tebuireng.online – Bedah buku “Guru Sejati Hasyim Asy’ari” yang diadakan oleh Pengurus Pesantren Tebuireng Putri pada Jum’at (2/05/14) di pelataran Masjid Ulul Albab berlangsung seru. Para peserta bedah buku dibuat terkesima oleh Masyamsul Huda, sang pengarang novel sejarah tersebut.
Pasalnya acara yang diisi oleh KH Fahmi Amrullah selaku pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Putri dan Rosyid Murtadha sebagai pembanding ini mengungkap sejarah kehidupan Mbah Hasyim dengan cara yang tidak biasa dan jarang dibaca oleh kebanyakan orang dari berbagai tulisan biografi beliau.
Dalam buku tersebut diceritakan bahwa di balik kekacauan yang ada di sekitar daerah Cukir, ada kepentingan politik pemerintah Hindia Belanda yang ingin menjadikan kawasan itu sebagai pusat pengembangan perkebunan tebu. Sehingga Belanda menggunakan siasat mengkerdilkan pandangan hidup masyarakat Cukir. Dan di saat yang sama mereka juga merubah pola hidup masyarakat menjadi konsumerisme.
Dalam novel itu juga diceritakan tentang asal-usul nama desa Cukir. Bahwa Cukir sendiri berasal dari kata sukir, sebutan untuk kata zugar dalam bahasa Belanda yang artinya gula, penyebutan kata itu lambat laun berubah sebab dialek masyarakat Jawa yang kesulitan melafalkan dengan kata zugar.
Dan masih banyak lagi cerita-cerita yang jarang diketahui oleh orang banyak yang dipaparkan di dalam novel “Guru Sejati Hasyim Asy’ari: Pendiri Pesantren Tebu Ireng yang Mengakhiri Era Kejayaan Kebo Ireng dan Kebo Kicak” karya Masyamsul Huda.
“Santri Tebuireng harus baca novel ini!” tutur penulis disambut antusias peserta
Bedah buku yang bertemakan ”Menjalin Tali Silaturahim Antar Pondok Pesantren Puteri se-Kabupaten Jombang” ini dihadiri oleh sedikitnya 500 santri putri dari barbagai pondok pesantren yang berada di kawasan Jombang. (Zen)