Sumber foto: http://arindya.me/salafus-shalih/

Oleh: KH. Fawaid Abdullah*

Para Salafus Shalih itu merupakan para leluhur kita, bapak-ayah kita. Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Merekalah yang banyak membantu dan menolong Baginda Nabi dengan harta benda dan jiwa raganya di dalam menyebarkan Agama Allah Ta’ala.

Salafus Shalih adalah nenek moyang kita yang hidupnya sangat utama bagi perjuangan dakwah Islam. Mereka sangat tata kepada hukum-hukum Allah, taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka banyak membantu fakir miskin, lemah lembut sesamanya, selalu menyampaikan berseru supaya bertakwa kepada Allah Ta’ala.

Mereka juga saling membantu dan menolong di dalam kebaikan-kebaika “Al Khairaat”. Mereka juga selalu berjuang di jalan Allah, mereka sama sekali tidak takut dan tidak khawatir dengan caci-makian.

Itulah Salafus Shalih. Orang-orang yang hidup sejak Zaman Baginda Nabi mulai 1 Hijriyah sampai kurun masa 300 Hijriyah. Dari generasi Sahabat Nabi sampai Tabi’in, Tabi’it Tabi’in, dan Tabi’it Tabi’it Tabi’in, yaitu generasi dan masa keemasan. Masa as Saabiquna al Awwaluun (generasi awal Islam). Masa yang penuh dengan keutamaan-keutamaan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Allah SWT berfirman.

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS. Al Fath: 29).

Ayat ini dengan tegas memberikan spirit kepada kita sebagai umat Baginda Nabi Muhammad SAW, bahwa Salafus Shalih merupakan orang-orang yang secara tegas dalam bersikap (bukan keras, karena tegas dan keras itu beda) kepada orang-orang Kafir dan saling kasih sayang (bersikap lemah lembut kepada sesama muslim).

Salafus Shalih di dalam ayat ini, adalah mereka yang selalu beribadah (baik mahdlah dan Ibadah ghairu mahdlah), mereka rukuk dan sujud (shalat/menyembah) serta selalu mencari keutamaan Allah dan selalu mencari rido Allah SWT. Di wajah mereka itu juga selalu dipenuhi dengan atsarus sujud (bekas sujud). Bekas sujud di sini secara harfiyah ya bekas hitam di jidat. Tapi yang dimaksud atsar atau bekas secara luas yag dimaksud di sini adalah sebab dari banyak sujud itu, yaitu seseorang muslim yang baik itu di mana ia selalu mentauladani Baginda Nabi di dalam semua prilaku Nabi, baik Aqwal, Ahwal Baginda Nabi, mengikuti Baginda Nabi secara paripurna dan sempurna. Bukan jidatnya saja yang hitam, tapi akhlaknya TIDAK mencerminkan akhlak Baginda Nabi dan Sahabat Nabi serta Salafus Shalih (sebagaimana yang dimaksud di tafsir atau asbab an nuzul ayat ini).

Mereka ini, Salafus Shalih adalah sebaik-baiknya generasi di mana sirah atau perjalanan hidup mereka dipenuhi Uswah Hasanah (teladan yang baik), karena sanad keilmuan dan hidup mereka begitu dekat dengan masa atau zaman Baginda Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam bishshawab.


*Santri Tebuireng 1989-1999, Ketua Umum IKAPETE Jawa Timur 2006-2009, saat ini sebagai Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Kombangan Bangkalan Madura.


Disadur dari kitab Irsyadul Mukminin, karya Allahyarham Gus Ishom Tebuireng yang Legendaris.