Sumber gambar: rifanmadani16.blogspot.com

Oleh: Rif’atuz Zuhro*

Sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel mendapat banyak reaksi keras baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam kaitannya dengan Indonesia, Indonesia merupakan salah satu negara yang mendorong agar Palestina dapat berdikari dan bebas dari belenggu zionis Israel sejak zaman Presiden Soekarno. Begitu sebaliknya, Palestina adalah salah satu negara yang mengakui kemerdekan Indonesia kala bangsa ini masih belum menyatakan merdeka dari kolonialisme.

Selaras dengan hal itu, dalam catatan detik.com, pemerintah Indonesia sejak zaman Presiden Soekarno berada di barisan pembela Palestina. Hubungan Indonesia dengan Palestina memang sudah terjalin lama. Bahkan sejak Bung Karno belum memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Dalam buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri karya M. Zein Hassan, dukungan rakyat Palestina untuk kemerdekaan Indonesia itu terjadi sejak 1944. Melalui siaran radio pada 6 September 1944 Mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dan seorang saudagar kaya Palestina, Muhammad Ali Taher mewartakan dukungan tersebut.

“Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia,” kata Ali Taher. Sejak itu masyarakat Palestina turun ke jalan melakukan aksi dukungan untuk kemerdekaan Indonesia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pada 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Di bawah Presiden Sukarno, Indonesia juga mendukung rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan dari penjajahan Israel. Indonesia tak pernah mau mengakui negara Israel yang diproklamasikan oleh David Ben-Gurion pada 14 Mei 1948. Itulah sebabnya sejak zaman Bung Karno Indonesia tak pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Di lain cerita, karena kedekatan dengan Palestina dan kegigihan melawan kolonialisme Israel. Pada tahun 1957, Indonesia sempat akan masuk ke dalam gelaran sepak bola dunia yang menjadi keinginan bersama pecinta sepak bola di Indonesia. Namun karena harus bertanding melawan Israel yang berarti mengakui secara tidak langsung adanya Negara Israel, Timnas Indonesia menolak bermain sepak bola melawan Israel sebagai juara di wilayah Asia Barat.

Dalam keterangan Ali Sastroamidjojo dalam buku Tonggak-Tonggak di Perjalananku, Bung Karno mengajak supaya bangsa-bangsa Asia dan Afrika di dalam Konferensi ini membentuk satu front antikolonialisme dengan membangun dan memupuk solidaritas Asia-Afrika.

“Imperialisme yang pada hakikatnya internasional hanya dapat dikalahkan dan ditundukkan dengan penggabungan tenaga antiimperialisme yang internasional juga,” ujar Sukarno dalam pidato hari ulang tahun Republik Indonesia ke-21 pada 17 Agustus 1966, sebagaimana dimuat dalam Revolusi Belum Selesai.

Oleh karena itu, ketika Presiden Amerika Serikat Donal Trump memaksa berencana akan mengalihkan kedutaan besar Amerika Serikat ke Yarussalem mendapat berbagai kecaman serius. Dan dinilai telah menghianati asas perdamaian dunia.

Di Jakarta, di daerah-daerah seperti Jombang dan Yogyakarta, serentak pada tanggal 17 Desember 2017 kemarin, ribuan kaum muslim melakukan aksi solidaritas kemerdekaan untuk Palestina. Mereka juga mengeluarkan pernyataan sikap berupa petisi untuk diserahkan kepada kedutaan besar Amerika Serikat di Indonesia.

Lebih jauh lagi, persoalan Israel-Palestina memang tidak boleh hanya dilihat sebagai konflik agama (atau bukan konflik agama), namun lebih dari konflik kemanusiaan yang telah menghianati asas perdamaian dunia. Bahwa penjajahan di seluruh dunia dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Ketika negara tetangga Palestina diperlakukan tidak adil, bangsanya dizalimi, maka pantas kiranya tidak hanya kaum muslim untuk menyuarakan penolakan atas penindasan dan penjajahan di tanah Quds Palestina, tanah para nabi, tanah sejarah tiga agama Yahudi, Nasrani, dan Islam.


*Penulis adalah Tim Redaksi Tebuireng.online. Alumnus STIT UW Jombang.