tebuireng.online– Pagi hari, di Jum’at ketiga (4/10/15) Sekolah Menulis Sanggar kepoedang (Kumpulan Penulis Muda Tebuireng) Jilid III, mendatangkan M. Iqbal Dawami, seorang penulis, resensor sekaligus editor yang sekarang tinggal di Pati Jawa Tengah, untuk menjadi pemateri. Di hari ketiga ini lokasi belajar yang sebelumnya dijadikan dua kelas, fiksi dan non fiksi, hari ini dijadikan satu kelas di Perpustakaan KH. Abdul Wahid Hasyim Gedung KH. Yusuf Hasyim lantai 1. 

Tema yang dibahas kali ini fokus pada cara-cara pembuatan buku. M. Iqbal Dawami  yang karya-karyanya sudah tersebar di berbagai toko buku itu memberikan pemaparan kepada para peserta sekolah menulis bagaimana proses pembuatan buku sehingga bisa diterbitkan oleh penerbit.

Iqbal juga memberikan motivasi bagaimana seorang santri yang notabene mendalami keislaman bisa menyajikan sebuah bacaan yang renyah dengan kajian yang mendalam ketengah-tengah pembaca khususnya para remaja yang masih haus akan keislaman.

“Memang! banyak tantangan dalam menulis buku. Ibarat kopi, penulis buku harus disiram dengan air panas, artinya harus tahan dengan tantangan-tantangan dan ujian. Seperti kopi, ia harus disiram dulu dengan air panas baru bisa dinikmati dan berbau harum”, ungkapnya.

Mantan Editor Penerbit Bentang Pustaka tersebut menceritakan bagaimana proses ia menulis buku sehingga  sekarang sudah mencapai sekitar 10 buku. Ia menceritakan pengalamannya beralih dari seorang guru, sampai menjadi seorang dosen hingga kemudian lebih tertarik menjadi seorang penulis. “Menjadi penulis sebetulnya lebih bergengsi dari pada menjadi guru atau dosen. Ada kesenangan tersendiri ketika karya kita bisa dibaca dan bermanfaat bagi orang banyak”, ungkap penulis buku “The Miracle of Writing” dan “Sang Pengubah Mitos” itu. 

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Namun menjadi penulis buku tidak cukup hanya menulis dan menggeletakkannya di toko buku, ia harus merawat dan mengurus buku tersebut agar bisa tersebar luas, semisal menawarkan kepada kanalan atau mengadakan bedah buku” ucapnya menanggapi pertanyaan salah satu peserta sekolah menulis.   

Ia juga menyinggung bagaimana Allah begitu mengapresiasi dunia kepenulisan melalui firman-firmannya di dalam al-Quran seperti, surah al-Alaq sebagai surat pertama yang mentitahkan manusia untuk membaca (Iqra’) dan menulis (‘allama bi al-qolam). Selain itu Iqbal Dawami juga memotivasi para peserta untuk menengok sejarah dunia Islam pada zaman Abbasiyah yang sangat mengapresiasi karya kepenulisan dengan begitu hebat sehingga pada zaman itu sebuah buku bisa ditukar dengan emas seberat buku tersebut. (Zen)