Ilustrasi: istimewa

Oleh: Robithah Aulia*

Kalimat “Akhlak Rasulullah Saw., adalah al-Qur’an” merupakan ungkapan yang disampaikan oleh Aisyah r.a., istri Rasulullah. Ketika mengetahui kalimat tersebut apa yang pertama kali terbesit dalam benak kita? Al-Qur’an sendiri merupakan kesempurnaan. Ketika sesuatu disandingkan dengan Al-Qur’an yang terbesit dalam benak kita adalah kesempurnaan yang tiada bandingan lain.

Ada banyak kisah yang ketika membacanya membuat kita terkesan dan terkagum dengan akhlak yang dimiliki Rasulullah. Rasanya Rasulullah benar-benar kesempurnaan dalam wujud manusia. Akhlaknya, sifatnya, fisiknya, dan segalanya tidak luput dari kata sempurna. Bahkan kesedihan, penderitaan, dan cobaan yang dihadapi Rasulullah tidak menjadikannya manusia yang tidak taat terhadap Allah. Oleh karena itu “Akhlak Al-Qur’an” benar-benar kalimat yang sempurna untuk mendeskripsikan Rasulullah.

Diantara banyaknya kisah yang menggambarkan kesempurnaan akhlak yang dimiliki Rasulullah, kali ini kita akan mendalami salah satu kisah yang menggambarkan kesedihan Rasulullah. Terlepas dari mukjizat yang Allah berikan kepada Rasulullah. Rasulullah Saw., adalah manusia yang juga mengalami sakit, sedih dan juga senang. Salah satu kesedihan yang akan kita ungkap adalah kesedihan ketika Rasulullah ditinggalkan oleh anak lelakinya, yaitu Ibrahim.

Ibrahim merupakan anak laki-laki Rasulullah yang lahir dari Mariah Qibtiyah1. Ibrahim lahir pada tahun kedelapan Hijriyah2. Ketika Ibrahim lahir Rasulullah pun melaksanakan syariat-syariat Islam yang kepada anak yang baru lahir. Seperti memotong rambutnya dihari ketujuh, bersedekah, dan juga memberikan nama Ibrahim kepada anak laki-laki tersebut.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Mengingat dua putranya Qasim dan Abdullah sudah meninggal. Rasulullah tentu sangat senang dengan kelahiran anak laki-lakinya. Seperti orangtua pada umumnya yang senang mengetahui kelahiran anaknya, Rasulullah juga mengalami kebahagian tersebut. Rasulullah juga memiliki harapan bahwa Ibrahim akan menjadi penerusnya. Diajarkan berperang, berkuda, dan dididik untuk menjadi penerus Rasulullah.

Namun tentunya Rasulullah yang tidak bisa mengatur takdir sesuai dengan keinginannya. Keistimewaan yang Rasulullah miliki bukan berarti menjadikan Rasulullah Saw., sebagai penguasa. Kecintaan Rasulullah Saw., terhadap anaknya Ibrahim tidak bisa mengelakan takdir yang telah Allah tetapkan. Pada tahun kesepuluh Hijriyah Ibrahim mengalami sakit hingga meninggal dunia di usianya yang menginjak 18 bulan.

Tidak ada orang tua yang tidak sedih ketika ditinggalkan oleh anaknya, harapannya, buah hatinya. Begitu pula Rasulullah Saw., kesedihan tentu menyelimutinya ketika Ibrahim berpulang ke rahmatullah. Rasulullah juga menangis ketika mengalami peristiwa tersebut. Abdurahman bin Auf berkata kepada Rasulullah “Engkau juga menangis ya Rasulullah?”3

Kemudian Rasulullah Saw., menjawab “ini adalah tangisan kasih sayang” kesempurnaan yang melekat pada Rasulullah bukan berarti Rasulullah tidak memiliki emosi seperti manusia lain. Rasulullah juga sedih saat ditinggal anaknya. Rasulullah mengalami kesedihan saat ditinggal oleh Bunda Khadijah. Rasulullah juga mengalami kesedihan ketika ditinggal pamannya. Bahkan dalam masa kehidupan Rasulullah ada tahun yang disebut ‘ammul hazn’ yaitu tahun kesedihan. Dimana pada saat itu Rasulullah mendapat beragam cobaan yang diantaranya yaitu ditinggal oleh istrinya dan juga pamannya.

Baca Juga: 

Meneladani Akhlak Rasulullah dalam Kehidupan Sehari-hari

Kesempurnaan Akhlak Rasulullah SAW

Akhlak Rasulullah: Istikamah dalam Kebaikan

Peristiwa-peristiwa tersebut menggambarkan bahwa Rasulullah Saw., sepenuhnya adalah manusia biasa yang Allah berkahi dengan beragam mukjizat. Namun dibalik kesedihan yang Rasulullah Saw., alami. Ada banyak pelajaran yang bisa kita maknai. Ada banyak hikmah yang Rasulullah sampaikan melalui kesedihan yang dialaminya.

Adapun beberapa akhlak Rasulullah Saw., ketika ditinggalkan oleh sanak saudaranya yaitu:

  1. Rasulullah Saw., Tidak Berkata Kasar

Rasulullah Saw., yang mana kita ketahui sebagai orang yang dideskripsikan sebagai orang yang memiliki akhlak Alqur’an tentunya tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar atas segala hal buruk yang menimpanya.

  1. Rasulullah Saw., Mengimani Takdir

Tidak sekalipun Rasulullah meratapi segala cobaan dan terpaan yang dihadapinya. Tidak pula Rasulullah mempertanyakan kasih sayang Allah. Rasulullah benar-benar menerima apa yang dihadapinya. Bukan hanya ditinggal oleh anaknya, tetapi juga dalam cobaan lainnya.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa mengemban amanah sebagai Rasul Allah tentu tidak mudah. Rasulullah juga mengalami penolakan, diolok-olok, dipandang buruk dan beragam rintangan lainnya. Namun lagi-lagi Rasulullah memberikan contoh akhlak yang luar biasa. Dalam sedihnya Rasulullah selalu menjaga adab dan akhlaknya kepada Allah.

  1. Rasulullah Hanya Mengatakan Apa yang Allah Ridhai

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disampaikan bahwa Rasulullah tentunya bersedih atas kepergian Ibrahim. Namun kesedihan itu tidak semerta merta menjadikan Rasulullah mengatakan hal-hal yang tidak Allah ridhai. Rasulullah selalu menjaga tutur katanya bahkan ketika mengalami kesedihan. Adapun hadits tersebut berbunyi4:

إنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ، وَالقَلْبَ يَحْزَنُ، وَلاَ نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ

“Kedua mata boleh mencucurkan air mata, hati boleh bersedih, hanya kita tidaklah mengatakan, kecuali apa yang diridai oleh Rabb kita. Dan kami dengan perpisahan ini wahai Ibrahim pastilah bersedih.” (HR. Bukhari no. 1303 dan Muslim no. 2315)

Membaca kisah ini sedikitnya menggambarkan bahwa Rasulullah Saw., adalah orang yang tepat jika didefiniskan sebagai orang yang memiliki “akhlak Al-Qur’an”. Melalui kisah ini kita juga mengetahui bahwa Rasulullah Saw., juga seorang yang mengalami ditinggalkan oleh sanak saudaranya.

Namun dalam beragam kesedihannya, Rasulullah selalu menjaga akhlaknya. Rasulullah selalu berusaha menjadi hamba terbaik Allah, bahkan dalam kesedihan yang dialaminya. Semoga kita semua Allah berikan kemampuan untuk mengikuti jejak Rasulullah Saw.