Tebuireng.online– Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar acara tasyakuran 1 Abad NU di Pesantren Tebuireng, Kamis (16/2) malam. Acara yang digelar secara terbatas ini menghadirkan tokoh kiai sepuh, salah satunya adalah KH. Nurul Huda Djazuli.
Di hadapan hadirin, Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah, Ploso, Kediri tersebut menyampaikan kepada hadirin, “saya meminta NU itu harus kompak, jangan sampai orang-orang NU berebut kekuasaan.”
Kiai Huda Djazuli mengungkapkan, bahwa dirinya merasa terhormat bisa menjadi santri Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
“Ayah saya, KH. Jazuli Usman yang mengaji langsung kepada KH. Hasyim Asy’ari, saya mendapati di kitab-kitab beliau itu tertulis, “saya mengaji kitab ini di hadapan KH. Hasyim Asy’ari”. Saya sebagai anaknya pun terketuk hatinya. Merasa bahwa saya juga termasuk santri Kiai Hasyim.” ungkap beliau.
Beliau mengharapkan NU itu kompak. Menurut beliau memang perjuangan NU tidak enteng.
“Jangan kita kemudian merasa kesal tidak ada uang tidak ada yang bayar. Saya yakin kekuatan NU karena adanya pondok-pondok pesantren. Seumpama tidak ada pesantren mungkin NU tidak sampai sebegini besarnya. Maka daripada itu yakinilah kita semua dalam mengendalikan NU berniatlah dengan baik. Umat semua bersatu jangan sampai berjalan sendiri. Jangan sampai kiai-kiai NU terpecah,” pesan beliau.
Di akhir sambutan, beliau menekankan, “warga yang ada di NU harus menyadari dirinya adalah khadim Kiai Hasyim Asy’ari.” Pungkas beliau.
Untuk diketahui, beberapa ulama yang menghadiri tasyakuran 1 Abad NU di Pesantren Tebuireng di antaranya: KH. Anwar Mansyur, KH. Miftahul Akhyar, KH. Haris Shodaqoh, dan masih banyak yang lain.
Pewarta: Yuniar Indra Yahya