KH. Musta’in Syafi’i memberikan ceramah keagamaan dalam acara peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, di Pesantren Tebuireng Jombang, Senin (19/11/18). (Foto: dokumen panitia)

Tebuireng.online- Malam peringatan maulid Nabi Muhammad SAW disambut dengan penuh syukur oleh santri Tebuireng. Pada kesempatan itu dihadirkan KH. Musta’in Syafi’i untuk memberikan mauidhoh hasanah di hadapan santri dengan tema “Mari meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW”.

Dalam memperingati acara yang diadakan di Masjid Tebuireng ini, kepala pondok putra, Ustadz Iskandar, menyampaikan bahwa maulid adalah hal yang ditunggu-tunggu, walaupun jarak dan zaman yang jauh terlampaui dengan Nabi Muhammad SAW tapi masih mengamalkan dan meneladani ajakannya.

“Ini menjadi tuntunan dan suri tauladan yang baik. Gimana jadi santri yang baik, gimana jadi pengurus yang baik, dan gimana jadi manusia yang baik,” ungkapnya.

Selain itu, Pengasuh Pesantren Tebuireng yang diwakili oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz, juga mengungkapkan hal tersebut yang juga dilengkapi dengan banyak cerita zaman dahulu tentang bagaimana merayakan maulid nabi.

“Hari ini banyak tempat, negara yang memperingati maulid dengan berbagai cara. Ini semua menunjukkan kecintaan, kecintaan umat muslim, terutama Tebuireng ini kepada Nabi Muhammad SAW. Kenapa kita merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW? Ada beberapa cerita di zaman-zaman dahulu pada abad 5, abad 6. Jadi awal-awalnya yang melaksanakan peringatan Nabi Besar Muhammad saw adalah Sulthan Mughafar dan ada juga panglima perang muslim Shalahuddin Al-Ayyubi juga merayakan maulid dan sedang peperangan merebut baitul maqdis. Karena kecintaan kepada Nabi dan untuk menyemangati pasukannya,” ungkap Gus Kikin.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Acara inti yang diisi dengan ceramah agama, disampaikan oleh KH. Musta’in Syafi’i  yang menyampaikan perayaan maulid Nabi Muhammad SAW  sebagai penghantar untuk berkumpul bersama kanjeng Nabi Muhammad SAW.

“Ini momen maulid atau hari kelahiaran atau milad Nabi Muhammad SAW. Ada 2 cara orang Islam untuk memperingatinya. Seperti yang sudah disampaikan oleh Gus Kikin tadi. Maulid ini diperingati dengan tujuan spirit kehidupan dan perjuangan Hadhraturrasul Muhammad SAW. Gimana panglima Shalahuddin Al-Ayyubi menyemangati pasukannya dengan cara maulid yakni mengambil spirit Hadhraturrasul Muhammad SAW. Beliau mengungkapkan yang lebih radikal lagi yakni Thoriq bin ziyad yang sedang melakukan peperangan ke sebuah pulau. Sesampainya di pulau tersebut, Thoriq bin Ziyad langsung memerintahkan untuk membakar kapalnya dan berpidato, maju kedepan ada musuh atau mundur kebelakang ada laut,” terang Kiai Ta’in.

Dulu saya pernah berkata, lanjut beliau bahwa Hadhraturrasul itu manusia setengah dewa. Karena rohaniah ilahiahnya. Setiap bait-bait bacaan shalawat itu sakti. Bolehkah membaca sholawat dengan iringan musik? Boleh, tapi jangan mendominasi. Khudhur diresapi walau bergerak sana-sini dan musik (banjari atau hadhrah) tetap berjalan. Yaa Nabi Salam Alaika, alaika itu dhammir mukhatob. Anta syamsun anta badrun, anta itu berarti ada di depannya dan hadir di sisinya.

“Saya heran dengan orang yang melarang maulidan, tidak boleh apa bahagia atas kelahirannya. Sama saja dengan kemerdekaan 17 Agustus yang diperingati setiap tahun ini namanya ulang tahun, milad atau maulud. Kalau orang jawa mulud. Hadhratussyaikh (KH. M Hasyim Asy’ari) menulis kitab At-anbihatul wajibat yang mengkritik perayaan maulid dengan orkesan dan perbuatan munkar,” jelas pakar Tafsir Quran ini.

Acara ini bekerja sama dengan kegiatan ekstra pondok yaitu lantunan sholawat dan maulid dhiba’ yang dibawakan oleh Kubahireng, MC dari Kudaireng, pembacaan ayat suci Al Quran oleh Ikatan Jam’iyah Quro (IJQ), dan dokumentasi oleh Kopiireng.

Pewarta: Seto Galih

Editor/Publisher: RZ