
Melaksanakan Shalat Wajib dan Sunnah
Kunci kedua agar mendapatkan perniagaan sukses dunia akhirat, setelah memahami makna “Yatluuna kitaballahi – membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, yang disertai pemahaman dan perenungan, sekaligus mengamalkan pesan-pesannya dalam kehidupan nyata. Maka berikutnya adalah melaksanakan shalat wajib dan sunnah secara maksimal, di mana shalat yang dilakukannya sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti shalatnya baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhim karya Ibnu Katsir diperoleh informasi, “asal makna shalat adalah ‘berdoa’. Kemudian istilah itu digunakan dalam syara’ sebagai ibadah yang memiliki gerakan ruku’, sujud, dan perbuatan tertentu lainnya, dilakukan dalam waktu tertentu, dengan syarat-syarat yang sudah dimaklumi, dan sifat serta jenis shalat yang sudah masyhur dan diwajibkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Di mana mendirikan shalat berarti memelihara pelaksanaannya dalam waktu-waktu yang telah ditetapkan, membaguskan wudhu, menyempurnakan berdiri, ruku’, i’tidal, sujud, bacaan Al-Qur’an, tasyahud, dan shalawat kepada Nabi SAW dalam shalat. Itulah yang dimaksud dengan mendirikan shalat (Ibnu Katsir, 74: 2001).
Kemudian dalam Tafsir Al-Munir karya Prof, Dr, Wahbah Mushthafa Az-Zuhaili didapat informasi, sebagai berikut: “Orang yang bertakwa yang menarik manfaat dari Al-Qur’an, mereka menunaikan shalat secara sempurna, lengkap dengan syarat-syaratnya, rukun-rukun, adab-adab, dan kekhusyukannya. Shalat yang tidak dibarengi dengan kekhusyukan dan perenungan tentang apa yang dibaca di dalamnya serta perenungan makna-makna Al-Qur’an dan rasa takut kepada Allah ibarat jasad tanpa ruh”(Az-Zuhaili, 79: 2005).
Dari dua pendapat di atas, terdapat beberapa poin penting dalam melaksanakan ibadah shalat, mulai dari menyempurnakan wudhu sebagai syarat sah shalat, modal dasar utama dalam melaksanakan shalat mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, memahami kandungan bacaan rangkaian ibadah shalat, terutama bacaan surah Al-Fatihah. Di mana terdapat penjelasan bahwa tidak sah atau tidak sempurna, yang shalatnya tidak membaca surah Al-Fatihah, dalam hal ini pada umumnya masyarakat Islam membaca surah Al-Fatihah dalam shalatnya itu tidak berdasarkan melalui talaqqi dan musyafahah, melainkan hafalan yang sangat riskan tidak sesuai dengan bacaan yang sebenarnya.
Belum lagi terkait dengan pemahaman isi kandungan surah Al-Fatihah, sangat penting untuk dipahami supaya bisa mengantarkan kekhusyukan dalam shalatnya, munculnya rasa takut kepada Allah Subhanahu wata’ala dan selalu mendapatkan bimbingan-Nya sesuai dengan permohonan pada ayat 6 surah Al-Fatihah – ihdinash shiroothol mustaqiim – tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
Baca Juga: Perniagaan Sukses Dunia Akhirat (1)
Sehingga pelaksanaan ibadah shalat sangat penting untuk diperhatikan dengan sungguh-sungguh, bagaimana berusaha perintah kewajiban melaksanakan shalat itu ditingkatkan menjadi sebuah kebutuhan, kemudian ditingkatkan lagi menjadi butuh shalat. Apalagi ada riwayat dari baginda Nabi Muhammad – ju’ilat qurroru ‘ainii fii ash-Sholah – aku mencapai puncak ketenangan jiwaku dengan melaksanakan shalat.
Dalam hal ini perintah melaksanakan ibadah shalat adalah merupakan anugerah dari Allah kepada Nabi Muhammad dan umatnya, di mana dengan melaksanakan ibadah shalat, hati menjadi tenang, tentram dan damai. Bilamana shalat yang dilakukannya sesuai dengan syarat dan rukunnya, penuh dengan kekhusyukan, perenungan terhadap makna yang dibacanya, disertai rasa khasyyah – takut kepada Allah. Bahkan, dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah memberikan perintah, agar menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong, yang mana sabar dan shalat merupakan dua perbuatan saling terkait dan tidak bisa dipisahkan antara keduanya.
