
Tidak terasa bulan Ramadan semakin mendekat, dan kini kita berada dibulan Sya’ban, bulan kedelapan dalam hitungan tahun Hijriyah. Sya’ban memiliki arti terpisah atau terputus dari bahasa Arabnya yaitu Syi’b. Dikatakan terpisah karena bulan Sya’ban terpisah antara dua bulan yang penuh berkah yaitu bulan Rajab dan bulan Ramadan. Meskipun terpisah, bulan Sya’ban termasuk bulan mulia juga, sehingga Rasulullah Muhammad Saw., mendoakan ketiga bulan ini, yaitu Allaahumma baarik lanaa fii rojaba wa sya’bana wa ballighnaa romadhona yang artinya ya allah berkahi kami pada bulan rajab dan sya’ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.
Dalam Al-Qur’an, pada bulan Rajab orang Arab dahulu tidak boleh melakukan peperangan karena termasuk bulan haram seperti bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharam. Tetapi, ketika memasuki bulan Sya’ban mereka bersiap-siap kembali untuk melakukan peperangan. Jika kita artikan secara mendalam, bulan Sya’ban ini merupakan bulan persiapan bagi umat Islam menuju bulan suci Ramadan baik persiapan rohani maupun jasmani.
Namun terkadang bulan Sya’ban ini banyak dilupakan dan diremehkan. Padahal, bulan Sya’ban memiliki sejarah, makna bahkan pahala yang tentunya tidak kalah saing dengan bulan Rajab dan Ramadan.
Baca Juga: Keutamaan Bulan Sya’ban menurut Ulama Aswaja
Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani dalam kitabnya madza fi sya’ban mengakatan ada tiga peristiwa penting yang terjadi pada bulan ini yaitu pindahnya kiblat sholat dari masjidil aqsa ke masjidil haram, turunnya perintah untuk bersholawat kepada nabi, dan dilaporkannya buku catatan amal perbuatan kita selama setahun.
Pertama, perpindahan kiblat sholat ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 143.
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Menurut tafsir Kementrian Agama Republik Indonesia bahwa, pemindahan kiblat ini merupakan perintah Allah kepada kita melalui nabi Muhammad. Allah Maha Mengetahui apa yang akan terjadi terhadap umat Nabi Muhammad, Allah menguji kepada manusia kala itu apakah mereka akan tetap istikamah terhadap keimannya ataukah mereka akan berkhianat.
Oleh karena itu, pemindahan kiblat ini sangatlah berat dan banyak mengundang persoalan. Sebagian kelompok menganggap hal ini merupakan ajaran yang sudah baku dan tidak dapat diganggu gugat seperti halnya tauhid. Namun, Sebagian orang mengaggap hal ini adalah kehendak Allah yang bisa saja berubah melalui wahyu yang diturunkan kepada Rasul.
Kedua, perintah bersholawat kepada nabi. Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 56 menjelaskan.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
Baca Juga: Malam Nifsu Sya’ban, Momentum Memohon Takdir Baik
Sebagaimana yang dikatakan bahwa ayat di atas diturunkan pada bulan Sya’ban. Selain itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abu Talhah dari Ayahnya menjelaskan bahwa Allah terlebih dahulu bersholawat atau memberi salam kepada Nabi Muhammad bukan umatnya. Jikalau kita sebagai umatnya bersholawat kepada Nabi Muhammad, maka Allah akan membalasnya dengan sholawat sepuluh kali lipat.
Ketiga, laporan buku catatan amal. Mengutip dari sebuah hadits Riwayat An-Nasa’i yang mencertitakan dialog antara Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad. Laporan catatan amal disini adalah rekapitulasi amal kita secara penuh. Tetapi, ada waktu-waktu lain selain bulan Sya’ban adalah ketika setiap siang, malam, dan setiap seminggu.
Rasulullah Saw., bersabda: “Apabila tiba malam Nisfu Sya’ban, maka malaikat berseru menyampaikan dari Allah: adakah orang yang memohon ampun maka Aku ampuni, adakah orang yang meminta sesuatu maka akan kuberikan permintaanya. (H.R. Al-Baihaqi)
Dengan demikian, maka dapat kita yakini bahwa pada malam Nisfu Sya’ban adalah malamnya para malaikat untuk menyampaikan doa kita dan insyaAllah Allah akan mengabulkannya.
Sebagaimana Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari kala itu mengajak umat Islam agar beribadah sebanyak-banyaknya di malam Nisfu Sya’ban khususnya yaitu dengan melaksanakan shalat Nisfu Sya’ban dan melakukan puasa di pagi harinya. Selain itu, KH. Sholeh Darat mengajarkan membaca Surat Yasin tiga kali dengan niat dan berdoa pada bacaan Yasin pertama untuk panjang umur dalam keadaan taat dan patuh pada Allah. Yasin kedua diniatkan untuk dijauhkan dari bala’ seumur hidup. Lalu Yasin yang ketiga kita niatkan untuk meminta kekayaan dan kecukupan selama hidup.
Baca Juga: Peristiwa Bersejarah di Bulan Sya’ban
Demikianlah beberapa peristiwa yang terjadi pada bulan Sya’ban. Semoga dengan kita lebih mengetahui keistimewaan bulan Sya’ban dapat mendorong kita untuk lebih siap dan semangat dalam beribadah mempersiapkan diri dalam menyambut bulan Ramadan.
Penulis: Bakhit Jauharullaudza, Santri Hamalatul Qur’an dan Mahasiswa KPI Unhasy.