Beberapa hari lagi, tepat tanggal 27 November 2024 kita semua akan menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pilkada bisa jadi dianggap sebagai sebuah momen penting dalam kehidupan politik masyarakat Indonesia. Di tingkat desa merupakan bagian terkecil dari pemerintahan daerah, Pilkada tidak hanya menjadi ajang pemilihan pemimpin, tetapi juga sebuah potret dari dinamika sosial yang sangat erat kaitannya dengan persatuan dan perpecahan masyarakat.
Di desa-desa pemilihan kepala desa (Pilkades) atau pemilihan bupati/wali kota sering kali menyingkap potensi konflik yang lebih dalam, namun juga memiliki peluang untuk memperkuat ikatan sosial jika dijalankan dengan baik. Perjalanan menuju Pilkada di desa sering kali mengungkapkan wajah masyarakat yang terbelah, namun juga menunjukkan harapan akan perbaikan dan kemajuan bersama.
Nasihat lama mengatakan tak ada lawan dan kawan yang abadi dalam politik. Tetapi masyhur kita lihat banyak sekali perpecahan antar saudara, keluarga, murid dan guru bahkan tetangga atau kolega masih terus berseteru walau Pilpres atau Pilkada telah berlalu. Inilah yang barangkali perlu kita waspadai jangan sampai hal-hal yang merugikan terhadap persatuan merusak bangsa, terutama masyarakat dari sudut terkecil mulai keluarga, tetangga, hingga kolega.
Sebab diakui atau tidak, Pilkada sering kali menjadi momen yang sangat emosional dan krusial bagi masyarakat desa. Ini karena di tingkat desa, setiap individu biasanya memiliki kedekatan yang sangat personal dengan calon kepala desa atau calon pemimpin daerah. Hubungan yang erat antara calon dan masyarakatnya menjadikan proses Pilkada lebih dari sekadar sebuah proses politik, tetapi juga sebuah kontestasi sosial.
Pendekatan personal ini sering kali membentuk ikatan sosial yang kuat, tetapi juga rentan terhadap perpecahan. Tidak jarang, Pilkada menimbulkan polarisasi yang tajam, membelah masyarakat menjadi dua kelompok besar yang saling berseberangan. Persatuan yang biasanya terjalin dalam kehidupan sehari-hari bisa terguncang hanya karena perbedaan pilihan politik.
Di sisi lain, Pilkada juga berfungsi sebagai mekanisme untuk memperbaiki kualitas kepemimpinan di tingkat desa. Pemilihan kepala desa atau bupati yang dilakukan dengan cara yang demokratis dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu membawa perubahan positif.
Dalam banyak kasus, pemilihan ini mendorong warga desa untuk lebih aktif dalam diskusi politik dan sosial, serta memperkuat kesadaran mereka terhadap pentingnya memilih pemimpin yang sesuai dengan harapan mereka. Oleh karena itu Pilkada juga bisa menjadi pemicu bagi perbaikan kondisi sosial-ekonomi di desa. Infrastruktur yang lebih baik, peningkatan layanan publik, dan program-program kesejahteraan sosial dapat terwujud apabila pemimpin yang terpilih mampu menjalankan visi dan misinya dengan baik.
Namun, di balik potensi positif tersebut, Pilkada juga kerap kali menjadi arena pertarungan yang meruncingkan konflik. Persaingan antar calon yang melibatkan dukungan dari berbagai kelompok masyarakat sering kali menyebabkan terjadinya gesekan antar individu maupun antar kelompok. Pembelahan masyarakat tidak hanya terjadi di tingkat individu, tetapi juga bisa merembet ke dalam hubungan antar keluarga atau antar kelompok sosial.
Fenomena ini sering kali dipicu oleh berbagai faktor, seperti politisasi agama, suku, atau ekonomi. Masyarakat yang sebelumnya hidup berdampingan dalam kedamaian dapat dengan mudah terpecah hanya karena perbedaan pilihan politik. Kondisi ini memunculkan dilema, di satu sisi, Pilkada adalah sebuah mekanisme demokrasi, tetapi di sisi lain, ia juga bisa menjadi penyebab perpecahan yang mendalam.
