Oleh: Aisy Hanif Firdaus*

Dinamika sosial dalam bermasyarakat memang selalu beranekaragam. Hal ini ditandai dengan adanya sikap baik buruk yang hampir selalu beriringan. Kesehatan mental bagi remaja khususnya, sangat penting karena akan membentuk perilaku baik dan santun seseorang dalam menjalani bingkai kehidupan. Manusia sebagai makhluk dengan jiwa sosial paling tinggi, mampu memberikan warna tersendiri dalam berinteraksi dengan makhluk yang lainnya, khususnya dengan bersikap ramah dan santun kepada orang lain. 

Seperti lazimnya kesehatan fisik dalam diri seseorang, kesehatan mental juga tidak boleh lengah dari perhatian untuk menunjukan bahwa kesehatan mental kita baik-baik saja atau tidak terganggu, kondisi fisik dan kualitas hidup juga bisa menurun akibat kesehatan mentalnya terganggu. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apakah kesehatan mental kita baik-baik saja? Dan sangat penting bagi sebagian remaja di kalangan pondok pesantren saat ini, mari simak ulasan sederhana berikut ini.

Dalam hal ini, pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan islam tradisional yang tetap eksis mendidik serta mengajar para santrinya untuk tinggal bersama dan belajar dalam bimbingan para guru, ustadz dan kiai dalam sebuah asrama (tempat tinggal) dan tempat untuk menginap para santri yang berada dalam satu komplek. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama yang mengajarkan berbagai kajian ilmu agama islam maupun umum kepada para santri sesuai dengan kurikulum yang telah diberlakukan oleh pihak pondok pesantren, namun biasanya pelajaran dan materinya bersumber dari kitab-kitab kuning klasik karya para ulama terdahulu. 

Kembali lagi, Seseorang santri dapat dikatakan sehat secara mental apabila ia merasa hidupnya sejahtera, baik secara psikologis, emosional, maupun sosial. Kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap bagaimana kondisi seseorang dalam berpikir, merasakan, bertindak, membuat keputusan, serta berinteraksi dengan orang lain.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kesehatan mental para santri di pondok pesantren amat sangat perlu diterapkan dan ditanamkan dengan melakukan berbagai kegiatan positif agar para santri terus mendapatkan ilmu dan materi yang akan membantu daya pikir dan kemajuan dalam membangun jiwanya menjadi sehat dan kuat. Namun tak jarang ada banyak persoalan masih banyak para santri yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang telah diberikan oleh pihak pondok pesantren karena disebabkan ketidaktertarikan terhadap materi ataupun kegiatan yang dinilai monoton, disini juga peran pengajar sangat berpengaruh terhadap tingkat keseriusan dan berhasilnya proses kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren. 

Dengan demikian, titik fokus yang menjadi sangat serius menerapkan sistem belajar yang menarik dan memberikan kegiatan positif yang menggugah semangat para santri untuk lebih bersemangat lagi dalam menimba ilmu dan belajar selama di pondok pesantren. Misalnya dengan memberikan pertanyaan kepada para santri, lalu santri yang berhasil menjawab dengan jawaban benar diberikan reward berupa hadiah ala kadarnya kepada para santri yang berhasil menjawab pertanyaan atau mampu bertanya kepada gurunya. Dengan demikian maka akan timbul rasa senang dan gembira dari sebagian para santri. 

Menurut World Health Organization (WHO) dijelaskan bahwa, kesehatan mental adalah suatu kondisi dari kesejahteraan yang disadari oleh individu, dan yang di dalamnya terdapat sebuah kemampuan-kemampuan untuk mengelola beban yang disebabkan oleh pikiran atau stres dalam kehidupan sehari-hari secara wajar. Sederhananya, seorang individu dapat bekerja secara produktif dan menghasilkan interaksi dengan yang lainnya serta berperan di lingkungan dengan baik.

