan santri dan membantu mengupayakan pemeriksaan dan sebagainya, agaknya inilah yang dinilai sebagai khidmah bin nafs, apalagi di pondok yang sudah besar.

Peran Pengurus Santri

Kehadiran pengurus sebagai wakil dari kiai dan juga keluarga akan sangat berarti, entah sebagai penanggung jawab dan lainnya. Dengan ini juga, santri sudah ikut mengondisikan waktu dan kesempatan belajar, secara tidak langsung, membantu juga bagi kiai atas ketersediaan santri yang akan mengaji.

Sebagian dari kita tentu memiliki potensi dan kemampuan dalam bidang masing-masing, khidmah yang terbagi menjadi tiga di atas dapat menjadi salah satu pilihan. Kira-kira bagian mana yang kita mampu, bagian mana yang kita bisa usahakan dan bisa kita ikhtiarkan. Sebagai seorang santri, tidak afdol kiranya jika tidak mengenal dunia keterampilan apalagi dalam hal khidmah.

Jika kita diberi kesempatan oleh Allah untuk mengabdi dengan doa, maka dengan segala kekuatan dan keyakinan, lakukanlah. Jika kita diberi kemampuan berupa rezeki, maka bisa kita khidmah bil maal, maka pertahankanlah. Jika Allah memberikan kesempatan pada kita untuk bisa berkhidmah dengan diri kita, maka lakukanlah, lillah, dan ikhlas, karena di balik semua itu, insyaallah Allah telah memberikan janji dan kebaikan setelahnya, amiiin.

Baca Juga: Pengabdian dan Khidmat Santri kepada Guru


Ditulis oleh Rokhimatus Sholekhah, Santriwati Pondok Pesantren Alhusna Payaman Secang Magelang.