sumber ilustrasi: makrifah

Rubrik ini diasuh oleh KH. Muthohharun Afif, alumni Tebuireng yang saat ini mengasuh Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin dan Al-Amin Mojokerto. Ketika di Tebuireng, beliau menjadi salah satu murid KH. Idris Kamali dan KH. Shobari. Tulisan ini merupakan hasil serapan dari apa yang beliau sampaikan ketika ngaji kitab Nasaih al-‘Ibad. 

Kitab Nasāih al-‘Ibad merupakan karangan syekh Syihabuddin al-‘Asqalani. Lalu di-syarahi oleh syekh Nawawi al-Jawi. Syekh Nawawi adalah ulama Indonesia seangkatan dengan syekh Mahfudz Al-Tarmasi, dan Kiai Kholil Bangkalan. Ketiga-tiganya bermukim di Makkah untuk belajar. 

Setelah mereka lama di Makkah, akhirnya ada kesepakatan bahwa salah satu dari mereka harus pulang ke tanah air. Salah satu dari mereka harus rela meninggalkan tanah tempat kelahiran Rasulullah. Namun tidak ada yang mau. Kemudian dibuat pengundian, nama siapa yang keluar harus rela pulang ke tanah air. Alhasil nama Kiai Kholil lah yang muncul, dan beliau harus rela meninggalkan tanah Makkah.

Mari kita awali ngaji dengan bacaan, bismillahirrahmanirrahim

Bacaan basmalah merupakan bacaan yang sangat istimewa. Bahkan ada yang mengatakan, jika basmalah dibaca dengan yakin maka apa yang kita inginkan pasti akan dilancarkan oleh Allah. Kata اللَّهُ jika ditambah اسْمُ maka bentuknya adalah sebuah tabarrukan. Misal, بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ، بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَىهَا وَمُرْسَاهَا. 

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلهَ الَّا اللهُ

merupakan sebuah persaksian bahwa tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah (لا اِلَهَ المَعْبُوْدَ الَّا اللهُ). Ini tingkatan untuk orang umum. 

Ada tingkatan berikutnya, yakni tiada yang dituju selain Allah (لا  مَقْصُوْدَ الَّا اللهُ). Semua pekerjaan orientasinya kepada Allah.

Setelah melalui proses pada tingkatan yang kedua itu. Seorang hamba akan berada pada maqam yang mengakui bahwa tiada yang wujud kecuali Allah. (لاَ مَوْجُوْدَ اِلاَّ اللهُ). 

Dalam suatu riwayat ada keterangan, bahwa besok pada hari kebangkitan (yaumul ba’ast) orang-orang yang diridai Allah akan diberi pakaian, mahkota, dan kendaraan. Dia terbang lalu langsung turun di depan surga. Tiba-tiba ada malaikat yang menghampirinya, “Anda ini siapa?”.

“Saya umat Muhammad,” jawab orang itu. 

“Anda sudah di-hisab?” Tanya malaikat.

“Belum,” jawabnya lagi. 

“Loh, kok belum,” malaikat keheranan.

Lha wong saya ini sebenarnya nggak punya amal. Apanya yang mau ditimbang?” 

Tak lama datanglah kabar dari Allah, “ndak usah ditimbang wahai malaikat-Ku. Betul katanya, ia tidak punya amal apa pun. Toh kalau ditimbang hakikatnya yang ditimbang amal yang kubuat.” 

Karena memang ketika ia sedang berada di dunia tidak pernah terbesit di pikirannya, ia pernah punya amal. Ia tidak mengakui amalnya adalah perbuatannya. 

أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Syekh Nawawi menjelaskan bahwa Nabi Muhammad dikhususkan oleh Allah dalam hal kesempurnaan dalam Ibadah. Dalam suatu hadis:

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ، وَالطِّيبُ، وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

Urusan dunia saya senang pada wanita, parfum, dan tenangnya hati saya ketika salat. (Mustadrak al-Hakim)

Jika kita mengamati poin yang ketiga, maka kita dapat menyimpulkan atas kekhususan ibadah Rasul. Yakni salat dapat menjadikan diri beliau tenang dan damai.

Disusun oleh: Yuniar Indra Yahya 

(Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Tebuireng)