Lokasi Bank Sampah Tebuireng. (dok. ist)

“Mengubah persepsi sampah di kalangan santri sendiri, ya masih jijik, dan dianggap sepele. Saya merasa jika semua bepersepsi seperti itu ya siapa lagi yang mau,” ujar Ahmad Faozan, lelaki kelahiran Cilacap yang saat ini mengabdi menjadi Direktur Bank Sampah Tebuireng (BST).

Bicara soal sampah, baginya bukan hanya soal bau, tetapi resiko dari pecahan kaca dan tusuk sate yang sewaktu-waktu siap lukai kulit mereka tak gentarkan semangat mereka. Ahmad Faozan menganggap semua itu adalah hal biasa dan sudah menjadi resiko lapangan yang harus dihadapinya.

Bahkan saat diwawancarai, Faozan juga dengan bangga menyebut  bahwa nasabahnya adalah orang shalih karena telah membuang sampah dengan tepat. “Karena saya memiliki pandangan bahwa orang yang membuang sampah ini adalah orang shalih,” ujarnya.

Baginya keshalihan dibagi menjadi 3, yang pertama keshalihan individual, sosial, dan terakhir keshalihan ekologis penyelamatan terhadap bumi. “Kalau dalam konsep pendidikan, ini masuk dalam pendidikan karakter berbasis lingkungan,” jelasnya.

Bank Sampah Tebuireng yang mula pada masa Kiai Sholah merupakan salah satu bagian dari program Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) namun di masa kepemimpinan gus kikin tepatnya tahun 2022 BST diambil alih oleh yayasan sehingga menjadi naungan dari Lingkungan Hidup yang dimudiri oleh gus Bambang. Dalam pemindahan itu kiai Kikin meneruskan program-program yang ada sebelumnya, serta meningkatkan dan merapikan apa-apa yang kurang tertata.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam menangani persampahan ini, faozan tak sendiri, ia bersama 15 anggota kelompoknya bekerjasama menjadi satu kesatuan. Adapun  pembagian timnya yakni tim pilah 1 yang berjumlah 5 orang, tim pilah 2 berjumlah 2 orang, tim penjualan 1 orang, tim angkutan 4 orang, tim kebersihan 1 orang, ternak magot 1 orang, pembesaran bebek 1 orang juga admin 1 orang. Yang mana setiap anggota telah memiliki tupoksi masing-masing.

Salah satu lokasi BST.

Sumber sampah yang didapat pun tak hanya dari Pesantren Tebuireng, tapi juga dari pondok sekitar seperti: PP. Madrasatul Qur’an, PP. Al Faros, Unhasy, Ma’had Jami’ah, dusun Seblak dan sekitarnya.

Santri alumni MA Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng itu mengaku, pendataan sampah dari Agustus 2022 hingga Agustus 2023 setidaknya terdapat 366.944 ton tumbulan sampah sampah yang didapat oleh BST,  dengan rincian sampah terkelola  sebanyak 194.100 ton dan sebanyak 172.844 ton sampah terbuang. Dengan rata-rata perbulan 12.000-60.000 Ton per bulan. Dan sampah terbuang paling banyak didominasi oleh sampah kain, kertas, plastik, kresek yang tidak bernilai rupiah.

Selain dirupiahkan, sampah sampah yang didapat dari berbagai instansi dan masyarakat itu juga digunakan sebagai pakan ternak mogot dan juga pupuk kompos.

Tak hanya menampung sampah-sampah, BST juga menerima pembelian barang bekas yang dapat dirupiahkan langsung maupun ditabung di BST.

“Ditabung bisa, minta dibayar cas bisa, mau sedekah juga bisa,”

Setelah beberapa waktu yang lalu BST atas nama Lingkungan Hidup Pesantren Tebuireng lakukan ceremony komitmen awal dengan danone memberikan bantuan drob box pengumpulan botol, tong sampah, peluncuran program edukasi untuk santri, guru dan karyawan, serta bantuan renovasi gedung edukasi. Yang rencana akan dimulai pada bulan Januari tahun 2024.

Bank Sampah Tebuireng yang berdiri sejak 2014 hingga kini telah memiliki 13rb nasabah. Dari banyaknya nasabah dan timbulan sampah yang sangat banyak itu membuat tim BST khususnya tim pengangkut sampah tak berhenti bekerja meskipun dihari raya. Berbeda dengan tim selain pengangkut yang memiliki hari libur di hari jum’at. BST yang beroperasi mulai jam 08-00 sampai 16:00 WIB memiliki beberapa program sepertinTernak Magot, pengomposan, dan juga edukasi.

Beberapa pekerja BST sedang beraktivitas.

Faozan juga membeberkan Slogan yang dimiliki BST “Bersih, Berkah, Berlimpah” bukan tanpa alasan. Sebab jika hanya berkah, maka akan kesulitan. “karena kalo hanya berkah saja akan repot, bersih di depan baru ada keberkahan, setelah itu baru keberkahannya berlimpah,” jelas Faozan.

Lebih lanjut Faozan juga membagikan tips mengembangkan bank sampah yang baginya terbilang sederhana, dimulai dari visi misi yang jelas, kemampuan beradaptasi pada masyarakat, dan memiliki kemauan, sebab kemampuan ada karena ada kemauan.

Bagi alumnus UIN Sunan Kalijaga itu, ada maupun tidak adanya kerjasama dengan pihak luar tetap dibutuhkan kolaborasi serta kerjasama dalam banyak hal, sebab sampah adalah masalah seumur hidup, “Minimal nggak buang sampah sembarangan lah!” pesannya. Dalam konteks ini ia juga menjelaskan bahwa sampah telah menjadi isu global dan Indonesia telah menjadi salah satu negara yang kewalahan menangani sampah.

Pewarta: Ilvi Mariana