Hal ini dijelaskan pada firman Allah, Surah Al-Baqarah/2 ayat 45;
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (Q. S. Al-Baqarah/2: 45).
Surah Al-Baqarah/2 ayat 153,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q. S. Al-Baqarah/2: 153).
Perintah menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong di atas, sangat terkait pula dengan perintah memelihara shalatnya, dengan memelihara shalatnya itu maka Allah akan memberikan pertolongan. Hal ini sebagaimana dijelaskan pada firman Allah Subhanahu wata’ala surah Al-Baqarah/2 ayat 238,
حَٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (Q. S. Al-Baqarah/2: 238).
Karena pentingnya melaksanakan ibadah shalat dan memeliharanya, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, kitab suci Al-Qur’an memberikan informasi lebih jauh sebelum Nabi Muhammad di utus, yaitu doa abu al-Anbiya’ (bapaknya para Nabi) Nabi Ibrahim a.s., yang diabadikan pada surah Ibrahim/14 ayat 40,
رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Q. S. Ibrahim/14: 40).
Doa ini penting juga untuk kita mohonkan kepada Allah, agar kita dan keturunan kita termasuk orang-orang yang istiqamah dalam melaksanakan ibadah shalat. Sebagaimana kita ketahui bahwa perintah melaksanakan ibadah shalat diawali sebuah peristiwa yang super istimewa, yaitu isro’ dan mi’roj baginda Nabi Muhammad, sebuah perjalanan yang dahsyat, dari Masjidil Haram di Mekah menuju Baitil Maqdis di Palestina, kemudian naik sampai Sidrotul Muntaha, hanya ditempuh sebagian malam.
Baca Juga: Empat Fungsi Diturunkannya Kitab Suci Al-Qur’an
Sebuah harapan bahwa shalat yang dilaksanaknnya sesuai dengan syarat dan rukunnya, disertai pemahaman dan perenungan maknanya, rasa takut kepada Allah, mampu mengantarkan terhindar dari perbuatan yang keji dan yang mungkar. Hal ini diperkuat firman Allah, surah Al-Ankabut/29 ayat 45,
ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q. S. Al-Ankabut/29: 45).
Juga nasehat Lukman Al-Hakim kepada anaknya, pada firman Allah Subhanahu wata’ala surah Lukman/31 ayat 17,
يَٰبُنَيَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q. S. Lukman/31: 17).
Pada surah Al-Ankabut/29 ayat 45 dipertegas, bahwa shalat yang dilaksanakan dengan benar akan mampu mencegah dari perbuatan yang keji dan yang mungkar, kemudian pada surah Lukman/31 ayat 17 orang yang melaksanakan shalat diharapkan agar mampu melakukan amar ma’ruf nahyi mungkar – menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.
Sehingga intisari dari pelaksanakan ibadah shalat, bukan hanya mampu terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, akan tetapi mampu menyuruh orang lain untuk berbuat kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang mungkar. Pelaksanakan shalat yang seperti ini, akan mengantarkan mencapai keberuntungan dan kebahagiaan dengan dasar beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam melaksanakan ibadah shalatnya. Hai ini sejalan dengan firman Allah Subhanahu wata’ala, surah Al-Mu’minun/23 ayat 1 – 2;
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ هُمۡ فِي صَلَاتِهِمۡ خَٰشِعُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. (Q. S. Al-Mu’minun/23: 1 – 2).
Baca Juga: Standarisasi Bacaan Al-Qur’an yang Baik dan Benar
Nah, bagaimana agar kita berusaha dalam melaksanakan ibadah shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah, bisa mencapai kebahagiaan dan keberuntungan? Maka persyaratan utamanya harus kita penuhi, yaitu: mampu membaca Al-Qur’an secara baik dan benar, memahami kandungan bacaan dalam shalat, disertai kekhusyukan dan munculkan rasa takut kepada Allah. Kemudian yakinlah dengan memperbanyak ibadah shalat, mampu menempuh kehidupan dengan penuh kebahagiaan, kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Sehingga pribadi orang yang shalat terbentuk keimanan yang kuat dan budi pekerti yang luhur.
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, MA., Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta.