bulan shafar, rebo wekasan

Sudah menjadi kebiasaan mempercayai hal-hal yang berbau mistis dari kalangan masyarakat. Apalagi setelah memasuki bulan Shafar, yang katanya penuh dengan hal-hal negatif. Rebo wekasan, salah satunya. Konon, orang yang berpergian pada hari tersebut akan mendapati cobaan, musibah, dan lainnya. Maka dari itu, mereka lebih memilih berdiam diri di dalam rumah.

Sebelumnya perlu diketahui, bahwa hari Rabu merupakan hari di mana Allah menciptakan nur (cahaya) alam semesta. Sebagaimana riwayat dari Imam Muslim:

حَدَّثَنِي سُرَيْجُ بْنُ يُونُسَ، وَهَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، قَالَا: حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ، عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ رَافِعٍ، مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: أَخَذَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي فَقَالَ: ‌خَلَقَ ‌اللهُ ‌عَزَّ ‌وَجَلَّ ‌التُّرْبَةَ ‌يَوْمَ ‌السَّبْتِ، وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ، وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَخَلَقَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ، فِي آخِرِ الْخَلْقِ، فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ، فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ.

“…dan Allah menciptakan cahaya di hari Rabu.”

Nah, perihal Rebo Wekasan. Sebenarnya, hari tersebut apakah memiliki misteri yang menakutkan, ataukah hanya sekedar bualan yang tak kunjung habis dipersoalkan. Karena, banyak dari berbagai kalangan, entah itu kaum muda maupun tua yang menganggap hal tersebut hanyalah dongeng sejak zaman penjajahan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam Islam sendiri, rebo wekasan dipercayai sebagai hari pembawa berkah. Maka dari itu, umat muslim menjadikan hari rebo wekasan sebagai hari untuk memperbanyak amalan atau usaha untuk meminta doa kepada Allah agar dijauhkan dari segala penyakit dan musibah.

Selain itu, sejarah Islam juga mencatat bahwa rebo wekasan merupakan hari Rasulullah SAW sakit hingga beliau berjumpa ila rabbihi al-a’la, pada bulan Rabi’ul Awal tahun 23 kenabian. Dengan peristiwa demikian, apakah bisa dijadikan sebuah patokan bagi orang Jawa yang meyakini rebo wekasan sebagai hari musibah, ataukah hanya sekedar kebetulan saja?

Fakta pun mengungkap, bahwa rebo wekasan sudah menjadi adat secara turun temurun mulai zaman nenek moyang sampai pemuda milenial. Orang Jawa juga meyakini rebo wekasan sebagai hari paling sial sepanjang tahun. Sehingga, perlu diadakannya sebuah ritual untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT. Rebo wekasan sendiri merupakan hasil perpaduan dari kearifan lokal dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Tapi yang perlu digarisbawahi ialah praktik dalam peringatan rebo wekasan, oleh KH. Hasyim Asy’ari melarang shalat dengan niat shalat sunnah rebo wekasan secara khusus, karena tidak ada syariat tentang hal tersebut. Tapi diperbolehkan apabila diniatkan shalat sunnah mutlak. Tradisi Rebo Wekasan memang bukan bagian dari Syariat Islam, akan tetapi merupakan tradisi yang positif karena (1) menganjurkan shalat dan doa; (2) menganjurkan banyak bersedekah; (3) menghormati para wali yang mukasyafah.

Rebo wekasan, juga telah menjadi rentetan agenda di bulan Shafar. Jika orang-orang mengklaim bulan Shafar sebagai bulan yang negatif untuk menjalankan aktivitas. Lalu bagaimana hak-hak yang seharusnya mereka penuhi saat itu tidak terlaksana? Berbeda lagi, jika orang-orang menjadikan bulan Shafar sebagai awal yang baik dari segala hal, bulan yang baik untuk menjalankan sebuah aktivitas. Maka, mereka akan luwes melakukan hal apapun yang mereka inginkan.

Sebagaimana islamnya Khalid bin Walid ditemani oleh ‘Amru bin ‘Ash dan Ustman bin Thalhah yang mana peristiwa tersebut terjadi pada bulan Shafar. Ketiga orang tersebut juga memiliki peran terpenting dalam berbagai sejarah. Sosok Khalid yang mendapat julukan pedang Allah yang terhunus, ‘Amr bin ‘Ash sang pembebas wilayah Mesir, juga Utsman yang menjadi juru kunci Ka’bah al-Musyarraf.

Ketika di bulan Safar tahun 8 Hijriyah, masa gencatan senjata setelah Perjanjian Hudaibiyah. Khalid bin Walid, ‘Amr bin ‘Ash, serta Utsman bin Thalhah pergi menemui Nabi SAW untuk memeluk Islam. Ia berkata kepada Rasulullah SAW untuk memohon ampunan kepada Allah SWT. Lantas Nabi berdoa: “Ya Allah, aku memohon agar Engkau mengampuni Khalid bin Al-Walid atas tindakannya menghalangi jalan-Mu pada masa lalu.”

Setelah masuk Islam, Khalid bin Walid RA banyak memimpin berbagai pertempuran antara lain Perang Mu’tah, Fathu Makkah, Pertempuran Hunain, Pengepungan Thaif, Pertempuran Tabuk, dan Haji Wada’. Begitu pula ‘Amr bin ‘Ash dan Utsman bin Thalhah, karena tak akan ada lagi yang menghalangi langkah-langkah mereka untuk menegakkan panji agama tauhid di kawasan Semenanjung Arabia.

Mengutip sebuah perkataan Avina Celeste “Berhentilah overthinking. Kamu bisa melakukannya.” Jangan jadikan bulan Shafar sebagai penghenti langkahmu untuk terus bergerak. Melainkan, jadikan bulan tersebut sebagai media penyemangat hari-harimu untuk terus bersyukur kepada Tuhan yang Maha Segalanya.


Ditulis oleh Moehammad Nurjani, Mahasantri Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo