
Di tengah perkembangan pesat media digital, memposisikan buku cetak sering terpinggirkan dengan kehadiran e-book, PDF, dan berbagai bentuk media digital lainnya. Banyak orang mulai beralih ke perangkat elektronik untuk membaca, entah itu karena kemudahan akses, biaya yang lebih murah, atau alasan praktis lainnya. Namun, meski begitu, buku cetak tetap memegang peranan penting dalam membangun budaya literasi yang sehat dan kuat, terlebih lagi untuk masa depan bangsa Indonesia yang akan menghadapi tantangan besar dalam mewujudkan generasi emas 2045.
Membaca, terlepas dari formatnya, adalah kegiatan yang tidak hanya mendukung pengembangan pengetahuan, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan karakter seseorang. Membaca buku cetak, khususnya, memiliki beberapa manfaat yang sangat signifikan. Pertama, buku cetak membantu kita untuk fokus lebih lama. Dalam dunia digital yang dipenuhi dengan gangguan seperti notifikasi atau iklan, buku cetak cenderung menciptakan pengalaman yang lebih tenang dan tanpa gangguan, memungkinkan pembaca untuk benar-benar tenggelam dalam isi bacaan.
Kedua, membaca buku cetak dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman. Sebuah studi menemukan bahwa pembaca buku cetak lebih mampu memahami dan mengingat informasi daripada mereka yang membaca dalam format digital. Hal ini karena buku cetak mendorong pembaca untuk melakukan proses kognitif yang lebih dalam, sedangkan e-book dan media digital seringkali mengarah pada pembacaan yang lebih cepat dan terfragmentasi.
Baca Juga: Membaca Membuatmu Jadi Luar Biasa, Ini Kuncinya!
Ketiga, buku cetak berperan dalam mengurangi kelelahan mata yang sering terjadi akibat penggunaan layar dalam waktu lama. Kelelahan mata ini dapat mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan jangka panjang seseorang. Oleh karena itu, mengimbangi konsumsi informasi melalui media digital dengan membaca buku cetak menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.
Fenomena Rendahnya Literasi di Indonesia
Sayangnya, fenomena rendahnya literasi di Indonesia menjadi masalah yang sangat krusial. Berdasarkan laporan dari UNESCO, Indonesia masih berada pada posisi yang memprihatinkan dalam hal literasi global. Masalah ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah ketergantungan masyarakat pada media digital dan kurangnya akses terhadap buku cetak yang berkualitas.
Meskipun teknologi telah mempermudah akses informasi, namun sebagian besar konten di internet tidak selalu terstruktur dengan baik, dan lebih banyak mengarah pada hiburan atau informasi yang tidak mendalam. Hal ini menyebabkan pemahaman dan keterampilan kritis masyarakat, terutama generasi muda, menjadi terbatas. Mereka cenderung lebih cepat teralihkan oleh video pendek atau media sosial yang tidak memberikan informasi yang mendalam.
Akibat dari rendahnya literasi ini akan sangat berdampak pada pertumbuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Generasi muda yang tidak memiliki kebiasaan membaca, tidak akan dapat mengembangkan pola pikir analitis dan kritis yang diperlukan dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif.
Sebagai contoh, Indonesia saat ini menghadapi tantangan untuk mencetak tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing tinggi di pasar global. Tanpa kecakapan literasi yang baik, kemampuan untuk berpikir kritis, menyelesaikan masalah, dan berinovasi akan terhambat, sehingga memperburuk potensi SDM di masa depan.
Keberhasilan Program Literasi di Finlandia
Sebagai perbandingan, mari kita lihat Finlandia, sebuah negara yang telah berhasil mengimplementasikan program literasi secara luas dan efektif. Program literasi mereka dimulai sejak dini, bahkan sebelum anak-anak memasuki sekolah dasar. Anak-anak diajarkan untuk mencintai membaca dengan menggunakan berbagai jenis buku cetak yang menarik. Selain itu, pemerintah Finlandia juga memastikan bahwa semua warga negara, terutama di daerah terpencil, memiliki akses yang sama terhadap perpustakaan umum yang kaya dengan koleksi buku.
Baca Juga: Menumbuhkan Minat Literasi Santri Melalui Karya Fiksi
Program literasi di Finlandia berhasil mendorong tingkat literasi yang sangat tinggi, di mana hampir seluruh penduduknya mampu membaca dan menulis dengan baik. Hal ini kemudian berimbas positif pada kualitas pendidikan dan SDM mereka. Finlandia kini dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, dengan hasil yang sangat menggembirakan dalam ujian internasional seperti PISA (Program for International Student Assessment).
Di Indonesia, meskipun sudah ada berbagai upaya untuk meningkatkan literasi melalui program pemerintah, seperti Gerakan Literasi Nasional dan pengadaan perpustakaan desa, namun keberhasilan tersebut belum merata di seluruh wilayah. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk bekerja sama dalam mengkampanyekan pentingnya membaca buku cetak. Terutama di daerah-daerah yang masih minim akses terhadap literasi digital dan buku cetak berkualitas.
Pentingnya Membaca Buku Cetak
Untuk mengatasi permasalahan ini, kampanye tentang pentingnya membaca buku cetak harus lebih gencar dilaksanakan. Kampanye ini tidak hanya berfokus pada promosi kebiasaan membaca, tetapi juga memberikan pemahaman tentang manfaat jangka panjang dari membaca, seperti peningkatan kemampuan kognitif, pengembangan keterampilan berbahasa, dan peningkatan kreativitas.
Salah satu cara yang efektif adalah melalui pendidikan dan pelatihan bagi guru, yang kemudian dapat mentransfer kebiasaan ini kepada siswa. Selain itu, pemerintah dan komunitas harus lebih giat menyediakan fasilitas perpustakaan yang nyaman dan mudah diakses. Mengadakan berbagai event literasi, seperti festival buku, lomba membaca, atau diskusi buku, juga dapat menarik minat masyarakat untuk kembali mencintai buku cetak.
Baca Juga: Membangun kembali literasi pesantren
Meskipun kemajuan teknologi digital memberikan kemudahan dalam mengakses informasi, buku cetak tetap memiliki tempat yang sangat penting dalam budaya literasi kita. Buku cetak memberikan manfaat kognitif yang mendalam, mengurangi ketergantungan pada perangkat elektronik, dan mendukung perkembangan generasi muda yang siap menghadapi tantangan global.
Untuk menyongsong generasi emas 2045, Indonesia perlu meningkatkan tingkat literasi melalui buku cetak sebagai sarana penting dalam membangun SDM yang berkualitas. Melalui kampanye literasi yang masif, kita dapat menciptakan budaya membaca yang berkelanjutan, yang pada akhirnya akan membawa Indonesia menuju kemajuan yang lebih pesat.
Penulis: Albii