Penampilan siswa MTs SS Tebuireng dalam gelar karya Beauty in Diversity. (foto: panitia)

Tebuireng.online– Dalam rangka penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin Implementasi Kurikulum Merdeka, MTs Salafiyah Syafi’iyah  gelar karya Beauty In Diversity. Acara yang digelar pada Sabtu (28/10) di halaman MTs Salafiyah Syafiiyah dengan tema Bhinneka Tunggal Ika ini dibuka oleh Pengawas Kementrian Agama Jombang, Imroatus Sholihah.

Dalam hal ini, Ustadz Iskandar, Kepala MTs SS menuturkan bahwa tema yang sedang diangkat sejatinya telah pesantren terapkan sebelum adanya kurikulum merdeka. Karena di pesantren santri tidak hanya datang dari 1 kota melainkan dari Sabang hingga Merauke.

“Sebelum ada kurikulum merdeka, P5, dan PPRA pesantren telah lebih dahulu mengenalkan kebhinekaan, keberagaman, karena santri datang dari berbagai daerah, yang hampir seluruh Indonesia ada,” ungkapnya di hadapan ratusan siswa.

Menurutnya, Insyallah lulusan pesantren yang nanti berkiprah di masyrakat dapat menjadi tombak utama dalam membina umat bergama dan berbagai suku.

Berkenaan dengan itu, kelas 7 dan 8 menampilkan pertunjukan yang sangat beragam, mulai dari drama, menyanyi, dan menari. Adapun tarian dan nyanyian yang ditampilkan seperti: Cublek-Cublek Suweng, Bungung Joempa, Taris Paris Berantai, Tari Ondel-Ondel, Manuk Dadali, Tari Bugis, Tari Piring, dan masih banyak tarian lainya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebelum itu, di pintu masuk disambut dengan masakan-masakan khas nusantara, miniature rumah adat dari berbagai daerah, dan juga madding tema nusantara. Macam-macam masakan yang ditampilkan seperti: Pempek khas Palembang, Kopi Rarobang khas Ambon, Sinole khas Papua, Rengginang khas Jawa Barat dan Kohu-Kohu khas Maluku Utara.

Di sisi lain, Imroatus Sholihah selaku Pengawas Kementrian Agama Jombang menyampaikan, bahwa kita dapat dengan mudah mencapai persatuan, menyerap kebinekaan untuk mencapai persatuan. Beliau berharap siwa-siswi dapat saling menghormati, saling belajar bersama untuk mencapai pemahaman yang mendalam, khususnya dalam ajaran islam.

Bagi beliau keberagaman ini dapat menjadi hal yang memicu siswa/siswi untu menghasilkan karya sesuai dengan daerah masing-masing. “Mari kita jaga terus kebhinekaan ini dengan baik. Jadikan setiap momen sebagai langkah yang kongkrit untuk memperkuat kesatuan dan persatuan, kebersamaan dalam belajar,”ujar beliau.

“Ingat anak-anak, niat untuk gelar karya ini adalah untuk memahami perbedaan yang ada, khususnya di madrsah kita, bukan menjadikan cerai berai tapi menjadikan kita untuk saling mengenal/ta’aruf.” tutupnya.

Pewarta: Ilvi M