tebuireng.online– Isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia atau PKI tak pernah padam. Propaganda yang dilakukan seperti lewat film dan pemutarbalikan isu gencar dilakukan. Untuk meluruskan pemahaman sejarah 65, Badan Eksekutif Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng (BEM MAHA), bekerja sama dengan Halaqah BEM Pesantren se-Jawa Timur, dan Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng (UPPT), mengadakan Bedah Buku “Benturan NU-PKI 1948-1965″ di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Lt 3 Pesantren Tebuireng Kamis (07/05) siang.

Menghadirkan narasumber Sekretaris Jendral Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H. Abdul Mun’im DZ yang juga penulis buku. Dr(Hc). Ir. KH. Salahuddin Wahid hadir sebagai pembanding. Bertindak sebagai moderator Sekretaris Unit Penerbitan Pesantren Tebuireng (UPPT), Lutfi Bahruddin. Sekitar 300 Peserta menghadiri acara tersebut yang terdiri dari mahasiswa, santri, pelajar NU, guru dan Masyarakat umum . Terlihat pula yang hadir, Ibu Nyai Hj. Faridah Salahuddin Wahid, Sekretaris Yayasan Hasyim Asy’ar H. Ir Abdul Ghofar, H. Reza Yusuf, Direktur LSPT Muhammad As’ad, dan Wakil Mudir Bidang Akademik Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng KH. Ahmad Syakir Ridlwan.

Ketua Panitia, Tahmad Fikri Hidayat mengungkapkan bahwa acara tersebut adalah bagian dari partisipasi Ma’had Aly Tebuireng untuk membuka cakrawala sejarah mengenai kejadian 50 tahun lalu. Hal yang sama juga disampaikan oleh Presiden Mahasiwa Ma’had Aly Tebuireng, Aswiyanto. “Saya juga sama dengan perspektif kebanyakan anak muda yang kini mudah menyalahkan ulama NU. Untuk itu dengan buku ini kita mencoba membuka tabir sejarah yang ditutupi selama 50 tahun ini”, ungkap lelaki asal Madura tersebut.

Sementara dalam sambutannya, Wakil Mudir Bidang Akademik Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Syakir Ridlwan mengatakan bahwa budaya membaca telah lama terulupakan oleh masyarakat. Melalui Bedah Buku ini beliau berharap mendobrak semangat generasi muda terutama kaum santri dan mahasiswa untuk membaca, baik membaca buku, kondisi masyarakat, dan sejarah agar tidak mudah dibodohi. “Dengan Bedah buku bentrokan dua kubu ini, membuat kita kembali membaca sejarah yang benar supaya tidak su’udzon”, jelas Kiai Syakir.

Abdul Mun’im menegaskan bahwa kejadian mengerikan era 1948-1965 benar-benar masa-masa menakutkan. Namun menurutnya publik keliru jika mempersalahkan NU apalagi menuduhnya sebagai pelaku genosida atau pembantaian masal. “Publik lupa sebelumnya pemuda-pemuda NU dan banyak kiai dibantai di berbagai daerah. Yang melawan PKI tidak hanya NU kok, Muhammadiyah bahkan non-muslim pun turut bersatu melawan PKI”, ungkapnya dalam stetemen pembukanya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pengasuh Pesantren Tebuireng, Gus Sholah mengatakan bahwa buku yang dibedah tersebut adalah buku yang membawa pada perspektif sejarah yang benar. Beliau merasa selama ini telah banyak data sejarah yang ditutupi dan dibuat berlebihan sehingga mempengaruhi perspektif masyarakat terhadap sejarah. “Semoga bedah buku ini menuntun kita pada perspektif sejarah yang benar, Waspada tetap perlu dilakukan, tapi nggak usah takut berlebihan”, terang Adik Gus Dur tersebut. (abror)