sumber gambar: google.com

Oleh: Nurdiansyah Fikri Alfani*

Suatu waktu di salah satu pondok pesantren ada seorang guru berkata kepada muridnya, “cung ga usah nggetu wiridan seng aneh-aneh cukup al-Quran iku ae gaween wiridan bendino.” (nak tidak perlu kamu membaca wirid yang aneh-aneh cukup bagimu membaca al-Quran setiap hari jadikanlah al-Quran sebagai wiridmu), seperti itulah kira-kira ucap seorang guru kepada muridnya. 

Wiridan bukanlah hal aneh bagi seorang muslim, wirid atau yang bisa dikatakan juga sebagai dzikir (mengingat Allah) bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun seorang muslim berada. Beragam variasi wiridan yang diperoleh dari ayat-ayat Al-Qur’an, hadis nabi, ataupun berasal dari rumusan ulama yang sebenarnya tetap merujuk kepada substansi al-Quran dan hadis.

Dalam al-Quran sendiri Allah Swt. menunjukkan salah satu manfaat dari wiridan/dzikir yaitu bisa menenangkan atau menentramkan hati, hal ini sesuai dengan firman Allah Surat Ar-Ra’d ayat 28:

أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.

Kemudian salah satu manfaat membaca al-Quran sendiri adalah menemukan ketenangan bagi siapapun yang membacanya, hal ini pernah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh imam Muslim.

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ 

Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al-Qur’an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya.

Selain hadis di atas Imam Muslim juga meriwayatkan sebuah cerita pada zaman Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di mana ada seorang laki-laki bernama Usaid bin Hudlair yang membaca surat al-Kahf pada malam hari, tiba tiba ketika ia membaca surat al-Kahf kuda di dekatnya menjadi panik sehingga melompat-lompat, kemudian ia mendekati kudanya karena ditakutkan kuda tersebut menginjak Yahya, pada saat ia mendekati kudanya tiba-tiba ia melihat sebuah awan yang menaunginya dan ada sebuah cahaya yang menjulang tinggi ke atas sampai tidak terlihat, pada waktu pagi Usaid mengadukan hal itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, kemudian ia diperintahkan untuk membaca ulang surat yang ia baca pada waktu malam, lalu kuda yang ia bawa panik seperti di waktu malam, lantas Rasulullah bersabda:

 فَإِنَّهَا السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ عِنْدَ الْقُرْآنِ أَوْ تَنَزَّلَتْ لِلْقُرْآنِ

Itu adalah As Sakinah (ketenangan) yang turun saat (membaca Al-Qur’an) atau untuk (pembaca) Al-Qur’an.

Lalu diriwayat hadis berikutnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:

 فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِلْكَ الْمَلَائِكَةُ كَانَتْ تَسْتَمِعُ لَكَ وَلَوْ قَرَأْتَ لَأَصْبَحَتْ يَرَاهَا النَّاسُ مَا تَسْتَتِرُ مِنْهُمْ

Rasulullah ﷺ pun bersabda, “Itu adalah Malaikat yang sedang menyimak bacaanmu, sekiranya kamu terus membaca, niscaya pada pagi harinya manusia akan melihatnya dan malaikat itu tidak bisa menutup diri dari pandangan mereka.”

Dari nasihat guru kepada santrinya tadi, tidaklah salah bagi santri yang hanya fokus menjadikan ayat-ayat al-Qur’an sebagai dzikir atau wiridannya, apalagi dia seorang hafidz al-Quran yang punya kewajiban untuk menjaganya sampai akhir hayat, tetapi tidaklah salah juga jika dia (santri) melakukan amaliyah wiridan lainnya yang ia dapatkan dari gurunya asal wiridan itu punya silsilah sanad yang sambung.

*Santri Tebuireng.