Tebuireng.online- Dalam seminar yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Hasyim Asy’ari pada Kamis (03/10/19), Bapak Marwanto selaku perwakilan dari Kapolres Jombang mengupas bagaimana radikalisme dan sparatisme muncul di NKRI serta peran serta Kapolri dalam penanggulangannya.

“(Kami) berharap peran aktif rekan-rekan pondok dan mahasiswa,” ungkap beliau. Pemicu dari radikalisme dan sparatisme di NKRI; Pertama yaitu masalah intoleransi, masalah radikalisme dimana ingin merubah ideologi dengan cara-cara yang ekstrem. Beliau memaparkan, jika sudah parah efeknya timbul menjadi teroris. Pemicu selanjutnya ancaman dunia dan nasional, globalisasi, serta demokrasi.

Pengaruh International Political Movement (Gerakan Politik Trans Nasional) yang langsung, ideologi radikal/ ideologi selain Pancasila; salah satunya Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, ragam budaya dan suku dan lain sebagainya.

Lanjutnya, mengapa Indonesia rawan? Karena dipengaruhi oleh hal-hal berikut, National State, letaknya diposisi silang, negara kepulauan dan lainnya. “Bukan hanya tugas keamanan, tetapi adanya sinergitas. Peran Pesantren dan Mahasiswa,” jelasnya.

Beliau juga memaparkan potret negara pecah dan negara gugur yang merupakan fenomena disintegrasi. Dimana rasisme dan intoleransi menjadi salah dua hal yang perlu diwaspadai.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Harus mampu menangkap isu rasis maupun paham radikal,” ucap pak Marwanto. Indonesia termasuk negara yang cukup rasis. “Gejolak rasisme Papua dijadikan alat sebar issue agar HAM oleh separatis LPM, KUPB dan ULMUP ke Internasional dunia.

Faktor kencenderungan radikalisme hasil survey setuju dengan radikalisme. Fenomena ini jadi indikator kuat bahwa generasi muda target penyebaran radikalisme. Celah masuknya radikalisme di antaranya pemahaman yang kecil atau sempit tentang ajaran agama yang dianut, ketidakadilan sosial dan diskriminasi, kemiskinan, kesenjangan sosial, dendam politisi, nafsu berkuasa dan lain sebagainya.

“Pengembangan media sosial harus diawasi, juga perlu dipertimbangkan, khususnya mahasiswa, agar dapat memilah-milah mana yang baik dan yang buruk,” ucap beliau. Kemajuan Teknologi Informasi memiliki pengaruh terhadap tatanan sosial, seperti maraknya issue hoax dan ujaran kebencian.

Pemanfaatan dunia maya oleh kelompok radikalisme dan terorisme meliputi pemberian informasi secara aktif tentang kegiatan mereka, proses perekrutan secara langsung. Kemudian ciri-ciri dan karakter radikal menjadoi hal yang patut diwaspadai. “Walaupun HTI sudah bubar, tetapi faham-fahamnya masih tersebar,” tutur pak Marwanto.

“Jika radikal tidak ditangani secara dini maka akan jadi terorisme” tambahnya. Pancasila dan NKRI menjadi semboyan yang harus dipegang erat dalam mengahadapi tantangan itu, serta bagaimana pemahaman tentang empat (4) pilar kebangsaan dan membangun sinergi untuk NKRI terutama generasi muda, mahasiswa, pelajar serta santri. Untuk mewujudkan cinta tanah air  diperlukan generasi muda yang berkarakter.

Peran Perguruan Tinggi dan Pesantren dimana mencetak generasi muda yang berkarakter, bekal ilmu agama, bekal metode dakwah dan pengetahuannya. “Mari kita dukung, kita harus periksa berita kepada media, agar terhindar dari hoax,” pungkasnya.  


Pewarta: Umdah

Publisher: MSA