Sumber: Feje

Tebuireng.online- Dalam seminar nasional (12/12/18) yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari yang bertema “Wujudkan Integrasi Religius Dan Nasionalis Menuju Pemilu Damai”, Dr. Suko Widodo, M. Si. berbicara tentang memahami karakter sosiologi masyarakat untuk menangkal fanatisme.

Apa yang salah dengan fanatisme? Seringkali orang salah menempatkan fanatisme dan radikalisme. Menurutnya, fanatisme adalah kecintaan yang mungkin orangnya tidak pernah kita sentuh, kita mencintai karena kita mempunyai kesamaan mimpi terhadap sesuatu.

“Sebenarnya fanatik boleh-boleh saja, yang tidak boleh adalah memprovokasi untuk berbuat kejahatan kepada pihak lain. Semua itu dapat dipicu oleh hoaks-hoaks yang beredar sangat cepat kepada setiap individu,” jelas beliau.

“Sekarangsemua orang ingin serba cepat, lupa bahwa ada alon-alon waton kelakon dan itu dianggap kuno,” tutur KetuaPusat Informasi dan Humas UNAIR.

Hari ini,  lanjutnya, masyarakat tengah menghadapi situasi yang tidak jelas,  karena sumber-sumber ilmu seperti yang dikaji di pondok pesantren itu, hampir runtuh. “Orang tidak lagi bertabayun dan bertadabur, orang serba cepat. Itulah mengapa di dalam konteks hoaks itu, pesan pentingnya adalah jangan terburu-buru,”  terangnya. 

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurutnya, sekarang ini merupakan zaman yang serba kepalsuan dan kita dihadapkan pada posisi itu, karena tidak punya narasi-narasi yang bagus dan pondok pesantren dipinggirkan. “Kita disekat-sekat karena tidak punya narasi keindahan. Orangkampus sibuk, tidak pernah baca, cuma ceramah,” imbuhnya.

Ia meluruskan, masyarakat membutuhkan srawung, atau di dalam Islam disebut silaturrahim, bukan malah sibuk di ruang-ruangnya sendiri. 

Suko Widodo juga mengajak para hadirin agar terbiasa srawung, karena saat ini,  mereka hidup di dunia yang sudah tidak ada manusia lagi, semua sibuk di ruangnya sendiri-sendiri. Ia juga menghimbau untuk bersama-sama bertabayun dan bertadabur untuk melihat persoalan hidup.

“Lewat hari ini, menjadi spirit menjadikan satu Indonesia menjadi sangat penting agar Indonesia lebih nganu dari pada anu,” pungkasnya.

Pewarta: Nurul

Publisher: MSA