Pembukaan kegiatan Ramadan dan diklat cara membaca kitab kuning dengan metode amtsilati di MAN 4 Jombang, PP Mambaul Maarif, Senin (6/5/19). (Foto: Syarif)

Tebuireng.online– Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Program Keagamaan (PK) Kabupaten Jombang, Jawa Timur mengisi bulan suci Ramadan dengan mengadakan diklat cara cepat membaca kitab kuning dengan metode amsilati.

Dalam pelaksaannya, MAN PK bersinergi dengan Pondok Pesantren Al-Aqobah Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Jombang untuk mendatangkan tutor amsilati. Kegiatan ini berlangsung hingga puasa ke-20 Ramadan 1440 H.

Menurut Kepala MAN PK Syamsul Ma’arif, tujuan program ini untuk mengasah lebih dalam lagi kemampuan para siswa dalam memahami kitab kuning. Kelas dalam program ini dibagi menjadi empat, dua untuk putra dan dua untuk putri.

“MAN PK ini merupakan salah satu program unggulan dari Kementerian Agama RI. Karena program khusus dan peserta didik khusus maka harus dididik secara khusus. Salah satunya dengan menambah pelajaran baca kitab kuning setiap habis Dzuhur hingga Ashar,” katanya, Senin (6/5).

Dikatakannya, MAN PK di Pulau Jawa ada lima sekolah percontohan. Salah satunya yaitu MAN 4 PK Denanyar, Jombang. Di MAN 4 PK ini peserta didik diawasi langsung oleh pengasuh dan pembina selama 24 jam.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di MAN PK, peserta didik diajarkan ilmu agama Islam secara rutin dari para ahlinya. Mulai dari baca Al Quran, Hadits, dan ilmu fikih dari kitab kuning. Bahasa komunikasinya juga menggunakan bahasa Arab. Diharapkan dengan diadakan diklat ini kemampuan para santri semakin bagus dan siap mengabdi di masyarakat saat pulang.

“Kemampuan siswa-siswi MAN PK harus diatas rata-rata, karena jadi percontohan. Apalagi sebentar lagi akan ada agenda Olimpiade Baca Kitab Kuning khusus MAN PK seluruh Indonesia. Jadi ini salah satu persiapan menuju kesana,” tambah Syamsul.

Diklat baca kitab kuning ini diikuti puluhan siswa-siswi MAN PK dari kelas X dan XI. Dalam proses dilapangan, peserta diklat setiap setelah pemberian materi langsung mempraktekkan cara membaca Kitab Fathul Qorib yang tidak berharakat. Para tutor akan membimbing dengan menanyakan satu persatu ilmu nahwu dan sorof plus bait alfiyah ke peserta diklat secara bergantian.

Metode Amsilati ditemukan oleh KH Taufiqul Hakim asal Pondok Pesantren Darul Falah Jepara, Jawa Tengah. Metode cukup unik, karena meringkas bait alfiyah yang 1002 nadzom menjadi 184 nadzom. Cara belajarnya juga menyenangkan dan seperti model bermain dengan lagu khusus.

“Kita berharap peserta didik kita tidak hanya bisa baca tapi juga memahami ilmu nahwu dan sorof. Sekalian bait alfiyahnya. Metode ini sangat bagus untuk mewujudkannya. Kalau bisa baca kitab kuning maka kemampuan ilmu fikih, hadits akan mengikuti,” ujarnya.

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aqobah KH Ahmad Kanzul Fikri menjelaskan metode amsilati sudah diterapkan di pesantrennya sejak awal kemunculannya hingga saat ini. Sudah banyak santri yang awalnya tidak paham ilmu nahwu-shorof setelah belajar amsilati menjadi mahir.

“Di Al-Aqobah tahun pertama diajarkan amsilati dan tahun kedua serta ketiga proses penerapan pada baca kitab kuning. Jadi metode ini sangat cocok buat madrasah unggulan kayak MAN 4 PK ini. Santri tidak perlu bertahun-tahun dalam mempelajari cara baca kitab kuning,” ungkapnya.

Ia menambahkan, dewasa ini tren masyarakat Indonesia menitipkan putra-putrinya ke pesantren semakin meningkat. Namun uniknya, para wali santri saat ini ingin anaknya bisa memahami kitab kuning dalam waktu tiga sampai enam tahun.

“Zaman sudah berubah, dulu orang mondok itu lama-lama. Sekarang ini yang paling banyak pada kisaran enam tahun. Jika kita memakai cara konvensional belajar membaca kitab kuning maka tidak cukup waktunya,” tandas KH. Fikri.

Pewarta: Syarif Abdurahman
Publisher: RZ