Oleh: Fathur Rohman*
Ketika menjelang hari libur, anak-anak punya agenda yang banyak. Agenda itu bukan sekadar liburan atau berkunjung ke tempat-tempat tertentu, jauh, atau yang belum pernah ia kunjungi, namun ke tempat yang sudah biasa ia kunjungi atau bahkan mereka tidak menyebutkan nama tempatnya, karena bagi mereka bukan tempatnya yang penting melainkan suasana keadaan yang ia bayangkan akan ada di sana. Itulah kenapa, mereka hanya bilang “minta renang” tidak menyebut nama tempatnya atau yang lainnya.
Begitulah dunia anak-anak yang sedikit berbeda dengan dunia orang dewasa, bagi mereka bukan nama tempat tujuan yang dikunjungi itu yang penting, melainkan suasana atau keadaan apa yang mereka rasakan ketika berkunjung ke tempat yang dituju tersebut. Mereka tidak mempedulikan apakah tempat itu pernah mereka kunjungi atau belum pernah mereka kunjungi, karena bagi mereka itu tidak penting karena yang penting bagi mereka adalah bisa menikmati kegembiraan dan keriangan bersama.
Inilah yang terkadang orang tua merasa harus memenuhi hak anak di hari libur sekolah mereka untuk membantu mereka mengisi liburan setelah sebelumnya belajar setiap hari di sekolah dan pesantren, sebelum mereka kembali belajar setiap hari ke sekolah dan pesantren lagi.
Setiap anak memiliki cara sendiri untuk mengisi hari liburnya, demikian juga setiap orang tua juga memiliki cara tersendiri untuk mengisi liburan anak-anaknya karena kebutuhan liburan setiap anak juga berbeda-beda. Ada yang ingin bermain setiap hari dengan teman-temannya, ada yang ingin berkunjung ke rumah saudaranya atau kerabatnya, ada yang ingin tinggal selama liburan di rumah neneknya, ada yang mengunjungi tempat wisata, dan lain-lain.
Diperbolehkan bagi seorang anak yang setiap harinya belajar seperti belajar di sekolah dan pesantren untuk berlibur sebentar agar pikirannya kembali segar dan menghilangkan kepenatan untuk kemudian kembali lagi belajar dengan rajin.
*Dosen PBA Unhasy Tebuireng Jombang.
