Sumber gambar: Pustaka Tebuireng

Judul               : Goresan Tinta Sang Da’i

Cetakan           : Kedua

Penulis             : Ali Mushtofa, dkk

Penerbit           : Pustaka Tebuireng

Tahun              : 2018

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tebal               : 83 halaman

ISBN               : 978-602-8805-53-7

Harga             : Rp. 25.000

Peresensi         : Akhmad Nurmasduki*


Dakwah merupakan kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang lain untuk beriman dan ta’at kepada Allah SWT, sesuai dengan garis akidah, syariat, dan akhlak Islam. Ada banyak metode dakwah dan ceramah yang umum dikenal masyarakat, bagaimanapun caranya yang terpenting misi dakwah itu berhasil, keberhasilan dakwah dengan ceramah tidak hanya ditentukan oleh pandainya beretorika dan penyampaian materi sang da’i saja, tetapi juga ditentukan oleh metode dan karakter sang da’i.

Beberapa kalimat dari seorang da’i yang berkarakter khas dan menarik akan lebih bisa mempengaruhi masyarakat, bahkan isi ceramahnya tidak terasa bosan walaupun sudah beberapa kali didengarkan, untuk menjadi da’i yang diterima baik oleh masyarakat memang bukan hal yang mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin, dengan niat yang ikhlas, kamauan yang kuat, dan terus latihan dengan metode yang benar, seseorang pastinya akan bisa menjadi da’i yang diterima baik oleh masyarakat.

Cetakan kedua dari buku “Goresan Tinta Sang Da’i” ini hadir memberi solusi kepada para da’i pemula, dengan contoh-contoh ceramah yang pastinya lebih lengkap dari edisi pertama, akan bisa menjadi refrensi bagi para da’i pemula untuk untuk menyusun materi ceramah yang enak didengar, juga ada dua judul contoh ceramah baru yang ditulis pada buku kedua ini, yakni “Nikmat dan Cara Mendidik Anak dengan Baik”.

Seperti edisi sebelumnya buku “Goresan Tinta Sang Da’i” ini memberi contoh-contoh teks MC, sambutan, dan pidato. Bahasa dan tema yang digunakan begitu menarik dan mengena sehingga ceramah terasa benar-benar hidup dan menggugah. Misalnya contoh ceramah dengan judul “nikmat”, dalam menjelaskan contoh kufur nikmat, penulis menggunakan kata kata yang membuat seakan penceramah berdialog santai dengan pendengar, “kalau kita kufur tidak usah di akhirat, di dunia saja udah sengsara hidupnya, dikasih sepeda, kurang, minta mobil, dikasih mobil, kurang, minta pesawat, di kasih pesawat, kurang, dunia seisinya mau diambil sendiri. Maka Allah murka turun adzabnya, dikasih bisul cuma satu tapi besarnya sebesat kepala bayi, akhirnya apa? Duduk di pesawat gak enak, duduk di mobil sakit, duduk di sepeda gak nyaman, akhirnya tidak bisa menikmati semuanya. Na’uzubillah. (hal 79)

Jika dicermati contoh teks ceramah di atas biasa-biasa saja, tetapi sebenarnya dengan cara penyusunan kata tersebut isi ceramah akan mudah dipahami dan tidak membuat bosan pendengar, karena ada penceramah yang terlalu tekstual, terlalu banyak menyampaikan dalil, tanpa melihat apakah pendengar memperhatikan atau tidak, padahal tujuan dari ceramah adalah bagaimana pendengar paham akan apa yang disampaikan dan bisa mengamalkannya di kehidupan sehari-hari, bukan untuk memperlihatkan kepintaran sang da’i, lebih-lebih banyaknya hapalan sang da’i.

Hal lain yang perlu diperhatikan oleh da’i dalam buku ini adalah kalimat iftitah (pembuka) yang terdapat pada setiap judul ceramah menggunakan teks kalimat iftitah berbeda, menyesuaikan dengan tema ceramah yang akan disampaikan, misalnya contoh ceramah dengan tema walimatul ursi, penulis memberikan contohnya dengan menggunakan hadist nabi tentang nikah, sehingga nyambung dengan apa yang akan disampaikan. Jadi tidak bisa asal menggunakan kalimat iftitah pada setiap ceramah.

Selain contoh ceramah dalam buku ini juga disertakan contoh sambutan, penulis dengan cermat menulis contoh sambutan yang singkat tapi inti dati kata sambutan bisa disampaikan, bahwa sambutan cukup dengan menyampaikan ucapan terima kasih dan permohonan maaf kepada para hadirin, disertai sedikit hal-hal penting yang memang perlu disampaikan, bukan malah menyampaikan materi, bercerita sana-sini, sehingga hadirin malas untuk mendengarkan, karna hadirin bukan ingin mendengar orang sambutan tapi mendengar sang da’i yang akan menyampaikan pesan hikmah keagamaan.

Buku ini ditulis oleh Ali Mushtofa, dkk, yang merupakan para santri anggota Kumpulan Da’i Tebuireng, contoh-contoh pidato dalam buku ini adalah ceramah yang selama ini digunakan untuk tampil dibeberapa acara dan untuk mengikuti serta memenangkan banyak agenda perlombaan, sehingga tips dan contoh MC, sambutan dan pidato pada buku ini adalah pengalaman-pengalaman para da’i tersebut. Maka pastinya dalam buku ini ada banyak rahasia penting tentang trik dan contoh bagaimana menyusun dan menyampaikan  ceramah.

Tapi pastinya buku cetakan kedua ini juga masih memiliki kekurangan, seperti halnya masih belum dilengkapi refrensi dari dalil-dalil yang digunakan, padahal hal ini penting agar pembaca lebih yakin dalam menggunakan dalil-dalil yang ada pada buku ini untuk ceramah di masyarakat. Karena memang situasi saat ini melalui media sosial banyak dalil yang asal digunakan atau bahkan pemalsuan dalil untuk kepentingan tertentu oleh pihak tertentu, tapi bukan berarti buku ini dipertanyakan kebenaran dalil-dalilnya, seseorang yang mengambil referensi yakin dalil yang digunakan benar dan shohih, karna buku ini ditulis oleh para santri senior yang sudah cukup ahli dibidangnya.

Buku ini patut untuk dibaca para da’i dan santri. Buku ini bisa memberi wawasan para da’i muda untuk menyusun teks ceramah yang menarik dan mudah dipahami. Buku kedua yang sangat bagus bagi Kudaireng, semoga akan terbit buku selanjutnya dari Kudaireng dengan menggandeng Pustaka Tebuireng, guna memberi bekal para da’i dan satri untuk mengamalkan ilmu di masyarakat. Wallahu a’lam


*Peresensi adalah salah satu ustad di Pesantren Tebuireng.