Acara Istighasah dan Peresmian NH Cabang Tebuireng. (foto: Soni)

Tebuireng.online– KH. Lamroh Azhary, tegaskan makna seorang pesilat seperti halnya sebuah padi. Ketika baru ditanam masih tegak mendangak, namun Ketika sudah mulai berisi maka padi tersebut akan semakin menunduk. Demikian pernyataannya, ketika meresmikan NH Perkasya Cabang Pesantren Tebuireng.

Ikut NH Perkasya (Silat), harus mampu mengecilkan ego,” ungkap KH. Lamroh Azhary yang akrab dipanggil Pak Lamroh, Senin (5/9/2022) di masjid Pondok Putra Pesantren Tebuireng.

Pak Lamroh juga menjelaskan maksud dari penggambaran padi adalah kali pertama seorang pesilat mengikuti perguruan, ia akan terkesan gagah-gagahan, namun ketika ia telah mencapai tingkatan selanjutnya, maka ia akan semakin menunduk.

Dengan begitu, kata Pak Lamroh, seorang pesilat NH Perkasya harus mampu mengendalikan diri dan juga mengendalikan hawa nafsu, seperti sumpah yang selalu diikrarkan pada setiap latihan. 

“Jangan sampai terjadi antara teman kelahi, jika memang terjadi berarti sampean gak mampu mengendalikan diri. Harus mampu mengendalikan harga diri,” jelas seorang Pendekar yang berhasil mendirikan perguruan NH Perkasya di tahun 1982 itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pendekar tersebut juga mewanti-wanti, bagi setiap santri Pesantren Tebuireng, yang mengikuti NH Perkasya, untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh pesantren, dan wajib untuk semangat saat mengaji maupun saat sekolah.

“Lebih baik sampean gak usah ikut NH Perkasya, daripada ikut kemudian sampean ga sekolah dan ngaji,” terang Pak lamroh di hadapan seluruh pesilat NH Perkasya Cabang Pesantren Tebuireng.

Namun meski demikian, Pak Lamroh juga tersenyum puas, karena kebanyakan santri yang mengikuti NH Perkasya tertib dalam mematuhi aturan pondok.

“Alhamdulillah, santri NH Perkasya bisa tertib.”  Ujarnya dengan bangga.

Pewarta: Soni Fadjar