Ratusan peserta menyimak penjelasan terkait merumuskan ulang sastra pesantren, di aula gedung PWNU Surabaya, Jawa Timur. (foto: rara/to)

Tebuireng.online– Beberapa pakar sastra dari kalangan akademisi, praktisi, dan pengamat sastra di Jawa Timur berkumpul di Aula KH. Bisri Syansuri PWNU Jawa Timur, Senin (17/10/22) membicarakan soal keberadaan sastra pesantren. 

Acara yang diselenggarakan Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) tersebut mengusung tema “Merumuskan kembali sastra pesantren dalam konteks kekinian”. Ada sekitar enam akademisi yang menjadi pembicara dan tak kurang dari 100 penikmat sastra hadir.

Dalam forum itu Gus Haidar Hafidz, mengungkap bahwa sastra pesantren memang benar-benar ada, dari keberdahuluannya maupun kekiniannya. Kata Gus Haidar Hafidz, “sastra pesantren itu benar-benar ada, meskipun tanpa rumusan yang sistematis sebagaimana sastra-sastra yang lain. Karena kita menerima sastra pesantren itu secara lisan.” 

Beberapa praktisi sastra saat mempresentasikan materi.

Tapi bagi Prof. Setya Yuwana ada beberapa rumusan yang perlu disusun untuk menjawab persoalan. Misalnya, apakah non muslim yang menulis sastra tentang pesantren itu termasuk sastra pesantren. Orang yang pernah mondok lalu menulis, tapi kemudian tulisan sastranya sama sekali tidak memuat nilai pesantren. Itulah pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab oleh pemerhati sastra pesantren. 

Yusri Fajar juga mengajak para santri agar lebih mengembangkan kreativitas menulis sastra para santri. Jadi perkembangan sastra Islam (pesantren) tidak berkutat pada dimensi ketuhanan saja, tapi juga mencakup dimensi sosial dan pendidikan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebelum itu, ketua Lesbumi menyampaikan bahwa seminar sastra ini adalah awal dari puncak. Sementara puncaknya adalah simposium yang akan diselenggarakan di Pesantren Tebuireng. Dalam simposium itu rencananya akan mengundang 16 pakar dan akademisi sastra. Sekaligus 40 praktisi sastra dan budayawan. Mereka akan merumuskan sastra pesantren sebagaimana yang dicita-citakan Lesbumi Jawa Timur.

Pewarta: Yuniar Indra