إِنَّ الْحَمْدَلِلهِ، نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّابَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،فَأُوْصِكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، وَاتَّقُوْ اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَالْإِسْتِقَامَةِ وَأَمَرَنَا بِاقْتِدَاءِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم . أَنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ قَالَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بسم الله الرحمن الرحيم لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ
Umat Islam yang dimuliakan Allah Swt.
Mari kita semua meningkatkan takwa kepada Allah Swt. Takut kepada-Nya. Ulama memberi kriteria takwa itu adalah imtitsal al-awamir tunduk dan patuh menjalankan perintah-perintah Allah semampunya. Karena dalam hadis disebutkan;
إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Dalam al-Quran disebutkan;
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ… الآية
“Bertakwalah kepada Allah semampu kalian.
Yang kedua adalah ijtinabu an-nawahi, menjauhi larangan-larangan Allah Swt secara keseluruhan. Rasulullah Saw. telah menegaskan dalam sebuah hadisnya;
وما نهيتكم عنه فانتهوا
“Apa yang aku larang dari kalian, maka berhentilah”.
Yang ketiga, menurut imam al-Ghazali, takwa adalah; tanzihu al-qulub ‘an al-raza’il. Yaitu membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran hati.
Di dalam ayat surah al-Ahzab: 21, tadi. Secara garis besar, al-Quran memberi tuntunan kepada kita. Laqod kaana lakum fi rasulillah uswatun hasanah. Disitu ada kata-kata sumpah, yang menunjukkan sungguh benar-benar telah ada tauladan yang baik pada diri Rasulullah. Mafhum mukholafah-nya, “jangan contoh yang lain”. Ukuran kita benar atau tidak itu dari al-Quran dan hadis. Karena masdar al-Islam itu al-Quran dan hadis. Akhlak nabi itu al-Quran. Ketika sayyidati Aisyah ditanya bagaimana akhlak Rasulullah; kaana khuluquhu al-Quran.
Salah satu contoh akhlak Rasulullah, disebutkan dalam sebuah hadisnya; ada seorang lelaki bertanya kepada beliau tentang amal apa yang baik dalam Islam. Dijawab nabi; engkau memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kau kenal maupun tidak kau kenal.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ ، أخرجه البخاري
Kalau kita renungkan hadis ini faedah besar, yaitu memberi makan kepada orang lain. Kita yang sering kali cari makan dari orang lain, bukan memberi makan kepada orang lain. Dermawan itu adalah bagian dari anjuran al-Quran dan Nabi. Tapi kita mencontohkah?
Pada keluarga sayyidati Khadijah, beliau asalnya milyader. Setelah dinikahi Rasulullah, hartanya habis dihibahkan untuk perjuangan. Sampai hanya tinggal beberapa dinar saja ketika akan wafat. Itu adalah contoh.
Sayyidina Utsman bin ‘Affan, asalnya punya kuda mungkin 500 ekor dan harta yang lain. Setelah jadi khalifah, tersisa mungkin hanya empat ekor saja. Itu pun masih dituduh nepotisme dan korupsi. Bagaimana dengan kita, apakah sudah jihad bi al-maal.
جَاهِدُوْا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ.. الآية
Kalau memasukkan uang di kotak amal, kalau bisa jangan hanya seratus rupiah. Surga itu kok dibeli dengan seratus rupiah, pulsa saja sepuluh ribu. Kalau tidak punya tidak apa, Rasulullah memberi solusi. Memberi semampunya. Bahkan ada sahabat yang kurang mampu, curhat kepada Nabi; orang-orang yang kaya itu membawa harta yang banyak. Membawa pahala haji, puasa, dan lain-lain. Kami tidak punya apa-apa. Kami ingin setara dengan mereka.
Dijawab nabi; maka hendaknya membaca tasbih tiap setelah salat 33 kali. Membaca takbir dan tahmid juga 33 kali. Lalu, mereka juga mengkhawatirkan kalau orang yang kaya itu mengamalkan wirid tersebut. Bagaimana nanti. Dijawab nabi; itu sudah menjadi fadhol dari Allah Swt.
Jadi, kelebihan dan keutamaan yang diberikan Allah kepada tiap orang itu berbeda. Rizki banyak;
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ
“Allah mengutamakan sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, dalam urusan rizki”.
Kita tidak boleh iri. Semua sudah ada rekening masing-masing. Jadi, salah satu kemajuan umat Islam adalah umat Islam dermawan.
Yang kedua, taqra-u as-Salam. Kamu mengucapkan doa selamat. Ini adalah pesan kedamaian, saling mendoakan sesama muslim. Dan ada pesan damai disitu. Tidak suka bertengkar. Kalau umat Islam banyak bertengkar, habis energinya. Tidak kuat dan tidak untuk kemajuan Islam. Habis untuk kepentingan sendiri, dan mungkin itu akan menjadi bangsa yang tertinggal, tertindas, dan jadi penakut. Dalam ayat disebutkan;
وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ…الآية
“jangan debat, kalian akan jadi penakut, dan akan hilang kekuatan kalian”.
Kalau sudah seperti ini, maka bersabarlah.
Jadi nomor satu, kita harus sisihkan harta untuk orang lain. Jangan salahkan agama lain, karena dia (non-muslim) dermawan, lalu mereka ikut agama lain. Kita yang salah, mengapa tidak merawat orang-orang yang terlantar dan orang kurang mampu. Kalau mereka sudah direkrut agama lain, kita baru ramai-ramai protes. Ini diri kita harus koreksi diri. Kita rawat tetangga kita sesama muslim walaupun dia tidak mampu, kita beri dan bantu semampu kita.
Dia tidak punya pekerjaan, kita usahakan juga mencarikan pekerjaan. Insyaallah, kalau seperti itu, Islam akan maju dengan pesan dermawan dan pesan damai. Contoh lagi dari Nabi adalah kejujuran. Abu Sufyan ketika masih kafir, dipanggil oleh raja Heraklius untuk dikonfirmasi tentang adanya nabi baru di Makkah, yaitu nabi Muhammad.
Raja Heraklius yang beragam Kristen memanggil Abu Sufyan dan ditanya, “orang yang mengaku menjadi Nabi di Makkah itu, apa yang dia perintahkan”. Abu Sufyan menjawab, “as-Shidqu, wa as-Sholata, wa al-‘Afafah, jujur, salat, dan memelihara diri dari barang haram”.
Rupanya kejujuran sudah mulai pudar, pada kalangan kita sendiri. Kepada Allah juga sering kali kita tidak jujur. Kalau jujur, insyaallah;
فَإِنَّ الصِّدْقَ يَجُرُّ اِلَى الْخَيْرِ
Karena kejujuran adalah membawa kebaikan. Sebaliknya, kadzib yajurru ila as-Syar. Karena itu, kita awali dari bulan dimana Rasulullah lahir. Dermawan, kejujuran, dan mengucapkan salam. Kalau berdamai sesama muslim, insyaallah akan menjadi kuat. Dalam hadis digambarkan;
الْمُؤْمنُ للْمُؤْمِن كَالْبُنْيَانِ يَشدُّ بعْضُهُ بَعْضاً
Mestinya sesama mukmin itu seperti sebuah bangunan. Saling menguatkan. Insyaallah kalau seperti itu, Islam akan maju. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah, secara lahir dan batin untuk bersatu.
أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بسم الله الرحمن الرحيم ، مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