Oleh: Quratul Adawiyah*

Meskipun menghafal al-Qur’an merupakan sesuatu yang penting, sekaligus merupakan amalan yang memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan, tetapi pada kenyataannya memang tidak semua muslim sadar bahwa hal itu benar-benar penting, juga tidak semua mereka mengetahui berbagai keistimewaan dan keutamaannya karena terdapat kendala khusus yang seringkali dikeluluhkan.

Kebanyakan para penghafal al-Qur’an memang rata-rata mengatakan bahwa menghafal di waktu lapar, apalagi sambil berpuasa bagi mereka lebih cepat masuk daripada menghafal ketika dalam keadaan kenyang. Al Khatib al- Baghdadi (w.463 H) di dalam al- Faqih wa al-Mutafaqqih bahkan juga mengatakan:

وَأَوقَاتُ الجُوع أَحمَدُ للتَّحَفُّظ من أَوقَات الشّبَع

“Dan saat-saat sedang lapar itu lebih baik digunakan untuk menghafal daripada waktu ketika kenyang.” Hal yang serupa dikatakan pula oleh Ibn al-Jauzi (w. 597) di dalam Shaid al-Khatnir.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dan tentu saja memang yang dimaksud dengan lapar di sini adalah lapar yang masih dalam batas wajar, artinya tidak benar-benar membuat seseorang kehilangan tenaganya. Karena jika yang dimaksud adalah keadaan sangat lapar yang membuat seseorang tidak memiliki tenaga, tentu siapapun pasti tahu bahwa waktu tersebut tidak mungkin bisa digunakan untuk menghafal.

Namun, ternyata ada saja sebagian penghafal yang mengeluh bahwa mereka merasa kesulitan jika menghafal atau mengulang-ulang hafalan jika dalam keadaan lapar, termasuk jika sambil berpuasa, walaupun sebenarnya rasa lapar tersebut sama sekali tidak membuatnya kehilangan tenaga. Hal itu terjadi karena bawaan mereka yang tidak bisa konsentrasi ketika menghafal dan membaca hafalannya dalam keadaan lapar.

Jika dalam keadaan tidak berpuasa, memang tidak terlalu menjadi masalah, karena ia bisa makan terlebih dahulu. Tetapi, jika ia dalam keadaan berpuasa, tentu sangat disayangkan jika ia sama sekali tidak membaca al-Qur’an di waktu sebenarnya sangat utama tersebut, apalagi jika yang dimaksud adalah puasa Ramadhan, bulan yang diturunkan di dalamnya al-Qur’an yang juga seharusnya dijadikan sebagai momen untuk memperbanyak bacaan al-Qur’an.

Untuk para penghafal yang katanya merasa kesulitan menghafal atau mengulang hafalan saat berpuasa dengan alasan tidak bisa konsentrasi dalam keadaan lapar, sebenarnya masih banyak cara yang bisa dilakukan supaya kegiatan menghafal tetap terus berjalan. Jika memang benar sejak awal menghafal merasakan bahwa menghafal dalam keadaan lapar adalah sesuatu yang sulit karena tidak bisa berkonsentrasi, maka di antara solusinya, dapat menghafal di waktu pagi menjelang siang, karena di waktu tersebut biasanya belum muncul rasa lapar.

Lalu bagaimana jika ternyata di waktu tersebut justru punya kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, maka sebenarnya masih bisa menggunakan waktu malam untuk tetap menghafal. Adapun jika ada kesempatan di waktu siang. Maka gunakanlah ia untuk mengulang-ulang hafalan. Atau jika ternyata untuk mengulang hafalan pun terasa sulit, maka sebenarnya masih bisa membacanya dengan menggunakan mushaf (bin- nadzar) karena ia tidak terlalu membutuhkan konsentrasi.

Hal lain yang juga tidak kalah penting, jika menghafal, mengulang hafalan, atau sekedar membaca melalui mushaf ketika berpuasa, maka jangan terlalu memaksakan diri untuk mengeluarkan suara yang agak tinggi. Bacalah dengan suara yang pelan agar tidak membuat cepat lelah atau kehausan. Atau boleh juga jika mau membacanya tanpa suara, melainkan hanya menggerak-gerakkan bibir saja. Malah inilah salah satu cara yang bisa digunakan untuk menjadikan hafalan al-Qur’an sebagai dzikir yang senantiasa baca dalam keadaan apapun selama memungkinkan dan diperbolehkan.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari