Buku: 32 Khutbah Jumat Cak Nur.
  • Judul: 32 Khutbah Jumat Cak Nur
  • Penulis : Cak Nur (transkip dari kumpulan buku khutbah Jumat Cak Nur)
  • No ISBN : 9786023850693
  • Penerbit : Noura Book Publising
  • Halaman : 428
  • Tahun terbit : 2016
  • Peresensi : Dimas Setyawan Saputra*

Dalam menjalankan kehidupan seorang hamba harus senantiasa mengingat permulaan asal muasalnya ia diciptakan. Pada kesadaran tersebutlah manusia akan dapat mengentahui siapa mengenai jati dirinya di dunia ini.

Bagi setiap manusia yang dapat mengingat asal muasal, maka mereka akan sangat mudah mengenal tuhan-Nya yakni sang pencipta, Allah. Tetapi jumlah manusia yang terlena akan gemerlap dunia juga dapat dikatakan banyak.

Hal tersebut bisa memicu bahwa asal muasal penciptaannya yang terdiri dari segumpal air yang hina, air mani. Kehidupan ini sangat singkat. Tak lain adalah waktu yang sangat cepat.

Pepatah Jawa mengatakan “hidup bagaikan mampir minum di suatu persimpangan jalan” setelah kita meminumnya hingga meghilangkan dahaga maka kita akan melanjutkan perjalanan kembali.

Itulah gambaran kehidupan yang sangat singkat dan cepat, maka dengan waktu yang relatif singkat, manusia mau tak mau harus mencari bekal sebanyak-banyak dikehidipan dunia ini. Jalan menggapai keridaan tersebut ialah dengan bertakwa.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Melalui takwa, kita menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup. Inti takwa adalah kesadaran yang sangat mendalam bahwa Allah selalu hadir dalam hidup kita.

Takwa ialah kalau kita mengerjakan kesadaran penuh bahwa Allah beserta kita, Allah menyertai kita, Allah mengawasi kita, dan Allah memperhintugkan perbuatan kita, baik dalam keadaan sunyi maupun keramaiana.

وهو معكم اين ما كنتم و الله بما تعملون بصير

Dan dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Qs Al-Hadid, 57:5)

Itulah gambaran takwa menurut Prof. Dr. Nur Cholis Majdid. Dalam buah pemikiran mengenai ketakwaan, beliau selalu mengaitkan atas dasar prilaku setiap manusia saat menjalani kehidupan.

Di tambah dengan pemikirannya luas serta sangat intekletual, Cak Nur (sapaan akrabnya) dapat menggabungkan antara nilai-nilai dasar agama dengan pemikiran ilimiah secara akal.

Maka tidak heran setiap tutur katanya yang dilontarkan menjadikan sarat akan keilmuan yang sangat dalam. Beliau menjelaskan, untuk dapat menggapai sebuah tingkatkan takwa, maka seorang hamba dianjurkan untuk memperbanyak zikir kepada Allah Swt.

Dalam zikir menurut beliau ialah; “zikir kepada Allah tidak mengenal ruang dan waktu. Selamanya dan dimana saja kita harus ingat kepada Allah. Bila kita lupa kepada Allah, Allah akan membuat kita lupa akan diri kita sendiri.

Hanya dengan ingat kepada Allah, kita mengentahui dan menginsafi bahwa hidup ini berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Itulah makna ungkapan yang sering kita baca, Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un (hal.4 bab zikir).

Uraian yang telah dipaparkan di atas adalah kutipan dari 32 khutbah Jumat Cak Nur. Buku tersebut mencoba merangkum dan mendokumentasikan segala “Khutbah Sholat Jumat Cak Nur” di Paramadina Masjid Pondok Indah Jakarta.

Setiap kali beliau khutbah ia tak pernah membawa teks tertulis untuk modal khutbahnya. Tetapi dengan tangan kosong beliau dapat membawakan pesan-pesan khutbah yang sangat mengalir dengan mendasari spirit-spirit ketakwaan hamba pada Tuhannya.

Biasanya setelah khutbah, Cak Nur akan membuka kelas diskusi dengan para jamaah shalat Jumat. Pembahasannya pun mengalir, bisa membahas seputar khutbah yang baru disampaikan bisa juga membahas isu-isu terkini mengenai politik Negara.

Maka tak sedikit masyarakat yang antusias mengikuti khutbah beliau dan melanjutkan untuk berdiskusi.

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.