Bulan Ramadlan tinggal sebulan lagi. Pengumuman pengajian Paket Bulan Ramadlan sudah ditempel. Para santri sudah mulai mencari kitab-kitab yang akan mereka kaji. Begitu juga dengan Cak Jahlun. Ia pun mendatangi toko kitab langganannnya. “Mau beli apa Cak?” Tanya penjaga toko. “Mau beli kitab yang dibaca Gus Ishom” jawab Cak Jahlun. Penjaga toko tersebut mengambil sebuah kitab kemudian menyodorkan kepada Cak Jahlun dan berkata “Tiga Ribu!” Cak Jahlun meninggalkan toko kitab tersebut setelah menyerahkan 3 lembar ribuan.

Di tengah perjalanan pulang ke pondok, ia bertemu dengan Paijo yang juga hendak membeli kitab.

Paijo            : “Cak… Sudah beli kitab Gus Ishom belum?”

Cak Jahlun  : “Sudah.. ini kitabnya (sambil menunjukkan kitab tipis yang dipegangnya)”.

Paijo            : “Berapa harganya?”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Cak Jahlun  : “Murah.. Cuma 3 ribu”

Paijo            : “Kitabnya murah ya… Memangnya Bulan Ramadlan ini Gus Ishom Baca Kitab apa sih Cak?”

Ditanya begitu  Cak Jahlun agak gelagapan karena ia juga belum tau nama kitabnya. Dilihatnya sampul kitab tipis tersebut. Tulisan paling atas dicetak tebal dan besar “Ini dia nama kitabnya” pikirnya. Setelah dilihat dengan saksama ternyata ia susah untuk membacanya karena dicetak menggunakan Khat Diwany Jaly, “Bukan ini namanya, tidak mungkin nama kitabnya susah dibaca” katanya dalam hati. Matanya kemudian tertuju pada sebuah tulisan agak besar yang berada agak ke bawah dari sampul kitab tersebut. Ia pun yakin kalau tulisan tersebut adalah nama kitab tersebut karena menggunakan khat yang mudah dibaca dan agak besar walaupun tidak sebesar tulisan yang di atas tadi.

            Dengan mantap ia berkata: “Nama kitabnya TAUKAU KITAB AL-HIDAYAH.

Paijo    : “(Bingung, seumur-umur baru sekarang ia mendengar nama kitab yang aneh).”