Munsyid Internasional, Mostafa Atef bershalawat bersama para santri Tebuireng memeriahkan miladiyah Unhasy, di Masjid Ulil Albab Tebuireng pada Sabtu (18/2) malam. (foto: amir/to)

Tebuireng.online– Munsyid Internasional, Mostafa Atef hadir ke Tebuireng, meriahkan miladiyah Unhasy dan mengajak santri serta mahasiswa bershalawat bersama. Acara yang diinisiasi BEM Unhasy ini juga dimeriahkan oleh content creator dakwah, Husain Basyaiban, Gus Ivan dan Gus Mirza, Cicit Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, berlangsung di Masjid Ulil Albab Tebuireng, pada Sabtu (18/2) malam.

Pada malam itu, Mostafa Atef membawakan beberapa lagu dengan judul: Qamarun, Isyfa’ lana, Khairol Bariyah, Subhanallah, Dhahara dinnul Muayyad, dan lainnya. Shalawat yang dibawakan Mostafa begitu meriah ditiru oleh santri Tebuireng. Merespons meriahnya acara miladiyah tersebut, Wakil Rektor II Unhasy, H.M. Muhsin, memberikan sambutan hangat atas kehadiran tamu undangan dan seluruh peserta.

“Mudah-mudahan dari acara yang diselenggarakan memberikan atsar atau bekas yang bersifat ilmu pengetahuan baik bagi para dosen, penyelenggara atau untuk seluruh yang hadir. Dari pengetahuan itu semoga menjadi pemikiran-pemikiran kita luas, berkembang dengan baik sesuai dengan tuntunan agama Islam,” harapnya di depan seluruh hadirin.  

Husain Basyaiban, Gus Ivan, dan Gus Mirza juga hadir mengisi talkshow seputar Isra Mikraj dalam miladiyah Unhasy.

Acara yang mengangkat tema “Aktualisasi Nilai-Nilai Kepesantrenan di Era Millenial” ini juga diisi dengan talkshow yang dibawakan oleh Gus Muhammad Danurroin Aldivano atau akrab dipanggil Gus Ivan. Beliau menyampaikan dan menegaskan bahwa para santri  harus meyakini sebagai hamba Allah, dan Allah adalah Tuhan yang menguasai alam semesta langit, bumi, dan seisinya. 

“Dari situlah kita distatuskan diri bahwasanya kita butuh pada Allah bukan Allah butuh pada kita. Jadi pemikiran dan konsep corak pikir seperti itu khususnya generasi remaja jangan sampi kalimat Lailaha Illa allah atau kalimat islami  dilupakan,” pesan putra Kepala Pondok Putri, KH. Fahmi Amrullah Hadzik tersebut.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam kesempatan yang sama, content creator dakwah, Lora Husain Basyaiban, sempat menyampaikan kritik tema yang diusung oleh BEM Unhasy ‘Aktualisasi Nilai-Nilai Kepesantrenan di Era Millenial’, menurutnya kata milenial sering digunakan oleh acara besar yang padahal kita sudah bukan berada di era milineal lagi dan hal itu seharusnya tidak dibiarkan dan harus luruskan.

“Banyak terdapat khilaf kalangan ulama mengenai santri. Ada yang berpendapat bahwa santri adalah dia yang mondok di pondok pesantren dan dari definisi ini saya bukan termasuk di dalamnya karena saya tidak pernah mondok tapi hidup di lingkungan pondok pesantren, dan ada juga yang berpendapat kalau santri adalah ia yang tolabul ilmi, seorang penuntut ilmu bisa disebut dengan santri dan saya harap yang benar itu pendapat ini, karena saya ingin dianggap sebagai santri,” terang pria yang juga mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya itu.

Mengenai peranan pesantren, Husain mengatakan bahwa semuanya kembali pada diri masing-masing santri, karena sehebat dan sebesar apapun pondok pesantren yang ditempati jika para santri tidak belajar dan tidak ada kesadaran terhadap dirinya untuk mengubah diri maka hal itu percuma saja.

Pada akhir acara, talkshow ditutup dengan tanya jawab. Dari pertanyaan para pengisi talkshow kepada para peserta seputar Isra Mikraj dan silsilah Nabi, mendapatkan doorprize bagi yang bisa dan tepat menjawabnya. Hal tersebut direspons antusias oleh para santri Tebuireng hingga mahasiswa Unhasy, dan seluruh peserta yang hadir.

Pewarta: Qurrotul Adawiyah