Kesehatan mental tidak hanya menjadi pengaruh buruk bagi kesejahteraan dalam hidup, kesehatan mental juga sangat berpengaruh dalam timbulnya berbagai penyakit seperti halnya menyebabkan seseorang mudah merasa lemas, pusing, migrain, gangguan pencernaan, nyeri otot, serta jantung berdebar. Stres juga sering ditandai dengan sulit tidur di malam hari (insomnia), tubuh terus gemetar, kaki terasa dingin dan berkeringat, mulut kering, sulit menelan sesuatu, hingga menurunnya hasrat seksual.

Sebaliknya, jika seseorang mempunyai kesehatan mental yang cukup prima maka dirinya dapat menjalankan dan beraktivitas secara produktif dan menggunakan potensi yang dimilikinya dengan maksimal. Selain itu juga mampu berpikir positif dan jernih ketika dihadapkan dengan berbagai macam persoalan yang menimpanya. Hal ini akan menuntun dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dalam menyikapi sebuah masalah dan juga menyelesaikan masalah dengan baik.

Mental yang sehat juga sangatlah baik untuk menjalani kehidupan sosial. Orang dengan kesehatan mental yang sehat dapat berkomunikasi lebih baik, mudah dipahami dari cara penyampaiannya, mudah bergaul, dan memiliki pertemanan yang sehat. juga lebih mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap teman-teman, komunitas atau orang-orang di sekitarnya.

Pemikir muslim, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’I atau al-Ghazali, meyakini manusia sebagai makhluk jasmani-rohani dan aspek ruhiyah merupakan sebuah hakikat nyata. Terkait upaya menciptakan ketenangan jiwa, beliau menyebut jiwa terdiri dari empat elemen pokok, yakni al-qalb, al-ruh, al-nafs, dan al-aql. Empat elemen ini, secara esensi maknanya sama. Al-qalb dan al-nafs merupakan istilah yang kerap digunakan dalam Al-Qur’an sebagai representasi. Arti pertama nafs adalah nafsu-nafsu rendah yang kaitannya dengan raga dan kejiwaan, seperti dorongan agresif (al-ghadlab) dan dorongan erotik (al-syahwat). Kedua nafsu ini dimiliki oleh hewan dan manusia.

Allah SWT Berfirman:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ ٢٨

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.’’ (QS. Ar-Rad:28)

Prof. KH. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah kata żikr mulanya mengucapkan dengan lidah dan berkembang menjadi “mengingat”, dalam ayat di atas dipahami arti menyebut nama Allah yang agung. Konteks ayat ini tentang żikrullāh yang melahirkan ketentraman hati yang mencakup keagungan, larangan dan perintah, dan Allah sebagai penolong dan pelindung. Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Ketika manusia melupakan Sang Maha Pencipta dan kehilangan God view-nya, kehidupan jadi hampa. Menjauhkan diri dari Sang Pencipta, berarti mengosongkan diri dari nilai-nilai imani. Sungguh merupakan “kerugian” terbesar bagi manusia selaku makhluk berdimensi spiritual. “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mendapat petunjuk.” (Q.S al-Baqarah (2):16).

Para santri dalam menjalani kehidupan, tentu banyak hal yang ditemui baik persoalan dan problematika selama berada di lingkungan pondok pesantren. Namun semuanya tetap berjuang sekuatnya, barulah kepasrahan dan ketabahan yang diamalkan dalam diri setiap santri merupakan bentuk keimanan diri kepada Allah.

Memohon pertolongan dan harapan atas masalah yang dihadapi hanya kepada Allah SWT. Sehingga akan muncul rasa optimis dan kekuatan karena keimanan dan ketaqwaan yang tinggi serta kuat akan membantu kesulitannya. Dengan demikian manusia tidak hanya berserah begitu saja dan dengan mudah putus asa dalam menghadapi problematika kehidupan. Yakinlah segala sesuatu problematika ada jalan keluarnya. Wallahu A’lam Bisshowab… 

*Alumni Pondok Pesantren Al-Fajar Babakan, Kab. Tegal.