Ketegangan ini sering kali diperburuk oleh penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks, yang dapat memicu kebencian dan ketegangan sosial. Di banyak desa, akses terhadap informasi yang benar dan terpercaya masih terbatas, sementara informasi palsu atau bias bisa dengan mudah menyebar melalui media sosial atau percakapan sehari-hari. Penyebaran informasi yang tidak tepat ini memperburuk situasi dan menambah jarak antara kelompok-kelompok yang berbeda. Konflik yang terjadi bukan hanya bersifat politik, tetapi juga berimbas pada hubungan sosial antarwarga yang sebelumnya harmonis.
Pilihan Boleh Berbeda, Tetapi Persatuan Tetap Tugas Bersama
Namun, meskipun Pilkada dapat menimbulkan polarisasi dan konflik, masih ada ruang bagi masyarakat desa untuk memperbaiki diri dan memperkuat kembali persatuan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran politik yang berbasis pada informasi yang akurat dan berbobot.
Pendidikan politik yang tepat dapat mengurangi potensi perpecahan dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses demokrasi. Selain itu, tokoh masyarakat yang bijaksana dapat berperan sebagai mediator yang menenangkan ketegangan antarwarga desa, sehingga proses Pilkada tidak hanya berakhir pada kemenangan atau kekalahan, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat kembali ikatan sosial yang sempat terkoyak.
Pilkada di tingkat desa membawa tantangan besar bagi masyarakat, antara persatuan dan perpecahan. Proses demokrasi ini harus dijalankan dengan penuh kehati-hatian dan kedewasaan untuk menghindari konflik yang merugikan. Namun, jika dikelola dengan baik, Pilkada juga dapat menjadi ajang untuk memperkuat semangat kebersamaan dan membangun desa yang lebih maju. Seperti halnya dalam demokrasi, kesadaran politik yang tinggi dan dialog yang terbuka sangat dibutuhkan agar Pilkada tidak hanya menjadi ajang perpecahan, tetapi juga langkah menuju persatuan yang lebih kokoh.
Di tengah keragaman pilihan, penting untuk kita ingat bahwa kita semua hidup dalam satu tatanan masyarakat yang saling bergantung. Meskipun pandangan dan preferensi kita bisa sangat berbeda, kita tetap satu dalam sebuah cita-cita yang lebih besar. Tujuan bersama itu adalah kesejahteraan, keadilan, dan kemajuan bersama. Di sinilah persatuan memainkan peran yang tak terhingga pentingnya. Dalam keragaman, kita menemukan kekuatan, bukan perpecahan.
Perbedaan dalam pilihan tidak seharusnya menjadi alasan untuk saling menjauh. Sebaliknya, perbedaan itulah yang memperkaya pengalaman dan perspektif kita. Dalam dunia yang terus berubah, perbedaan adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari, namun persatuan dalam tujuan bersama adalah hal yang harus senantiasa kita jaga. Seperti dalam sebuah tim, setiap anggota memiliki peran yang berbeda, tetapi semua bergerak menuju satu arah yang sama: mencapai tujuan yang lebih besar.
Seperti bintang-bintang di langit yang memiliki posisi dan sinar yang berbeda, namun saling melengkapi dalam menerangi malam, begitulah seharusnya kita. Meskipun pilihan kita bisa beragam, persatuan dalam tujuan bersama—untuk membangun dunia yang lebih baik, damai, dan penuh kasih—adalah cahaya yang harus kita tuju. Ketika kita bersama, tidak ada perbedaan yang terlalu besar untuk kita atasi, tidak ada tantangan yang terlalu berat untuk kita hadapi.
Mari kita hargai perbedaan, tetapi jangan lupa untuk selalu mengingat tujuan bersama yang menyatukan kita. Dalam keberagaman, kita menemukan kekuatan. Dalam persatuan, kita meraih kemajuan. Karena pilihan boleh berbeda, tetapi persatuan tujuan bersama adalah kunci untuk mencapai cita-cita yang lebih besar, inilah yang tak boleh dilupakan “Pemilu Damai Jaga Persatuan dan Kesatuan”.
Penulis: Ummu Masrurah