radad.org

Oleh: KH. Fawaid Abdullah*

Ngaji Kitab Tafsir “Kontekstual” Jalalain

Al-Fatihah, Makkiyyah, diturunkan di Mekkah. Isi surah ada 7 ayat. Surah al-Fatihah ini sering juga disebut dengan nama ummul Qur’an, atau ummul kitab, dan sab’un al- Matsaniy.

Dikatakan ummul Qur’an atau induk al-Quran karena isi dari semua al-Quran berada dan terangkum dalam surat al-Fatihah ini. Disebut sab’un al-Matsaniy karena surah al-Fatihah ini selalu diulang-ulang, ayat-ayat dalam surat al-Fatihah ini memberikan spirit kepada semua hamba Allah untuk menjadi manusia yang paripurna, manusia yang selalu banyak memuji Allah, mengabdi kepada Allah, memohon pertolongan dan perlindungan kepada Allah, dimana pun dan dalam keadaan apapun.

Mengapa? Karena Allah adalah Dzat yang Maha Segala-galanya. Allah Maha Penguasa semua makhluk, mulai dari bangsa jin, manusia, malaikat, dan hewan. Keseluruhan makhluk yang ada di langit dan di bumi. Imam Jalaluddin al-Mahalliy dan Imam Jalaluddin al-Suyuthi menamakan bahwa selain Allah itu disebut “Alam”, atau bahasa lainnya, ‘alamul insi, alamul Jinni, atau ‘alamul malaikat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Lafadz mâliki yaumi al-din  oleh dua Imam tafsir ini diartikan bisa dibaca dua sighat.  Kalau shigat pada huruf mâ dibaca pendek menjadi maliki yaumi al-din, diartikan al-Jazâ’ yang berarti adalah Penguasa hari Kiamat. Sedang kalau dibaca mâliki yaumi al-din, maka artinya : “Yang memiliki segala sesuatu pada hari Kiamat”. Lafadz Allah menjadi maushuf (yang disifati) secara kekal, seperti Dzat yang Maha Pemaaf dan lain-lain.

Al-Fatihah adalah satu-satunya surah di dalam al-Quran yang nyaris selalu disebut dan dibaca dimana saja dan kapan saja. Minimal setiap 5 kali sehari dalam shalat wajib. Itulah kenapa surah al-Fatihah ini sangat banyak kelebihannya. Punya banyak keutamaan bagi siapa saja yang membaca, mengamalkan, dan men-dawam-kannya.

Hidayah atau petunjuk Allah itu harus selalu diminta, harus selalu diraih. Sebagai manusia dan hamba Allah, kita tidak boleh berputus asa dalam memohon dan meraih hidayah atau petunjuk Allah Swt, sebagaimana dalam ayat di dalam surah al-Fatihah; Ihdina al-Shirâtha al-Mustaqim“.

Makna kalimat “ihdi” pada kalimat Ihdina al-Shirâtha al-Mustaqim itu diartikan arsyadana ilaihi, maksudnya bahwa Allah lah yang memberikan bimbingan, dan petunjuk-Nya kepada ummat manusia. Maka dari itu, manusia itu tidak boleh lelah dalam memohon bimbingan dan petunjuk atau hidayah-Nya. Sehingga hidup manusia itu berada dalam kuasa-Nya, hidup dalam hidayah-Nya, Allah Rabbul ‘Alamin.


*Khadim Pondok Pesantren al-Aula Kombangan, Bangkalan Madura