wpid-images_2.jpegPengembangan masyarakat dalam segala aspek kehidupan terutama di Pesantren merupakan suatu fardlu kifayah bagi orang lain. Oleh karena itu motif atau perangkat dari suatu pemahaman memperhatikan dan mengembangkan masyarakat dalam aspek kehidupan yang diperlukan menjadi fardlu kifayah.

Seperti kalau kita melihat suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia adalah pedesaan ini paling tidak 80% notabene sebagaian besar adalah kaum muslimin, berarti kalau kita menangani pengembangan masyarakat di pedesaan adalah mengenai Su’udu’ Muslimin, membahagiakan umat islam, serta menyadari apa yang menjadi kebutuhan dan kehendak kaum muslimin.

Hal yang ingin kami sampaikan juga, bahwa pesantren disamping sebagai lembaga pendidikan islam, pesantren banyak berperan sebagai factor integrasi dalam pola pendekatan warga ditengah masyarakat yang akhirnya bisa menciptakan dan menimbulkan nilai-nilai kehidupan ditengah-tengah masyarakat dan hal ini diakui oleh semua pihak. Suatu contoh nilai-nilai kehidupan ditengah masyarakat: nilai gotong royong, nilai keihlasan membantu orang lain tanpa pamrih, nilai kesederhanaan, , nilai kemandirian (al-I’tiza ala-nafs), tidak menggantungkan diri pada orang lain, nilai kemandirian atau kewaspadaan.

Hal ini amat penting, artinya dalam membangun masyarakat, apalagi kita berpijak pada GBHN yang baru, tahun 1983 yang lalu, disana kita temukan pembicaraan masalah pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila, disamping bertujuan menuju ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, adalah peningkatan keterampilan dan kedewasaan manusia. Dalam hal ini pesantren sangat berperan. Saya tidak hafal persis, tapi pernah membaca: manusia-manusia pembangunan yang mampu membangun dirinya dan mampu bertanggungjawab atas pembangunan bangsa. Nah, dalam rangka ini pula lah, akan terjadi kesulitan besar, manakala kita tidak punya kader-kader yang terampil mengembangkan dirinya dan masyarakat.

Kalau zaman dulu pesantren mampu mewarnai masyarakatnya atau bahkan mampu membentuk masyarakat dimana lingkungan pesnatren dekat, atau lingkungan dekatnya pesantren yang menjadi masyarakat santri, semua serba ala santri. Saat ini pesantren juga tetap bertujuan membentuk dan mewarnai masyarakat, tetapi dalam hal ini kita tahu, bahwa kebutuhan masyarakat sekarang bukan seperti masyarakat yang dulu, ketika kita masih kecil. Semua berarti bahwa keberadaan pesantren itu sendiri akan terletak sejauh mana pesantren mampu melayani dan mengadakan pengabdian-pengabdian actual terhadap masyarakat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Maka dalam rangka ini pulalah perlu dan sangat penting adanya sesuatu latihan-latihan bagi kader yang mampu terjun di masyarakat, yang mampu –dalam istilah al-Qur’an- Uhkrijat Linnas, disamping mampu menjadi bangsa terbaik, Khoira Ummatin, bisa ditampilkan ditengah-tengah masyarakat dalam berbagai situasi dan kondisi yang sangat diperlukan, baik dalam pembangunan fisik maupun non fisik.


KH. Muhammad Sahal Mahfudz

Sumber: Majalah Tebuireng, No.4 – Agustus 1986 M