
Seiring berjalannya waktu, pondok pesantren harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan zaman yang terus berkembang. Kemajuan teknologi yang semakin pesat memberikan peluang besar bagi masyarakat untuk berinteraksi dan memperoleh informasi secara lebih luas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Maesaroh & Achdiani (2017), pondok pesantren pun mulai menjalin hubungan dengan dunia ilmu pengetahuan di luar pesantren.
Melalui langkah ini, wawasan yang lebih luas dapat diperoleh, yang akan mendukung perkembangan pondok pesantren itu sendiri. Saat ini, banyak pondok pesantren yang telah mendirikan atau menyelenggarakan pendidikan formal, meskipun tetap mempertahankan sistem pendidikan tradisional seperti bandongan, sorogan, dan wetonan (Haris, 2023).
Pondok pesantren tidak lagi bisa bertahan dengan hanya mengandalkan metode ceramah sebagai satu-satunya cara untuk menyampaikan materi dakwah dan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan ruang dan waktu yang dapat dijangkau oleh pendengar, serta kenyataan bahwa materi dakwah kini bisa diakses dengan berbagai cara.
Oleh karena itu, media dakwah dan pendidikan berbasis teknologi menjadi sangat penting. Media sosial, misalnya, telah secara bertahap memengaruhi pemahaman keagamaan, terutama di kalangan santri dan anak muda, yang kini dapat dengan mudah mengakses ceramah, tausiah, dan materi dakwah dari mana saja.
Dalam menghadapi tantangan ini, pondok pesantren perlu memperhatikan penyebaran literatur keislaman yang seringkali bermuatan bias ideologi konservatif, liberal, atau bahkan radikal. Sebagai respons, pesantren perlu menciptakan literatur keislaman yang moderat, humanis, dan toleran dengan memanfaatkan teknologi.
Salah satu langkah strategis yang bisa dilakukan adalah digitalisasi pendidikan pesantren. Ini mencakup pembangunan literasi digital di pesantren sebagai sarana pembelajaran keislaman yang lebih modern.
Baca Juga: Digitalisasi Pendidikan, Pahami Peluang dan Tantangannya
Salah satu teknologi yang memiliki potensi besar dalam bidang pendidikan adalah AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. Teknologi ini memungkinkan perangkat untuk meniru kecerdasan manusia, yang diharapkan dapat membantu mempermudah berbagai pekerjaan manusia.
Saat ini, pemanfaatan AI semakin meluas, terutama di dunia pendidikan. Banyak pelajar dan mahasiswa yang kini mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas dan mencari solusi dari permasalahan yang mereka hadapi, baik dalam tugas sekolah maupun kuliah.
Namun, penggunaan AI ini membawa dampak yang beragam. Dampak positifnya, tentu saja, mempermudah pekerjaan dan membantu menyelesaikan masalah dengan lebih cepat dan efisien. Namun, di sisi lain, AI juga memiliki dampak negatif yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah menurunnya kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan kemandirian seseorang dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan.
Penggunaan AI yang berlebihan dapat membuat seseorang menjadi malas untuk berpikir dan menyelesaikan masalah secara mandiri. Bahkan, dalam jangka panjang, AI berpotensi menggantikan peran manusia dalam berbagai pekerjaan, yang dapat menyebabkan penyempitan lapangan pekerjaan.
Melihat dampak-dampak tersebut, sangat penting bagi kita untuk bijak dalam menggunakan AI. Secara individu, kita perlu mengurangi ketergantungan terhadap teknologi ini, berusaha menyelesaikan masalah dan kegiatan secara mandiri sebelum mencari solusi melalui AI. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang mengembangkan teknologi AI harus menetapkan pedoman etika yang jelas, serta prinsip-prinsip yang mengatur pengembangan dan penggunaan AI agar tidak mengancam keberlangsungan hidup manusia.
Baca Juga: Darurat Literasi Baca Buku Cetak di Tengah Gempuran Media Digital
Di pondok pesantren, pengembangan teknologi AI harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Penggunaan teknologi ini perlu dijamin tidak mengurangi nilai-nilai agama dan sosial yang diajarkan di pesantren.
Selain itu, penting bagi siswa dan pengajar untuk memiliki kemampuan untuk menggunakan teknologi AI dengan bijak dan bertanggung jawab, agar dampak negatifnya dapat diminimalisir dan manfaatnya dapat dimaksimalkan. Dengan demikian, pondok pesantren dapat berkembang dan tetap relevan di tengah pesatnya kemajuan teknologi.
Penulis: Ayu Amalia