Siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunas Harapan Bangsa,Nining, Dian, dan Dini, sedang menampilkan tarian Gambang Suling dalam pembukaan bakti kesehatan nasional telinga, pendengaran, dan mata di Pesantren Tebuireng, Sabtu (11/3/2017)

Tebuireng.online—Kunjungan Menteri Kesehatan Nila Djuwita Anfasa Moeloek beserta 200 dokter spesialis telinga hidung tenggorokan (THT) dan mata di Pesantren Tebuireng (11/3/2017) menyisakan cerita haru disela-sela acara peresmian bakti kesehatan nasional telinga, pendengaran, dan mata.

Dalam acara tersebut, menteri kesehatan disuguhi berbagai penampilan. Penampilan pembuka, diawali dengan pembacaan Al Quran oleh ustad Daniel Muhammad dan disusul dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seluruh hadirin. Kolaborasi penampilan dari Budha Tzu Chi dan santri Husada Tebuireng, yang berjudul “Kita Satu Keluarga” juga turut memeriahkan acara.

Setelah penampilan pembuka yang diselingi dengan sambutan, menteri kesehatan serta para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut disuguhi dengan penampilan tari daerah Jawa Tengah, Gambang Suling.

“Meskipun kami tuna rungu tapi kami bisa menari,”  pembawa acara mempersilakan penari naik panggung. Tari tersebut dibawakan oleh tiga gadis penyandang tuna rungu. Ketiga gadis penyandang tuna rungu ini tersebut menari dengan lincah meskipun tidak dapat mendengar irama lagu yang mengiri tarian mereka.

Usai turun dari panggung, mereka diperkenankan untuk sungkem dengan Pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Shalahuddin Wahid, Wakil Bupati Jombang Nyai Mundjidah Wahab, dan Menkes  Nila Djuwita. Pemandangan yang sempat menyisakan haru tersebut, membuat beberapa tamu undangan yang tertangkap kamera menghapus sisa air mata, sesaat setelah penampilan Nining (17), Dian (17), dan Dini (16) itu berakhir. Ketiga gadis tersebut adalah siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunas Harapan Bangsa, Yayasan Darma Wanita Persatuan Perempuan Sumobito, Jombang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu, para tamu undangan juga berkenalan langsung dengan dua gadis penyandang tuna rungu sejak kecil. Davil mengalami tuna rungu sejak kecil, dan tidak ingin bersekolah selama pendengarannya belum berfungsi. Begitu juga dengan Ambar yang menyandang tuna rungu sejak kecil. Kedua gadis tersebut mendapat alat bantu pendengaran yang diberikan secara simbolis oleh pihak Starkey Foundation. Penyerahan yang secara langsung dikenakan oleh Davil, dan Ambar tersebut menuai hasil yang memuaskan.

Setelah sekian lama pendengaran mereka terganggu, dengan alat bantu yang diberikan secara cuma-cuma tersebut dapat membantu Davil dan Ambar mendengar suara yang selama ini tak pernah mereka dengar. Rasa bahagia serta harapan untuk menatap masa depan pun terlihat jelas di balik senyum mereka sesaat setelah pemberian alat bantu tersebut. Selain memberikan bantuan berupa alat pendengaran, menteri kesehatan juga memberikan sejumlah biskuit sehat untuk memperbaiki gizi anak-anak. Biskuit sehat tersebut diberikan secara simbolis oleh menteri kesehatan kepada anak-anak sekolah dasar yang mengenyam pendidikan di sekitar Pesantren Tebuireng.


Pewarta:          Ana Sakti

Editor:             Farha Kamalia

Publisher:        Farha K.