Suasana tasyakuran 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) di halaman Pesantren Tebuireng, Kamis (16/2) malam. (foto: abid/kopiireng)

Tebuireng.online– Tasyakuran 1 Abad NU yang diadakan di Pesantren Tebuireng pada Kamis (16/2) malam, mengundang banyak tokoh. Agenda ini merupakan bagian dari resepsi 1 Abad NU yang telah terlaksana di Sidoarjo sebelumnya (7/2), namun kali ini digelar lebih sederhana. Hanya kiai-kiai sepuh saja yang hadir, mulai dari KH. Nurul Huda Djazuli, KH. Miftahul Akhyar, KH. Haris Shodaqoh. Juga beberapa tokoh muda NU, Gus Abdurrahman Usman Al-Kautsar, Gus Yaqut Cholil Choumas. 

Dalam kesempatan itu, Ketum PBNU Gus Yahya Cholil Staquf menyampaikan beberapa poin penting. “Sampai saat ini kami telah membentuk desain keoragnisasian  yang tercantum dalam 19 peraturan yang dibuat selama 3 bulan, selama Januari-Mei 2022. Tim itu dipimpin oleh Amin Said Husni. Memang sejak awal kami meminta kinerja PBNU harus dengan sistematis,” ungkapnya di atas podium, Kamis (16/2) malam.

Selanjutnya beliau mengharapkan kegigihan anggotanya untuk berdisiplin melaksanakan aturan yang sudah ada. Pada saat yang sama secara simultan PBNU juga merancang desain pengkaderan nasional. 

“Sekarang sudah dilaksanakan pelatihan kader tingkat dasar dan menengah. Kita juga mendesain program-program yang bekerja sama dengan berbagai pihak di berbagai bidang. Dan nantinya akan membentuk suatu model program-program yang akan dijalankan Jam’iyyah NU. Dan kegiatan-kegiatan tersebut akan terjadi di cabang-cabang dan desa,” imbuhnya. 

Karena beliau ingin program-program yang dicanangkan NU terasa oleh masyarakat luas, PBNU juga mendesain Gerakan Keluarga Maslahat. Semua kegiatan NU harus diukur dampaknya sampai tingkat keluarga, sebab keluarga itu struktur terendah dari masyarakat. 

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di akhir sambutan, beliau menyampaikan rasa syukur yang begitu dalam, “saya ingin melahirkan rasa syukur karena ditemani orang-orang yang cakap. Saya mohon doa restu kepada doa para kiai. Dulu saya melihat ketum PBNU—sejak KH. Idhal Cholid—saya ada kedekatan dengan beliau. Apalagi Gus Dur, Kiai Hasyim Muzadi, Said Aqil Siroj, itu keramat semua. Mereka itu tidak pernah terlihat di dusel-dusel minta foto sama orang.” tutupnya. 

Pewarta: Indra Yahya