Tebuireng.online – Sabtu (19/6/21) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari menyelenggarakan acara Stadium General dengan tema “Peluang dan Tantangan Pendidikan Islam Di Era Diskrupsi.” Prof. Dr. H. M. Ali Ramadhani Dirjen Pendis Kemenag RI menjadi pembicara di acara ini. Acara ini berlangsung secara luring dan daring via YouTube.

Beliau menjelaskan bahwa sesuatu hal yang berkaitan dengan tantangan dan peluang pendidikan yang dikaitkan dengan disrupsi, maka kepala kita akan beranjak pada sebuah definisi. Pendidikan mempunyai banyak definisi. Pendidikan adalah sebuah upaya sadar yang dilakukan oleh manusia yang dilakukan secara sistematis, terencana, untuk meningkatkan kemampuan yang paling esensial pada manusia.

“Untuk bisa mengetahui hal yang fundamental dari manusia kita bisa merujuk pada khazanah klasik yang menyebut bahwa al-insan hayawan natiq (الانسان حيوان ناطق) “manusia adalah binatang yang berfikir”. Eksistensi manusia bukan terletak pada wujud akan tetapi pada akal ketika ia berfikir. Definisi manusia menurut ilmu biologi dikenal sebagai Homo Sapiens. Homo Sapiens adalah makhluk yang bersosial, dan memiliki proses berpikir,” jelasnya.

Lanjutnya, apabila kita berbicara tentang mengembangkan eksistensi manusia, maka injeksi yang harus paling diutamakan adalah injeksi ilmu sebagai bagian dari pengokohan akal manusia. Ilmu mempunyai banyak pengertian. Ilmu terdiri dari tiga huruf yakni : ‘ain, lam, dan mim. Dari ketiga huruf tersebut bisa mewakili ciri-ciri orang yang berilmu.

“Huruf pertama ‘ain mewakili dari iliyin, maka orang-orang yang berilmu dijanjikan akan memiliki beberapa derajat dibandingkan dengan orang-orang yang berilmu. Huruf kedua, lam mewakili bahwa orang yang berilmu ekspresinya selalu latif (lembut), mereka mempunyai potret yang ramah tidak mudah marah, mereka yang mengajak bukan mengejek, mereka yang membina tidak menghina, mereka yang selalu menampilkan wajah-wajah yang indah dengan diksi-diksi yang selalu terpilih, tidak pernah dsri mulutnya keluar kata-kata kotor. Huruf ke-tiga mewakili bahwa orang yang berilmu memiliki maqom (derajat/kedudukan) mulk (Raja). Paling tidak mereka akan menjadi raja untuk dirinya sendiri,” ungkap pria yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Untuk melengkapi Iman, Islam, harus ada Ihsan. Ihsan diterjemah secara definitif adalah sebuah perilaku insan ketika ia melakukan sesuatu maka boleh seakan-akan ia melihat Tuhan, dan ketika ia tidak mampu menghadirkan Sang Kholiq dalam kehidupannya maka percayalah bahwa sang Rahman sang Rahim mengawasi dirinya. Ketika diimplementasikan atau dikolaborasikan dengan persoalan diskrupsi maka kita menginginkan insan-insan memiliki karakter seperti itu.

“Huruf ‘Ihsan’ ada 5, Huruf ‘I’ mewakili integritas (Nilai kejujuran, keteladanan, penghormatan kepada waktu dan guru). Huruf ‘H’ mewakili humoris. Apabila kita ingin mewujudkan integritas harus disertai kehumorisan agar tidak menyinggung orang lain. Huruf ‘S’ mewakili spiritual. Nilai ibadah yang baik. Huruf ‘A’ mewakili Adaptasi. Agar kita memiliki kemampuan adaptasi yang baik belajar akan dinamika zaman itu penting. Huruf ‘N’ mewakili Nasionalisme,” pungkasnya. Sangat penting menghadirkan Ihsan di setiap tingkah laku. Semoga kita semua bisa memiliki sifat Ihsan.


Pewarta: Almara Sukma Prasintia