Penulis

M. Rikza Chamami*

Salah satu aspek penting dalam beragama dan bernegara adalah aturan kehidupan. Agama Islam mengenal aturan hidupnya dengan syariah. Sedangkan negara Indonesia menetapkan Pancasila sebagai ruh kehidupan berbangsa.

Jelang hari lahir ke-92 Nahdlatul Ulama (NU) sesuai kalender miladiyah, butuh renungan mendasar mengenai cara warga bangsa mengenali kembali hakikat agama dan Pancasila.

Soal beragama, NU tegas dengan paham ahlussunnah wal jama’ah yang kemudian dispesifikasikan dengan an nahdliyyah (aswaja khas NU). Kaidah dasar agama ini dicerminkan dengan model Islam rahmatan lil ‘alamin berkarakter moderat.

Dalam kaitan memahami Pancasila, NU juga tegas. Kenapa? Sebab tokoh-tokoh NU terlibat langsung dalam perumusan Pancasila yang diyakini akan menjadi perekat bangsa Indonesia yang multikultur ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menghadapi gerakan transnasional yang mulai mengoyak dan mempersoalkan Pancasila dianggap tidak Islami, rasanya bagi NU itu kuno. Sebab yang demikian sudah ada sejak jaman perumusan Pancasila dengan mempertentangkan antara piagam Jakarta atau rumusan final Pancasila terutama sila pertama.

Maka ada baiknya mengingatkan kembali sikap resmi NU dalam hal mematri Pancasila dalam kehidupan berbangsa. NU secara historis tidak pernah berkhianat soal keyakinan berpancasila.

Ada tiga alasan kenapa NU menerima Pancasila sebagaimana dijelaskan KH Muchit Muzadi dalam bukunya “Apa dan Bagaimana Nahdlatul Ulama”:

Pertama, soal tujuan NU sejak berdiri secara organisatoris tegas menyatakan asas organisasinya Islam dan sejak jadi partai 1952 baru mencantumkan ideloginya.

Kedua, Islam bukan ideologi tapi agama. Sebab ideologi adalah pemikiran manusia.

Ketiga, asas organisasi tidak harus agama, boleh dengan asas kerakyatan, keadilan, kekeluargaan yang semuanya itu ada dalam Pancasila.

Penegasan NU dalam mematri Pancasila termaktub jelas dalam deklarasi hubungan Pancasila dan Islam saat Muktamar ke-27 tahun 1984. Ada lima isi deklarasi tersebut, yakni: Pancasila sebagai dasar dan falsafah NKRI (bukan agama), sila ketuhanan yang maha esa dijiwai dengan tauhid dan keimanan, Islam adalah aqidah dan syariat yang menghubungkan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, penerimaan dan pengamalan Pancasila adalah wujud pelaksanaan syariat, dan NU berkewajiban mengamalkan pengertian Pancasila secara murni dan konsekwen.

Isi deklarasi inilah yang patut direnungkan oleh segenap bangsa Indonesia. Tidak ada satupun yang bisa berkhianat dengan Pancasila dalam menjaga NKRI.

Maka dari itu, dalam forum-forum resmi NU selalu dipekikkan kalimat: Pancasila jaya dan NKRI harga mati. Itu adalah amaliyah warga NU sesuai deklarasi NU tahun 1984 dan menjalankan dawuh para ulama sejati.


*Pengurus PW GP Ansor Jawa Tengah